"Pilihanku lebih tepat dari hanya mengikuti ego yang tidak ada batasannya."
~Malven Arion~
.
.
.
.
.Sampainya di Kanada, tepatnya di Kelowna International Airport. Belasan orang berseragam biru dongker dengan topi menutupi kepalanya, menghampiri Malven dan Gerry. Apa-apaan ini? batin Malven yang sudah mengetahui mereka. Ya, mereka adalah anak buah papahnya yang ditugaskan untuk menjemput Malven dan disuruh stay di bandara.
Gerry yang kebingungan pun berteriak pada mereka dengan tatapan tak nyaman.
"Siapa kalian? Nggak ada kerjaan? Mau ngemis?" teriak Gerry pada mereka, Malven pun hanya terdiam karena menghemat tenaganya untuk bertemu dengan Arion.
"Hey! Nggak usah ngikutin kita!" teriaknya lagi. Tiba-tiba Gerry memukul salah satu anak buah Arion.
"Gerry. Udah biarain," teriak Malven, sedangkan Gerry mengikuti. "Dia anak buah bokap gue," bisiknya dan Gerry mengangguk tanda paham.
Kenapa nggak bilang dari tadi, si kampret! batin Gerry yang terus melangkah.
Pemandangan yang mengerikan bagi Gerry, mobil hitam yang berbaris rapi kini terlihat dengan jelas di hadapannya. Hanya ada mobil putih di antara mobil-mobil itu, seperti buronan yang berhasil ditangkap dan diawasi ketat-ketat. Gila sih ini, jadi penasaran sama bokapnya Malven. Dia orang terhormat kayaknya, dan Malven ini orang tajir? batin Gerry seraya memperhatikan Malven dengan terheran-heran.
Sampainya di kediaman Malven ...
"Ini rumah? Besar banget, Vin." Malven terdiam, memperhatikan cat rumahnya yang sudah berubah menjadi putih.
Ketika melangkahkahkan kakinya memasuki ruangan, Malven dikejutkan dengan keadaan rumahnya. Tata letak barang-barang sudah berubah, tembok didominasi warna hitam dengan garis emas yang mencolok. Gelap, sunyi dan pengap. Cahaya lampu tidak terang dengan sempurna membuat pandangannya kabur sejenak.
"Lampu-lampu nyalain semua!" perintah Malven pada anak buah papahnya. Dengan cepat mereka menyalakan semua saklar hingga ruangan itu terang.
Salah satu anak buah itu pergi menemui Arion untuk mengabarkan anaknya yang sudah sampai dengan selamat. Diperintahlah Malven ke ruangan papahnya.
"Lo ke kamar gue dulu, Ger," ucap Malven.
"Tolong antarkan temanku!" perintah Malven pada salah satu anak buah itu.
.
.
.
▪▪▪Ketika Malven membuka knop pintu berwarna coklat, dia tidak melanjutkan langkahnya--terdiam dengan menatap seluruh sudut ruangan. Banyak sekali foto almarhum mamahnya, dan yang membuat Malven terkejut, ada pisau yang menancap di sebelah foto dekat pintu yang dia buka tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Mystery / ThrillerMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...