Part 15 || Emosi Tak Terkendali

39 10 9
                                    

Gerry meniup ujung pistol dengan jarak 5 cm dari wajahnya lalu mengusapnya sekali. Dia menempelkan ujung pistol tepat di pelipis pria tua itu.

"Ger, jangan dibunuh," bisik Malven pada Gerry.

"Gue nggak bodoh, santai aja," jawab Gerry yang juga berbisik.

"Unik sekali ... pisau daging, palu, tongkat besi, dan pistol. Sepertinya cukup membuatmu menderita, kesakitan, dan berteriak menikmatinya ... luar biasa," ujar Malven sembari memutari pria tua itu dan Gerry.

Gue nggak nyangka lo punya kata-kata menarik, Vin, batin Gerry yang tersenyum licik lalu matanya mengikuti arah Malven.

"Saya tau Anda lebih tua daripada saya, tapi ... sangat disayangkan jika membunuhmu begitu saja. Tenang ... saya tidak akan terburu-buru, karena perlahan itu lebih berkesan." Malven menambahkan sekaligus bertepuk tangan dengan pelan.

Sedari tadi pria tua itu bungkam, tak berkata-kata. Malven mengambil pisau daging yang tergeletak di lantai, sedangkan Gerry masih menempelkan pistol itu.

"Siapa namamu?" tanya Malven seraya mengusap pisau itu, usapannya begitu kasar hingga melukai tangan kiri Malven.

"Akh ... tajam juga pisau ini. Anda hebat bisa mengasah dan merawatnya dengan baik. Apa Anda ingin mencobanya juga?" Malven mendekatkan wajahnya ke pria tua itu.

Malven benar-benar menakutkan. Gue baru kali ini melihat dia seperti psikopat sungguhan, batin Gerry yang masih terdiam di tempatnya.

Lalu Malven mengecek nadi di tangannya. "Masih normal," kata Malven.

"Siapa namamu?" Malven bertanya lagi.

"Landirzan," jawabnya santai, seperti tidak memiliki emosi takut sedikit pun.

"Katamu, kau tangan kanan Arion, papahku. Apa yang kau tau dari dia? Cepat katakan!" Malven menyayat paha Landirzan sekali hingga celana yang dia kenakan berlumur darah.

Gerry melebarkan matanya kaget, selang dua detik dia angkat bicara," Cepat katakan!" Sambil terus menempelkan pistol.

"Bunuh, bunuh saja saya," ucap Landirzan sambil menahan perih.

"Ketakutanlah yang menjadi kunci agar kau mau membuka mulut," timpal Gerry. Kini Gerry mengambil palu dari samping pintu.

"Anda tahu ini apa, Landirzan? Paku yang tajam dapat masuk ke dinding dengan mulus, tapi ... sayang sekali jika palu ini digunakan untuk memukul paku lagi. Saya akan mencoba sesuatu yang baru, bagaimana jika memukulnya ke kepala Anda? Tulang parietal, tulang temporal, tulang okspital, tulang sphenoid, tulang etmoid, tulang lakrimal, tulang hidung, tulang palatina .... Semua itu ada di kepala," Gerry mengucapkannya dengan lancar sembari berhitung dengan jarinya.

"Baik, saya akan menceritakan semuanya. Jauhkan benda itu dari hadapanku." Landirzan mulai menarik napas tenang.

"Saya adalah orang yang meretas file Malven, ..."

"Jadi kau menge-." Malven terkejut, tetapi ditahan untuk berbicara oleh Gerry agar Landirzan menyelesaikan omongannya terlebih dahulu.

"Saya ulangi ... saya yang meretas file Malven, meneror dengan pesan misterius itu, lalu mencoba untuk melenyapkan seluruh keluarga Arion. Ibumu terbunuh secara tidak sengaja. Saya sangat marah pada Arion hingga akhirnya saya memberanikan diri untuk membunuhnya menggunakan pisau dapur, tiba-tiba ibunya didorong oleh Arion hingga pisau yang kupegang menusuk perut dengan sempurna. Darah ada di mana-mana, Arion tidak membawanya ke rumah sakit. Saya kabur dari rumah besar itu, tapi berhasil ditangkap oleh pengawal setianya. Saya memohon pada Arion untuk membebaskanku. Namun, dia mempunyai syarat ... yaitu terluka sebelum pergi. Jadi, saya dicambuk beberapa kali olehnya, disiksa hidup-hidup, lalu ditembak. Saya menahan rasa sakit itu untuk kabur ... saya tidak sudi meninggal di dalam rumah itu. Dengan luka yang ada dalam diriku, saya meminta bantuan pada orang sekitar untuk mengantarkanku ke rumah sakit. Saya berbohong, saya berbohong pada mereka kalau saya dirampok agar mereka percaya dan cepat membawaku ke rumah sakit." Landirzan menjelaskannya.

"Lalu?" Malven masih penasaran.

"Lalu saya mencari keberadaanmu untuk balas dendam. Setelah itu, saya akan membunuhmu terlebih dahulu sebelum Arion."

"Ada hal lain yang Anda tau lagi?" kata Gerry yang juga penasaran.

"Bentar, katanya lo tangan kanan papahku ... tapi kenapa saya tidak pernah melihat Anda di rumah?" kata Malven.

"Benar, saya anggota dari organisasi Shadow .... Jadi, tidak sembarang orang mengenalku. Saya datang ke rumah Arion diam-diam ... dan waktu ibumu terbunuh itu, kau sudah di Kanada." Ucapan Landirzan belum bisa dimengerti Malven.

"Apa? Organisasi Shadow? Sudah berapa banyak orang yang kau bunuh?" tangkis Gerry yang juga mengetahui organisasi Shadow.

"Organisasi Shadow? Apa itu?" Malven bertanya pada mereka.

"Organisasi Shadow itu dikenal sebagai kelompok permainan. Maksudnya, kami para anggota ditugaskan untuk mempermainkan orang, menyebar fitnah hingga saling bunuh-membunuh, meretas, meneror dan lain sebagainya. Ayahmu juga termasuk anggotanya Shadow ... dia menyuruhmu untuk membunuh Ibu Meisha kan?" Landirzan menjelaskan, yang lalu melempar pertanyaan pada Malven.

"Ya, benar. Kenapa papah masuk organisasi Shadow?"

"Dia bukan hanya anggota, tapi dia menguasainya. Ada lagi, ketua Shadow yang masih menjadi misteri ... dia tidak pernah menampakkan wajah asli, dia selalu menggunakan topeng dan pakaian serba hitam. Dia juga selalu muncul di malam hari saja. Alasan papahmu masuk Shadow ... karena dia tertarik dengan permainan yang dijalankan oleh orang-orang tak berdosa itu."

"Lalu?" tungkas Gerry.

"Sekarang Shadow telah menyebar, kalian berhati-hatilah ... jangan sampai masuk ke dalam permainannya. Jika ada salah paham di antara kalian, harap selesaikan baik-baik. Mungkin itu termasuk bagian dari rencananya." Landirzan berpesan.

"Apa sekarang Anda termasuk mempermainkan kita berdua? Anda membuat kebohongan itu atas penjelasan yang telah Anda bicarakan tadi?" geram Malven.

"Tidak, untuk ini saya berkata jujur. Arion ingin mempermainkanmu dengan cara mencari Meisha lalu membunuhnya, setelah itu memasukkanmu ke penjara. Lebih parahnya ... Arion akan membunuhmu juga. Dia suka menjebak orang, tidak peduli anak atau saudara."

"Nggak ... nggak mungkin papah melakukan itu. Nggak mungkin! Kau ... PRIA BRENGSEK! KAU TELAH MEMBUNUH IBUKU! KAU TELAH MENGHANCURKAN KELULUSANKU" Malven berteriak histeris. Entah siapa yang harus dia percaya. "PAPAH SANGAT MENCINTAI IBUKU, NGGAK MUNGKIN DIA MENCELAKAKANNYA BEGITU SAJA!" Malven kembali berteriak.

Gerry mencoba menenangkan Malven. Mengendalikan emosinya yang sudah tidak terkontrol.

Dengan teganya Malven mencekik Landirzan. Walaupun sudah ditahan oleh Gerry, tetapi Malven tetap melakukannya hingga dia tak bernyawa lagi. Ya, Malven benar-benar membunuh Landirzan. Dengan tangannya yang terbiasa menulis dan mengetik ... sekarang, digunakan untuk membunuh orang.

Gerry memegang kepalanya bingung. Semua sudah terjadi, nyawanya pun tak ada lagi. Gerry tidak percaya Malven melakukannya.

"Kita harus cepat tinggalkan tempat ini," kata Gerry yang panik itu.

"Mayatnya?" tanya Malven yang menangis. Dia menyesal telah membunuh Landirzan, dia sangat terbawa emosi.

"Nanti gue suruh orang buat beresin ... lalu memasukannya ke kandang buaya. Dengan begitu, mayatnya tidak bisa ditemukan orang lain dan tidak ada yang mencurigaimu. Tenang saja." Di situasi seperti ini, Gerry masih bisa menenangkan Malven walau dirinya pun sangat panik dibuatnya.

Mereka segera meninggalkan tempat itu. Waktu pun sudah menunjukkan pukul 11.00 PM. Malven tidak henti-hentinya menangis sembari berteriak. Dia tidak percaya pada dirinya sendiri.


Haii😊

Gimana setelah baca part 15? Jantung masih aman kan?

Tunggu kelanjutannya ya💛

Jangan lupa VOTE dan KOMEN🤗
Bisa juga ajak temen kalian buat baca cerita ini😁

HAPPY READING🤗😉

VIRULEN (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang