"Apa yang kamu lihat hanya apa yang kamu tahu, dan itu tidak pasti sebuah kebenaran."
~ Malven Arion ~
••
"Aku tak tahu apakah kamu akan percaya atau tidak. Yang jelas aku memercayaimu, tetapi memaksa untuk tidak percaya denganmu. Maaf."
~ Meisha Eska Lovata ~
•
•"Bukan penjelasan yang mau kudengar, tetapi pembalasan yang tetap kutindaklanjuti."
~ Arvandero Gerry Adelio ~
•
•"Mau tidur dulu, ngantuk," kata Meisha yang bangkit dari kursinya lalu membalikkan tubuh dan melangkah cepat tanpa menunggu respons dari Gerry ataupun Malven.
Setelah menghilang dari balik pintu, Malven dan Gerry saling melihat seolah berbicara.
"Tumben Meisha jadi pendiam," ucap Malven sembari menaikkan alisnya.
Gerry tersenyum setelah dirinya meletakkan gelas. Beberapa detik kemudian, Gerry terkekeh dengan kedua tangan yang diregangkan ke atas.
"Hem?" Malven tidak mengerti.
"Jangankan lo, Vin. Gue aja bingung kok dia nggak ngajak ribut hahaha ...." Gerry melepaskan tawaannya. Ia berdiri melepaskan jaket yang lalu diselampirkan ke kursi.
"Temenin gue nonton kartun, Ger." Malven sengaja mempermalukan dirinya sendiri untuk mengambil kesempatan ini agar dia mampu menjelaskan semuanya.
"Ya elah, tontonan anak kecil." Gerry memutar bola matanya malas. "Vin, ini camilan banyak banget. Lo yang beli semua?" tanya Gerry dengan semangat setelah melihat banyak camilan sekaligus kue dari ketiga temannya tadi yang belum Malven buka.
"Ah, iya. Makan aja, makan," balas Malven.
Gerry membawa 1 box kue dan 3 makanan ringan. Kemudian, mengambil 2 gelas berisikan jus jeruk yang membuat Malven kebingungan.
"Udah siap, ayo nonton," ucap Gerry setelah memposisikan duduknya dengan nyaman. "Eumm ... kuenya enak banget, teksturnya lembut," kata Gerry berkomentar.
Malven hanya menggaruk-garukkan kepalanya lalu mematikan lampu utama.
"Gelap, astaga!" kata Gerry sedikit berteriak.
"Nyalain televisinya!" seru Malven.
"Kuenya enak banget seriusan deh, Vin. Gue mau beli yang kayak gini buat ayah gue, kasihan makannya cuma bubur doang," cerocos Gerry yang menikmati kuenya.
"Heem," responsnya.
Menghitung detik, suasana mendadak hening. Malven sibuk mengotak-atik otaknya untuk merancang pembicaraan nanti dengan dalih menonton kartun, sedangkan Gerry terlalu menikmati kuenya.
"Ger."
"Vin."
Mereka berdua saling memanggil setelah beberapa menit terdiam.
"Lo duluan." Mereka berdua mengatakan hal yang sama juga. Itu membuat mereka saling mengerutkan kening.
"Oke, lo duluan," ucap Malven.
"Bentar lagi bokap gue meninggal, kira-kira gue kasih apaan ya biar beliau meninggal dengan tenang."
Malven tambah dibuat bingung. Di mana-mana seorang anak tidak mengharapkan ayahnya meninggal, tetapi kenapa Gerry tiba-tiba membicarakan itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Mystery / ThrillerMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...