Zea emosi dan tidak terima dengan ledekan Gerry. Dia mengarahkan pistol ke Gerry untuk meluapkan emosinya.
DORR!
Meisha terjatuh dengan peluru yang masuk ke bahu kanannya. Dia memang gila, mempertaruhkan nyawanya pada orang lain. Semuanya dibuat terkejut apalagi Gerry dan Malven.
Kevano yang melihat kejadian tidak mengenakan itu pun langsung memberikan kode melalui tangannya. Rafael langsung mengambil pistol lalu menembakkannya pada kaki Zea. Kemudian, dia dengan cepat mengambil pistol yang dipegang Zea.
Di sisi lain, kedua penjaga yang menjaga Gerry itu tiba-tiba melawan dua penjaga yang mengikat Malven. Ternyata dua penjaga yang menjaga Gerry adalah suruhan Gerry sendiri untuk memainkan drama agar Zea terjebak olehnya.
Di situ, Malven benar-benar dibuat bingung, ditambah dengan Meisha yang tergeletak tak berdaya.
"Rafael, kau melakukannya?!" Zea memperlihatkan wajah amarahnya.
"Jika tidak begini, kau tidak akan tertangkap," gumam Rafael.
Pandangan Malven hanya tertuju pada Meisha. Dia sangat mengkhawatirkan keadaannya, ya, walaupun keadaan dirinya sendiri pun sedang lemah.
Tidak lama kemudian, polisi berdatangan membawa Zea dan Opal untuk diintrogasi lebih lanjut dan memberikan hukuman yang setara dengan perbuatannya. Mereka juga membawa Meisha, dan Malven ke rumah sakit karena keduanya sudah tidak sadarkan diri. Sedangkan Kevano segera melepaskan ikatan pada leher Gerry dan mereka menuju rumah sakit bersama.
Setelah tiga hari lamanya, Malven masih belum siuman. Namun, keadaannya kian membaik.
Kevano, Gerry, dan Rafael turut bingung menjelaskan kejadian ini pada Malven.
"Gimana nih, ngomong apa nantinya?" tanya Kevano.
"Apa adanya aja," balas Rafael. Ya, semua ide ini adalah ide Rafael. Namun, untuk Meisha sendiri itu di luar kendalinya ... mereka tidak memperkirakan Meisha akan mengorbankan dirinya.
"Maksud kalian apa?" Meta tidak mengerti.
"Lo, Gerry kan? Kenapa dia nggak dipenjara, Kev? Bukannya dia yang ...." Meta tidak melanjutkan perkataannya, ia memerhatikan Gerry dengan tatapan aneh. Setelah beralih ke Kevano, ia justru mendapat tatapan tajam darinya.
"Gue jelasin kalo Malven udah sadar," kata Rafael.
Tiba-tiba Kevano tertawa melihat Malven yang masih terbaring di kasur rumah sakit. Seketika semua pasang mata terpusat pada Kevano. "Ngrasa aneh nggak? Meisha yang ketembak aja udah sadar dan udah ceria, tapi kok Malven yang berantem sebentar bisa sampe 3 hari?" Kevano melanjutkan tawaannya.
Pintu terbuka menampakkan Meisha yang terduduk di kursi roda dengan ditemani seorang suster. Kemudian, Meisha meminta suster tersebut untuk pergi.
"Eh, Meisha ...." Meta langsung menggantikan suster itu untuk mendorong kursi roda.
"Masih belum sadar?" tanya Meisha yang khawatir.
"Belum," jawab singkat Kevano.
"Kelihatan tenang sekali dia, tidak tahu banyak orang yang menunggunya bangun apa? Hhhh, wajahnya begitu polos seperti ...." Rafael melayangkan tangannya menyentuh pipi Malven.
"Aaaaaaa ...!" teriak Malven yang tiba-tiba bangun setelah mendapat sentuhan dari tangan Rafael. Hal itu membuat semuanya tersentak kaget.
"Akhirnya bangun juga," ucap Meta, Meisha, dan Kevano secara bersamaan.
"S-sentuhan tangan ini ... mampu membangunkan Malven?" Rafael memperhatikan tangannya sendiri. Sedangkan Kevano mendorong dahi Rafael agar sadar dan tidak berlebihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Mystery / ThrillerMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...