Part 36 || Kehilangan Meisha

29 5 0
                                    

"Tidak seharusnya aku berada di sini. Lebih baik meninggalkan daripada menyakiti dia yang kusayangi."

~ Meisha Eska Lovata~

"Tidak seharusnya aku menerimamu di sini. Yang mana hanya membuatmu terluka, sebab aku tak ada rasa."

~ Malven Arion~

Awan putih di antara birunya langit membuat suasana hati gadis mungil yang ada di balkon apartemennya itu terenyuh senang. Pantas saja, Meisha menyeringai memikirkan ide cemerlangnya untuk meninggalkan apartemen Malven secara diam-diam.

"Semoga Tuhan dipihakku kali ini ...." Meisha mendongakkan kepalanya ke atas sembari menutup matanya karena silau.

"Meisha," panggil Malven dari balik pintu dengan ketukan berulang kali.

Gadis itu hanya menengok ke arah pintu tanpa menjawab panggilan Malven. Dengan langkah cepat, tapi berusaha tidak menimbulkan suara. Meisha berbaring di kasur dengan menutup rapat seluruh tubuhnya dengan selimut dan sengaja batuk-batuk.

"Meisha?" panggil lagi dengan nada khawatir.

Ayunan tangan-membuka pintu lantaran tidak mendapat jawaban dari Meisha. "Meisha?" panggil Malven untuk yang ketiga kalinya.

Meisha membuka selimutnya yang memperlihatkan wajah dengan rambut yang sudah berantakan. "Malven," panggil Meisha lirih.

"Kamu sakit?" tanya Malven sembari duduk di tepian kasur. Tangannya dilayangkan ke dahi Meisha untuk memastikan suhu badannya normal.

"Badanku pegal-pegal, dan kakiku juga pegal. Bisa tolong belikan obat?"

"Ke rumah sakit aja gimana?" balas Malven yang berlebihan.

"Nggak perlu." Meisha menolaknya dengan selimut yang menutupi kepalanya lagi.

Malven mengembuskan napas berat lalu meninggalkan kamar itu. "Tunggu sebentar, aku akan kembali secepatnya," ucap Malven membuat Meisha meleleh sekaligus menambah rasa bersalahnya.

Maafin aku, batin Meisha yang menangis tanpa mengeluarkan air matanya.

Setelah dirasa Malven pergi, Meisha langsung menyiapkan diri untuk kabur. Ia juga menulis surat untuk Malven agar tidak mencari keberadaannya sekarang. Tidak lupa, ia berpesan untuk menjaga diri sekaligus waspada terhadap Gerry yang merencanakan pembunuhan terhadapnya.

"Oke, sudah selesai," ucap Meisha yang memaksa ceria tanpa kesedihan.

Saat akan menuju pintu, Meisha mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Mengingat kenangan dan hari-harinya bersama Malven dan Gerry. "Semoga masalahmu cepat selesai. Maafin aku yang ninggalin kamu lebih dulu." Embusan napas itu memberat, antara rela dan tidak rela meninggalkan mereka.

"Ini bukan keinginanku, tapi keadaan yang memaksaku untuk menjauh," gumam Meisha lirih.

Ia mulai memencet tombol password yang ia ingat-ingat sejak makan malamnya bersama Malven.

"Berhasil!" kata Meisha sembari melebarkan matanya.

Walaupun Malven belum mengetahui bahwa Meisha kabur dari apartemennya, tetapi Kevano dan dua temannya tahu. Kevano dan Meta mengikuti kepergian Meisha secara diam-diam, sedangkan Rafael menuju apartemen Malven untuk membuat tak-tik agar tidak terjebak.

VIRULEN (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang