Part 8 || Pertukaran Posisi

54 17 7
                                    

Haiii><
Follow dulu penulisnya😉
Selamat membaca🤗


Sorenya ...

Malven menancapkan gas dengan kecepatan tinggi, mengabaikan Gerry yang ketakutan sembari memegang sabuk pengaman dan tepian kaca jendela.

"Vin, jangan gila lo. Kasian mobilnya bergesekan keras sama aspal, apalagi kalo sampe rem men-"

Belum sempat menyelesaikan perkataannya, Malven menginjak remnya dengan spontan hingga kepalanya berbenturan dengan setir.

"Astaga, belum selesai ngomong udah kejadian aja sih."

"Diem lo! Berisik, hampir aja gue nabrak orang."

"Makannya jangan kayak setan, liat jalan bener-bener. Tuh lampu udah merah jangan main nerobos aja."

"Dasar kek cewe."

"Ehh bilang apa lo?" Gerry tidak terima dirinya cewe.

"Kita mau ke mana sekarang?" tanya Malven sembari mengusap wajahnya yang terbentur tadi.

"Toko buku." Spontan Gerry menjawab itu karena untuk bahan pelajaran Malven.

"Kafe lah, katanya lo mau cari cewek Kanada," celethuk Malven.

"Tapi kita ke toko buku dulu, lo beli buku buat pelajaran lo ... siapa tau ada yee kan."

"Ga usah!"

Malven menolak tegas dan kembali menancapkan gasnya. Wajahnya datar, matanya terfokus penuh depan, keringat pun dengan santainya menilik pipi mulusnya.

Dia benar-benar tidak bisa berucap apa-apa, apalagi Gerry yang melihatnya saja sudah takut. Tak habis pikir anak satu-satunya disuruh untuk membunuh orang.

Kalo bunuh perasaan orang boleh nggak?😂

Sampainya di kafe, Malven sudah bersikap biasa saja. Wajahnya kembali dengan riang sembari bernyanyi ria.

"Lo tuh gimana sih? Marahnya sama siapa, eh dilampiasinnya ke siapa, gue takut woi lah!" Gerry menepuk bahu Malven.

"Gue nggak pernah lampiasin ke lo, gue cuma pengen diem. Nggak diganggu dan direcokin ."

"Oh, gitu. Jadi kalo gue gangguin lo, gue ngga jadi ngajarin lo dong?" ceplos Gerry.

"Tetep lah, enak aja lo." Sembari tersenyum pada orang-orang yang melewatinya.

Mereka duduk di sudut ruangan dengan dekorasi serba hijau memberikan kesan sejuk dan merefreshkan mata.

"Vin, lo diem aja ya. Gue mau panggil pelayan itu sebelum ada pelayan lain yang ke sini." Gerry tersenyum kegirangan sembari menunjuk pelayan cantik dengan seragam merahnya.

Giliran yang cantik langsung hijau tuh mata, dasar, batin Malven yang menurutinya.

"Mba mba mba ... sini," panggil Gerry yang menampakkan gigi rapinya.

Bukannya pelayan cantik itu menoleh, malah pelayan lain yang dengan cepatnya menghampiri mereka. Seketika Malven menetertawakan Gerry dengan pelayan pilihannya, sedangkan maksud Gerry bukan dia yang ada di hadapannya sekarang.

"Selamat siang, Tuan. Mau pilih menu yang mana?" Sembari memberikan buku menu pada mereka.

"Ini ada yang terbaru, harganya pun sesuai dengan rasanya. Mau dicoba?" tawar sang pelayan sambil menunjuk gambar menunya.

"Makanan yang enak mana, Mba?" tanya Gerry.

"Semua enak, kalo ngga enak ngga bakal dijual, Ger. Jangan aneh-aneh deh loh. Tinggal pilih aja," jawab Malven, sedangkan pelayan itu hanya tersenyum.

VIRULEN (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang