Malven duduk di kursi yang diduduki Gerry setelah dia berdiri. Katanya, sayang jika terabaikan begitu saja.
"Ada yang aneh dengan semua ini. Jika lo diajak damai sama bokap lo, kemungkinan bokap lo yang akan turun tangan sendiri buat bunuh Meisha. Dia khawatir lo menyukainya dan mengurung niat untuk menyakiti. Jika benar begitu, apa yang akan lo lakuin?" Gerry membalikkan tubuhnya menghadap Malven. Tatapan serius itu membuat Malven berpikir dalam.
"Lo mau abaikan semua atas perbuatan yang bokap lo sudah terlanjur dimulai?"
"Gue kok curiga ada apa-apa ya."
"Sesuatu besar akan terjadi, tapi apa itu?"
"Astaga Vin, gue dikacangin lagi. Lama-lama males gue ngomong sama lo. Lo dari tadi cuma diem terus!" Gerry terus menyerocos.
Malven bangkit dari kursinya. Menatap Gerry sekejap lalu pergi meninggalkan tempat itu. Dengan santainya Gerry membiarkan Malven pergi.
Lo nggak bisa pergi tanpa gue, Vin, batin Gerry sembari melihat punggung Malven yang mulai menghilang. Gerry mengambil kunci mobil dari saku celananya, memainkan ... memutar-mutar dengan jari kelingkingnya.
Malven kembali ke atas gedung lagi dengan wajah kesalnya. "Sial lo Ger, buruan!" dercak Malven.
"Abisnya lo terlalu buru-buru ... emang lo mau ke mana? Bingung kan lo nggak ada supirnya hahahaa ..." Gerry tertawa meremehkan.
"Cepatlah! Atau lempar kunci itu. Gue harus pergi sekarang."
"Ke mana?" Nada bicaranya berubah.
"Ke apartemen. Buruan!"
Gerry berjalan dengan salah satu tangan yang dimasukkan ke saku celananya, sedangkan tangan yang lain masih memainkan kunci mobil.
Di dalam mobil Malven bertanya, "Saat lo dipanggil sama bokap gue, apa yang kalian bicarakan?"
"Ouh itu ... dia cuma bilang suruh jaga lo. Karena lo itu anak manja katanya, ngeyel dan susah diatur. Tapi gue percaya, karena emang lo itu ngeyel banget. Suruh tidur aja malah buka laptop, suruh makan malah tidur. Aneh banget lo." Gerry menjelaskan.
"Ada yang lain?" tanyanya lagi.
"Ada."
Malven penasaran. "Apa itu? Cepat katakan!"
"Dia nyuruh gue buat bantu lo," jawab Gerry.
Malven masih memikirkan satu hal, tapi belum bisa menyimpulkan dan mengungkapkannya. Tiba-tiba bunyi ponsel Malven terdengar.
"Astaga, gue lagi nggak mood banget dapet pesan itu lagi! Kenapa lo muncul di saat gue lagi mikir sih!" omel Malven pada ponsel yang dia pegang itu.
"Hah, apa? Lo dapet pesan lagi?" Gerry kaget dan penasaran.
"Lanjutkan investigasimu. Saya akan memberikan petunjuk."
Malven terdiam setelah membaca pesan itu. Kemudian, Gerry menepikan mobil hanya karena penasaran dengan pesan yang Malven dapat.
"Investigasi? Perasaan gue nggak ada lakuin itu," lirihnya pada Gerry.
Gerry menyaut HP dalam pegangan Malven. Membaca dan mengamatinya.
"Vin, nomornya beda dari pengirim pesan sebelumnya." Gerry memberitahu.
Malven terbelalak kaget, ikut mengamati nomor yang benar adanya. Nomor itu berbeda dari pengirim pesan sebelumnya.
"HP sekali pakai?" Mereka saling menatap.
"Kurasa bukan, ini hanya pesan ... pelaku menggunakan HP sekali pakai saat dia akan menelpon atau ditelpon. Setelah itu membuang HP-nya ke tempat sampah, laut, selokan, atau membakarnya." Gerry menjelaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Mistero / ThrillerMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...