Malven memastikan Meisha tertidur agar dirinya bebas dan tidak ada gangguan lagi dari gadis tengil itu.
"Masih belum mau tidur?" tanya Malven dengan geram karena menunggunya tidur.
"Keinget omah, gimana kabarnya, ya," gumam Meisha dengan wajah memelas.
"Pasti baik-baik aja," balas Malven santai.
"Ya, semoga aja begitu ...." Meisha cemberut sembari menyangga dagunya.
"Mau temui omahmu? Aku anterin," tawar Malven.
"Nggak, jauh. Omah di Indonesia." Ucapan Meisha membuat Malven terkejut. Entah suatu kebetulan atau bagaimana dia masih tidak tahu.
"Hah?"
"Heem." Meisha mengerucutkan bibirnya.
"Apakah kamu asli orang Indonesia?" tanya Malven sembari mendekatinya dengan ponsel yang masih dalam genggamannya.
"Apa kamu sudah menyukaiku?" tanya balik Meisha dengan mengangkat dagunya menatap Malven.
Seketika Malven menghentikan langkahnya, "Apa yang kamu bicarakan?"
"Lalu apa pedulimu kalau kamu tidak menyukaiku?"
Mereka berdua saling bertanya dengan persoalan yang berbeda.
"Cepat katakan! Apa kamu asli orang Indonesia?" tanya ulang Malven yang masih berdiri tegap.
"Bukannya kamu punya teman seorang hacker? Kenapa tidak menyuruhnya saja mencari informasi tentangku?" Entah kenapa tiba-tiba Meisha bersikap tidak seperti biasanya pada Malven.
Malven memiringkan kepalanya sembari berpikir, bagaimana Meisha mengetahuinya mengenai temannya itu. "Bagaimana kamu bisa tahu?" tanya Malven terang-terangan.
Meisha menyingkirkan selimutnya lalu berdiri di atas kasur untuk menyamai tingginya dengan Malven. "Jangan pikir aku bodoh Malven! Gerry sengaja melarangku untuk tidak memindahkan barang atau membereskan ruangan di sini, sudah pasti mempunyai alasan dan tujuan. Mungkin kamu mengira peraturan itu agar tidak membuatku merasa lelah kan? Agar tetap menjadikanku tamu, bukan babu. Hahahaa ...." Meisha tertawa paksa dengan kaki yang menuruni kasur hingga dia bisa melanjutkan perkataannya sembari memutari Malven.
"Apa kesan pertama yang kamu tangkap tentang aku, tentang Meisha? Gadis cantik yang polos, lugu, dan mudah dipengaruhi orang lain, 'kan? Kamu tidaklah salah, hanya kurang tepat saja. Sejak saat itu juga, di mana Gerry ...."
"Cukup!" Malven menghentikan ucapannya. Ia berjalan mengambil dua jaket yang ada di gantungan samping lemarinya. Kemudian, melempariannya satu pada Meisha. Tangannya mencekal kuat pergelangan Meisha lalu membawanya keluar dari apartemen.
"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan!" rintih Meisha yang kesakitan. Malven mengabaikannya dan membawa Meisha sampai ke mobil.
Kok bisa jadi panjang gini, tapi dengan ini gue yakin Meisha tahu sesuatu tentang Gerry, batin Malven yang memanfaatkan kesempatan ini padahal sebelumnya Malven hanya ingin tahu asalnya saja, dan tidak berpikir panjang seperti ini.
Setelah Meisha duduk di dalam mobil, Malven menyuruhnya diam dengan tegas karena gadis itu sungguh cerewet.
"Malven, kamu nggak temuin aku dengan Gerry kan?" tanya Meisha.
"Diam!" bentaknya.
Meisha menggigit jari sembari melihat ke luar kaca. Ia mengingat-ingat mengenai perkataan yang dilontarkan pada Malven. Apakah dirinya salah berbicara, atau apa. Meisha masih berpikir kritis.
"Kamu mau bawa aku ke mana?" tanya lagi Meisha karena dirinya takut setelah melihat banyak pepohonan, juga jalanan yang sepi.
"Tempat di mana orang tidak akan menemui kita," jawab Malven.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Misterio / SuspensoMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...