Part 12 || Pertemuan Tak Terduga

39 12 11
                                    

Di kampus, Malven merasa tak tenang. Pikirannya tidak fokus untuk menyerap materi. Dia teringat akan sesuatu hal. Saat dia di Kanada, Gerry pernah dipanggil oleh Arion. Apa yang mereka bicarakan? Malven penasaran. Dia berniat untuk bertanya setelah pulang nanti.

Jam makan siang telah tiba, bukannya memenuhi kebutuhan perut, Malven malah ke perpustakaan untuk mencari bahan materinya.

Secara kebetulan Malven bertemu dengan Gerry di sana.

"Akhirnya ketemu lo juga, Vin ... kangen gue." Gerry merangkul Malven.

"Dih, gila lo." Malven melepaskan tangan Gerry dari pundaknya.

"Matahari telah bersinar terang, cahayanya pun berbinar-binar. Kau tak tahu suasana hatiku sedang senang? Mari kuceritakan sekarang." Gerry memberi kode untuk duduk. Sajaknya tadi seperti menghipnotis Malven, dia menurutinya dengan cepat. Seketika Malven teringat kejanggalannya dengan Arion.

"Bentar, bentar ...," ucap Malven dengan ragu. Namun, dia tidak jadi mengatakannya. "Lo udah makan kan?"

"Udah, santai aja. Lo pasti belum ya?" tanya Gerry.

"Gampang nanti ..."

"Oke, perhatikan gue baik-baik. Dengarkan dan jangan memotong pembicaraan gue. Mengerti?"

"Ya," singkatnya.

Setelah mereka beradu mata. Mulai memasuki kefokusan karena terlanjur penasaran. Tiba-tiba ada seseorang yang menepuk bahu Malven dengan pelan.

"Permisi, boleh aku duduk di sini?" tanyanya dengan sopan.

Malven terbelalak kaget, tak percaya orang yang ada di hadapannya sekarang. Malven menatap Gerry, lalu kembali menatap seseorang itu.

"Meisha?" panggil Malven padanya.

"Dunia terlalu sempit," lirih Gerry yang masih tak percaya juga.

Ya, dia Meisha. Meisha menatap mereka berdua dengan bingung.

"Kita pernah bertemu?" tanya Meisha polos.

"Tidak," jawab Malven.

"Kau mengenalku? Bagaimana bisa?" Meisha penasaran, dia menopang dagunya dengan tangan kiri lalu memperhatikan Malven.

"Emm ..., jadi gini." Belum sempat Malven jelaskan, Gerry memotongnya.

"Jadi gini, Malven adalah penggemar rahasiamu. Dia terpesona oleh kecantikanmu, jadi dia mencari tau tentangmu. Dia emang aneh, tapi percayalah dia mempunyai hati yang tulus untukmu." Perkataan Gerry membuat Malven tercengang malu.

Brengsek lo, batin Malven.

"Eh, jangan salah paham. Gue cuma ..."

"Dia cuma ingin rahasiain ini dari lo, tapi gue pikir lo harus tau." Lagi-lagi Gerry memotong ucapan Malven.

"Ouh, jadi Alfin ini temanmu Ger?"

"Malven ya, bukan Alfin." Malven membenarkan. "Meisha udah kenal sama Gerry?" tanya Malven.

"Em, pernah ketemu sih ... itu pun nggak sengaja," jelas Meisha.

Malven pamit pergi. Dia tidak ingin berhadapan dengan Meisha. Terlebih Gerry mengatakan hal yang tidak sesuai dengan perasaan Malven sebenarnya, tepatnya Malven merasa malu.

Gerry yang mengetahui sikap dingin itu pun tak bisa menghalanginya untuk pergi.

"Baiklah, aku pergi juga ya. Semoga kita berjodoh kembali, em ... maksudku ... semoga bertemu lain kali. Babaiii ...." Gerry menyusul Malven dengan terburu-buru, tapi tangannya tak lupa untuk melambaikannya pada Meisha.

VIRULEN (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang