Part 18 [ Peraturan Untuk Meisha ]

33 9 6
                                    

in the United States

Meisha duduk sendiri di sudut kasur seraya memainkan ponselnya. Gadis itu seperti tidak ada rasa takutnya sama sekali ketika diajak Gerry ke apartemen Malven. Dia menunggu Gerry yang katanya pergi sebentar ke apartemen miliknya.

"Astaga, mana si jahil itu sih? Gue laper banget. Mana nggak dikasih kodenya jadi gue nggak bisa keluar," dengkus Meisha dengan perut kosong. "Apakah saya sudah menjadi tuan putri yang dikurung pangeran jahil?" Meisha mempraktikan gerakan anggun-seperti menari balet.

"Meisha ... ngapain lo kayak gitu?" ucap Gerry yang datang tiba-tiba. Dia melihat Meisha bertingkah konyol di hadapannya. Memalukan.

"Em ... gue peregangan biar badan gue nggak sakit." Meisha beralasan. Dia tersenyum kecil karena malu. "Dari mana aja lo? Gue laper, gue mau makan. Mana makanannya?" Dalam sekejap Meisha mengubah ekspresinya judes.

"Keluar bentar udah dicariin ... lo kangen? Nih makanannya, jangan dihabisin! Buat gue satu tuh," jawab Gerry dengan santai.

"Gue punya peraturan, lo harus nurut," kata Gerry yang sedikit tegas.

"Gue juga punya peraturan buat lo," tangkis Meisha.

"Oke. Kita bicarain nanti, gue mau mandi dulu. Lo makan aja, inget ya! Jangan dihabisin semua." Gerry mengingatkan lalu menghilangkan dirinya ke kamar mandi.

"Gue juga nggak rakus kali!" teriak Meisha karena kesal.

Ternyata Meisha tidak seperti dugaan Gerry. Dia sangat cerewet dan sama menyebalkannya dengan Gerry. Gerry pikir Meisha seseorang yang polos, ternyata banyak bicara melebihi dirinya.

Gerry keluar mengenakan kaos putih dan celana hitam. Dia sengaja membawa pakaiannya ke kamar mandi mengingat ada Meisha di sana. Rambuthya basah, Gerry malah mengacak-acaknya hingga mengenai target, Meisha.

"Hih jahil! Apaan sih. Buruan sebutin peraturannya!" Meisha mengusap wajahnya dengan tisu lalu menyuruh Gerry duduk di sebelahnya.

"Nggak sabaran banget," ucap Gerry.

"Si cute mana?" tanya Meisha dan yang dimaksudkan itu adalah Malven.

"Cute-cute siapa?" tanya balik.

"Hih ... temen lo waktu itu yang di perpustakaan, Malven. Katanya dia mau ke sini."

"Oh, bahas nanti aja. Dia pasti ke sini karena ini juga apartemennya dia," jawabnya.

"Lo dengerin baik-baik apa yang gue bicarain." Meisha mulai duduk tenang. Peraturan yang pertama, lo nggak boleh keluar tanpa izin. Lo harus pamit dulu mau ke mana dan sama siapa. Kedua, lo harus pake baju tertutup, nggak boleh terbuka ... demi kenyamanan bersama. Ketiga, lo nggak boleh masak, dan yang terakhir ... lo nggak boleh beres-beres, mengambil barang atau memindahkan barang di apartemen ini, paham?" Gerry menjelaskan.

"Baiklah ...," ucapnya paham.

Meisha yang semula duduk kini berdiri, lalu menyuruh Gerry duduk dengan tenang.

Meisha melemparkan HP-nya ke kasur, mulai mengucapkan peraturan yang dia buat itu. "Peraturan untukmu. Pertama, lo harus masakin gue, nggak boleh beli di luar!"

Gerry membulatkan matanya, baru peraturan pertama saja sudah dibuat terkejut.

"Kedua, lo harus nemenin gue kalo mau belanja, dan itu pake uang lo. Ketiga, gue suka buah pir ... lo harus sediain itu setiap hari. Keempat, lo harus antar jemput gue ke kampus, dan yang terakhir ... lo nggak boleh sentuh gue apalagi tidur di samping gue, gimana?"

"Gu-gue masakin lo tiap hari?" Gerry mengulangi. Meisha mengangguk.

"Oke, deal," kata Gerry dengan yakin padahal itu membuatnya tersiksa.

VIRULEN (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang