Bukan hanya dia

43 2 0
                                    

Waktu terus bergulir menunjukkan hari telah pagi namun Nadia merasa sangat enggan bangun dari tidurnya. Pagi seperti pagi biasanya, namun perasaan mengganjal di hatinya seakan membuat pagi ini terasa gelap. Ada apa dengannya?

Nadia menghembuskan napasnya, memaksakan kedua kelopak matanya untuk meninggi hingga akhirnya terbuka sempurna dengan pikirannya yang kacau.

"Lo pacarnya Nad, lo berhak marah" Racaunya lalu bangkit dari tidurnya.

"Sarapan dulu sayang" ucap ibunya kala melihat sang putri terlihat tengah menuruni anak demi anak tangga di hadapannya.

"Sarapan di sekolah aja mah" Ucap Nadia langsung berjalan ke pintu dengan wajah lesu.

"Pagi" Nadia mengangkat wajahnya menatap seseorang yang amat sangat ia kenali dengan wajah bingung.

"Di diemin doang nih aku?" Ucap Raka kala Nadia tak kunjung memberikannya sebuah respon.

"Ngapain?" Tanya Nadia dingin.

Raka menghembuskan nafasnya pelan, mencoba mencairkan suasana "Kamu masih marah yah sama aku?"

Nadia menatap jam tangan yang terpasang rapih di pergelangan tangannya "Bentar lagi bel" ucapnya lalu berjalan melalui Raka, membuat sang empu harus berpikir keras.

Nadia berbalik, "Mau telat?" Lanjutnya sembari tersenyum simpul membuat Raka menghela napasnya lega.

*****

"Udah baikan nih ceritanya" Gurau Mauren saat melihat Raka meninggalkan ruang kelasnya.

"Yang berantem siapa sih Ren" Ucap Nadia acuh.

"Halah, bentar lagi juga keliatan kayak mau nangis lagi lo"

"Doa lo ye" Ucap Nadia geram sembari menoyor kepala teman sebangkunya itu.

"Kayaknya gue harus ngomong sama Clara deh" Ucap Nadia setelah seperkian detik terdiam.

"Gue harus bilang ke dia kalo gue gak suka dia bersikap kayak gitu ke cowok gue" lanjutnya lagi.

"Lo yakin Nad?"

"Keputusan gue udah bulat Ren"

"Kalo Raka mikirnya lo berlebihan gimana Nad?" Nadia terdiam, bagaimana jika Raka merasa terkekang setelah ini?

"Bukan cuma Raka yang punya hati Ren" Ucap Nadia tersenyum miris. Apakah ia egois? Tapi ia juga tak ingin kehilangan apa yang telah jadi miliknya untuk ke 'dua' kalinya.

*****

"Clara!"

Sang empu berbalik, "Ohh, Hai kak" sapanya penuh semangat.

"Gue perlu ngomong sama lo"

"Sekarang kak?" Tanyanya bingung.

"Iya, tapi gak disini" Ucap Nadia berjalan mendahului, dengan sigap Clara langsung mengikuti langkah demi langkah yang diambil oleh Nadia.

"Kakak mau ngomong apa?"

"Lo tau kan Raka pacar gue?"

Clara terdiam, "Iya aku tau kok kak" ucapnya tersenyum simpul.

"Kalo lo tau bukannya lo harus jaga jarak lo sama dia?" Tanya Nadia sedikit terbawa emosi.

"Tapi kak, aku kan cuma minta tolong sama-"

"Lo gak bisa minta tolong ke orang lain?" Potongnya geram membuat sang lawan bicara terdiam.

"Kakak kok berlebihan gini sih? Aku kan cuma nganggep kak Raka kakak aku, dan lagian aku cuma minta tolong kak bukannya maksa dia buat nolongin aku" Pungkas Clara dengan nada meremehkan.

Habis sudah kesabaran Nadia kali ini "Lo masih punya rasa malu nggak si? Cuma anggep kakak? Lo kira mata gue buta? Gue tau lo suka sama Raka"

"Kakak kenapa si?"

Nadia berulang kali menghembuskan napasnya gusar, ingin sekali ia menjambak rambut panjang gadis di hadapannya ini hingga botak.

"Nad?" Nadia menoleh, didapatinya Raka berdiri tak jauh dari tempatnya dengan raut wajah yang aneh. Entah mengapa, akan tetapi terlihat menyeramkan.

*****

Haiii!!!
Sebelumnya aku mau ngucapin 'Big Thanks' untuk NadiaaflahWijayaNadiaaflahWijaya
Gak nyangka banget ternyata masih ada aja readers yang masih setia nungguin part-of-part dari 'DRAN' meskipun udah lama banget aku nggak up:))
Sebenarnya beberapa hari setelah aku up curhatan aku itu aku sempet mikir buat delete 'DRAN' aja, sampe akhirnya aku dapet notif dan aku sadar meskipun nggak seberapa tapi masih ada yang nungguin 'DRAN' up part baru, so support dan selalu doain aku yah biar rajin up di tahun ini:))

Beloved,
-Sila💜

Ain't Together [Sedang Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang