Malven mengubah posisinya yang semula rebahan menjadi duduk. Dia melambaikan tangan sembari menyapa Meisha. Tahu apa yang Malven pikirkan? Sebenarnya dia tidak mau berbicara pada Meisha, tetapi karena HP Gerry sudah dikuasai Meisha ... rasanya tidak sopan kalau langsung diakhiri begitu saja.
"Hai, Malven," sapa Meisha yang juga melambaikan tangannya.
"Meisha gimana kabarnya?" Ucapan Malven kaku karena tidak biasa mengobrol dengan perempuan.
"Baik Malven. Lo kapan ke sini?" tanya Meisha dengan ceria.
"Lo kapan ke sini." Gerry mengulangi perkataan Meisha. Gerry pergi menjauhinya untuk ke dapur mengambil makanan padahal tadi baru saja makan. Meisha yang sadar dirinya diikuti oleh Gerry pun langsung melirik tajam sebelum Gerry menghilang dari hadapannya.
"Bentar lagi kok, masih ada urusan. Oh, ya ... Meisha di situ aman kan? Gerry nggak nyakitin Meisha kan?" tanya Malven yang khawatir Gerry melakukan hal buruk pada Meisha.
"Gerry jahil banget, nyebelin juga," jawab jujur mengenai pandangan Meisha.
"Hah? Gerry mana? Gue mau ngomong bentar sama dia."
"Gerry," panggil Meisha yang terdengar oleh Malven.
Suaranya kenceng amat, batin Malven sembari mengernyitkan alisnya.
"Apaan!" Gerry menekan perkataannya.
"Nih, Malven mau ngomong," ucap Meisha yang menyerahkan ponselnya.
"Ada apa Vin?" tanya Gerry.
Perasaan ... gue yang cewek, kok Gerry bicaranya lebih halus ke Malven daripada ke gue, batin Meisha yang memerhatikan Gerry.
"Lo nggak nyakitin Meisha kan? Katanya lo jahil. Awas aja kalo sampe macem-macem!" Malven memperingatinya.
Gerry menggarukkan kepalanya yang ditidak gatal lalu menoleh ke arah Meisha dengan tatapan tajam. Namun, Meisha justru tersenyum karena mendengar Malven memarahi Gerry.
"Ger," panggil Malven karena Gerry belum menjawab.
"Apaan sih? Lo jangan percaya sama dia. Lo tenang aja, gue nggak akan macem-macem," jawab Gerry seraya memberikan jempol padanya.
Kemudian, Meisha merebut kembali ponsel Gerry. Dia ingin berbicara lagi pada Malven.
Dasar cewek mungil, kata Gerry dalam hati sambil memegang pelipisnya.
"Malven, lo cepet ke sini ya," kata Meisha setelah HP Gerry direbut.
"Iya Meisha. Meisha juga jaga diri baik-baik ya," ucap Malven halus.
"Astaga, lo jangan sebut nama gue mulu dong. Merinding kan jadinya ...," timpal Meisha.
Malven terheran-heran padanya. Lah terus gue panggil apa? Sedangkan nama dia sendiri adalah Meisha, batinnya.
"Terus apaan?" Malven memperlihatkan wajah bingungnya.
"Ya ... 'lo', 'gue' aja. Lebih terkesan santai dan akrab."
"Omong kosong! Meisha aja, kalo gue panggil 'lo' nanti kesannya kasar," kata Malven.
Gerry merebut ponselnya. Dia tidak mau lagi mendengarkan percakapan mereka berdua yang membuatnya ngilu sampai ke tulang.
"Udah ya Vin, Meisha mau tidur ... udah larut malam soalnya."
Gerry menutupnya, sedangkan Meisha mengubah wajahnya masam. Karena Gerry, Malven juga bisa bernapas lega dan tenang di sana. Gerry menyuruh Meisha kembali ke kamar untuk tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIRULEN (END)✔️
Mystery / ThrillerMalven Arion, Mahasiswa S2 di Harvard University. Ia mengalami banyak kejadian aneh setelah kepulangannya ke Kanada. Ia juga diperintah oleh ayahnya untuk mengusut kematian istrinya, atau ibu Malven sendiri. Awalnya Malven menolak karena melibatkan...