Kring..kring..
"mau pulang bareng gak Ros?"
"gak deh, nyokap bilang mau ngejemput"
"tumben" ucap Nadia yang heran kenapa tiba-tiba mamanya Rosa ingin menjemputnya.
"ya terserah nyokap gue lah.."
"iya deh serah apa lo bilang,gue duluan yah..dahh" ucapnya lalu pergi meninggalkan Rosa yang masih membereskan buku-bukunya.
Rosa berjalan menyusuri lorong dan sampai di depan gerbang. Ternyata mamanya belum datang jadi ia memutuskan untuk kembali dan duduk di lapangan basket yang sudah sepi sembari menunggu jemputannya datang.
"hai"
Sapa seseorang dari arah belakang yang membuat Rosa langsung menengok ke belakang.
Dan ia mendapati seorang Raka yang sedang tersenyum kepadanya lalu duduk di sebelahnya.
Mimpi apa gue semalem..ya ampun! Nih cowok kenapa harus ganteng banget sih
Sadar dirinya terus saja di tatap, Raka tertawa renyah lalu melambai-lambaikan tangannya di hadapan Rosa namun tak ada balasan.
Raka tersenyum melihat keanehan gadis di sebelahnya ini. Tak sengaja matanya melihat name tag yang berada di sebelah kanan dada Rosa.
"Andrea Rosane" ulangnya saat membaca name tag rosa.
"ehh? lo ngomong apaan tadi?" jawabnya gugup lalu membuang tatapannya sejauh mungkin dari Raka.
Raka hanya tersenyum geli melihat kelakuan gadis yang baru di kenalnya ini.
"santai aja kali, oh ya..gue harus manggil lo apa nih? Andrea? Rea? Rosane? Ane? Atau.." belum selesai Raka menyelesaikan perkataannya Rosa sudah lebih dulu memotongngnya.
"Rosa..lo bisa panggil gue Rosa aja"
"ohh oke, Rosa" katanya membuat Rosa tersenyum malu.
Cantik... -batin Raka
Tin..tin..
"ehh, gue udah di jemput..gue duluan yah"
"ohh..oke,hati hati yah" ucapnya yang hanya di balas oleh senyuman Rosa.
Entah mengapa Raka merasa tertarik melihat senyuman itu. Senyum milik Rosa.
*****
"mah kok kita ke arah sini?" tanya Rosa yang menyadari mobilnya berlainan arah dengan jalan menuju rumahnya."kamu lupa yah?" ucap Rini yang melainkan mama Rosa.
Rosa hanya menatapnya bingung tak mengerti ucapan mamanya itu.
Mamanya yang sadar tengah ditatap dengan wajah bingung anaknya pun tersenyum.
"kamu kan hari ini harus check up sayang" lanjutnya lagi.
Rosa hanya mendengus kesal lalu membuang tatapannya ke arah jendela.
Setelah beberapa menit kemudian akhirnya sebuah tempat bercat serba putih yang paling dibenci oleh Rosa terlihat. Rosa menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya kasar.
Beberapa menit kemudian...
"ibu Rini tolong ikut saya" ucap dokter Reza yang selalu setia memeriksa Rosa.
"baik dok"
Rosa berniat akan mengikuti mamanya namun langkahnya terhenti oleh mamanya.
"emm.. Rosa disini aja dulu yah biar mama aja yang masuk" Rosa pun mengangguk mengiyakan lalu duduk di bangku panjang di belakangnya.
"gini banget sih hidup gue" gumamnya.
Sebenarnya Rosa sudah tau bahwa hidupnya itu tidak akan lama lagi tapi entah mengapa Rosa masih saja ingin terus hidup layaknya orang normal.
Mama rosa sebenarnya sudah ingin memberitahukan Nadia tentang penyakit yang di derita Rosa sedari lama namun Rosa terus saja meminta mamanya agar tidak memberitahukan siapapun kecuali keluarganya dengan alasan ia takut teman-temannya akan merasa khawatir.
"ibu tau kan kalo kanker Rosa itu sudah mencapai stadium 3? saya hanya takut kanker itu akan menjalar ke otak Rosa yang artinya Rosa akan sulit di sembuhkan" ucap dokter itu kecewa.
"kira-kira berapa lama lagi anak saya akan hidup dok?"
"perkiraan saya, ia hanya bisa bertahan sampai 5 bulan ke depan Bu. tapi semua itu rahasia Tuhan kami sebagai seorang dokter hanya bisa memperkirakannya saja" kata dokter itu lagi yang membuat tangan Mama Rosa menutup mulutnya dan berusaha menahan air matanya.
"apa tidak ada harapan anak saya bisa sehat kembali dok?"
Terdengar dokter tersebut menarik nafasnya panjang.
"sepertinya sulit Bu"
Beberapa menit kemudian, mama Rosa dan dokter Reza keluar. Rosa pun langsung berdiri.
Kenapa mamah harus pura pura senyum mah? Rosa denger semuanya. -batin rosa
"jaga kesehatan kamu ya Rosa" ucap dokter Reza sembari menepuk-nepuk pundak Rosa lalu melangkah pergi.
"ayo pulang" Rosa hanya tersenyum lalu melangkahkan kakinya mengikuti langkah kaki mamanya
*****
"morning" teriak Nadia yang selalu saja menggelegarkan seisi kelas.
"apaan sih lo?! ribut banget!"
"lo mah gitu banget..seenggaknya bales kek salam gue"
"males, ribet lo jadi orang!"
"gini-gini gue temen lo Ros"
"bodo ah!"
"ohh iya.. Rosa"
"hmm"
"gue boleh nanya gak?"
"nanya mah nanya aja kali" ucapnya kemudian melihat Nadia malas.
"kemaren gue liat lo di Rumah Sakit sama nyokap lo,kalian ngapain?" mendengar pertanyaan Nadia, Rosa pun membelalakan matanya terkejut.
"emm..itu..gue nganterin nyokap..nah iya,gue nganterin nyokap check up..heheh"
"lo lagi gak boong kan?"
"nggaklah,apaan sih lo,udah ah..gue mau ke toilet dulu"
Sorry nad,gue terpaksa boong karna gue takut lo jadi khawatir kalo gue kasih tau elo tentang penyakit gue
Gubrakk..
"eh sorry..sorry..sini gue bantuin"
Ya ampun nih malaikat jatuh darimana?. -batin rosa
"lo gak papakan?..oh iya,siapa nama lo? gue lupa.. Rosa.. Rosa..ah iya Rosa..lo gak papakan?" tanyanya panik. Siapa lagi kalau bukan Raka.
"ahh?iya, gue gak papa kok"
"serius?"
"iya gue gak papa..thanks yah udah bantuin gue bangun"
"santai aja kali"
"ehmm..gue duluan yah"
"iya,sorry yah"
"iya gak papa kok"
Akhirnya rosa sama raka nya mulai deket juga><
Tapi sayangnya rosanya gak lama lagi bakal pergi T^TStay terus yah:)
-SilaAlhamid
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't Together [Sedang Direvisi]
Teen FictionRaka menghela napasnya berat sembari menutup matanya tak bisa lagi berbicara. Hatinya sakit. "Kita pulang yah?" ucapnya lembut pada Nadia yang tengah tertunduk lesu. Nadia mengangguk lemah sebagai jawaban lalu berjalan gontai yang langsung di bantu...