Rafael mendapatkan pesan dari Kevano bahwa Meta sekarang ada di rumah sakit untuk mengobati lukanya. Sedangkan Meisha, ia menuju basement rumah ayahnya Gerry sendirian karena tidak mau ikut dengan Meta ke rumah sakit. Ia hanya tidak ingin menunggu lama.
"Ke rumah ayah Gerry sekarang!" Rafael menarik Malven ke mobil. Hal itu membuat Malven terkejut karena tidak sesuai rencana yang dibicarakan beberapa menit lalu.
"Memastikan Meisha dulu," balas Malven yang mengingatkan.
"Meisha di sana, dia ke rumah ayah Gerry sendirian." Rafael memelototi Malven.
Malven langsung masuk ke mobil dan menuju lokasi tersebut.
"Lo bilang Kevano mejaganya, tapi apa?" kesal Malven sembari membanting stir mobilnya.
"Kevano menangkap anak buah Zea, sedangkan Meta ... dia terluka karena menyelamatkan Meisha saat di bangunan tua tempat Gerry berkomunikasi dengan suruhannya. Sekarang Meta ada di rumah sakit." Rafael menjelaskannya dengan tegas.
"Ambil, telfon Meisha sekarang!" titah Malven sembari menyerahkan ponselnya pada Rafael.
"Nggak perlu," balas Farael, tetapi ia mengambil ponsel Malven.
"Apa yang lo pikirin? Cepat lakukan!" Malven sungguh emosi dengannya. Tidak tahu betapa khawatirnya pada Meisha hingga ia meremehkan situasi sekarang ini.
"Yang terpenting sekarang adalah Zea, bukan Meisha."
"Rafael! Kenapa lo jadi berubah gini? Sini, berikan ponsel gue!" Malven menyodorkan tangannya-meminta ponselnya dikembalikan.
"Nyetir aja yang bener," jawab Rafael sembari menyembunyikan ponsel Malven.
"RAFAEL!" teriak Malven yang tidak tahan lagi dengan Rafael. Ia menepikan mobilnya lalu langsung menonjok pipi kanan Rafael dengan sedikit keras.
"Percaya sama gue, Meisha bakal baik-baik aja, Malven!" dercak Rafael.
"Gimana lo bisa tahu dia baik-baik aja? Jelas-jelas Meta aja sampe babak belur, apalagi Meisha?"
"Gerry ada di sana, dia bakal lindungi Meisha." Rafael mengatakan yang seharusnya tidak ia katakan. Saat itu juga, Malven terdiam sambil memijat pelipisnya yang nut-nutan.
"Turun!" perintah Rafael.
"Hah?"
"Turun sekarang! Biar gue yang nyetir mobilnya," tawar Rafael dengan paksa.
Malven hanya melirik Rafael tajam lalu kembali mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi.
"Hati-hati, Malven!" Rafael ketakutan sembari memegang erat sabuk pengamannya.
Sampainya di lokasi, mereka segera turun lalu mencari basement. Mereka terheran-heran karena tidak ada penjaga satu pun di sana. Namun, itu menguntungkan bagi mereka yang tidak perlu berkelahi dan mengeluarkan tenaga serta menghabiskan waktunya.
"Hati-hati," ucap Rafael lirih.
"MEISHA!" panggil Malven dengan keras saat melihat Meisha yang sedang diikat menggunakan tali di kursi.
"Jangan ke sini!" Meisha memperingati Malven agar tidak mendekatinya.
"Malven!" panggil Rafael sambil menahan langkah Malven yang hendak menolong Meisha. "Hati-hati," imbuh Rafael.
"Lepas!" Malven menepiskan tangan Rafael. Ia langsung melepaskan ikatan pada Meisha, tetapi justru Meisha menendang-nendang dengan kakinya dan melarang Malven untuk mendekatinya.
"Pergi, pergi sekarang!" teriak Meisha ketakutan.
"Kita pergi sama-sama," jawab Malven.
Setelah ikatan pada Meisha lepas. Meisha memukul-mukul dada Malven dengan keras, ia berteriak agar Malven segera pergi dari tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Mystery / ThrillerMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...