Kenyataan yang menyakitkan (Part 2)

144 9 0
                                    

Motor sport Raka melesat memasuki area pemakaman. Hatinya berat tapi ia tidak bisa membiarkan Nadia sendiri takut ia akan melakukan sesuatu yang berbahaya.

Nadia mulai menyusuri makam demi makam hingga matanya melihat nisan bertuliskan 'Andrea Rosane' disana.

Nadia mematung membaca nama sahabatnya disana. Kakinya serasa lumpuh tak bertenaga. Nadia tidak mampu lagi membendung air matanya.

Nadia menangis sejadi jadinya di depan nisan Rosa yang sudah enam bulan ini tidak di ketahuinya sama sekali.

"Lo kenapa bohongin gue Ros?"

Raka berjongkok tepat di sebelah Nadia. Membawa Nadia ke dalam dekapannya.

"Gue ngerasa jadi sahabat yang bodoh banget Ka"

Raka menghela napasnya dalam. Sebenarnya ia juga sangat tertekan tapi sekarang yang lebih tertekan adalah Nadia. Ia tidak ingin Nadia kenapa-kenapa.

"Ini semua salah gue" ucap Nadia sambil terisak di dalam pelukan Raka.

"Ini ajal Nad, lo gak boleh nyalahin diri lo"

Nadia melerai pelukannya dari Raka tanpa sedikit pun berhenti menangis.

"Kalo aja dulu gue di sampingnya pasti gue bakal nyemangatin dia. Tapi dengan bodohnya gue malah langsung percaya dan ngebenci dia"

"Nad, lo harus ikhlas"

"Gue gak bisa Ka! Rosa meninggal enam bulan yang lalu dan gue baru tahu semuanya sekarang?! Gue gak bisa terima kenyataan Ka!"

Raka kembali membawa Nadia ke dalam dekapannya sembari sesekali mengusap rambut Nadia lembut berharap dengan begitu Nadia akan tenang.

"Gue sahabat macam apa Ka? Gue belum bisa nerima kenyataan kalo dia udah pergi ninggalin gue Ka"

Raka menghela napasnya berat sembari menutup matanya tak bisa lagi berbicara. Hatinya sakit. Wanita pertama yang masuk ke dalam hatinya meninggalkannya untuk selamanya.

Hari sudah mulai sore membuat Nadia terpaksa untuk pulang meskipun dirinya enggan untuk pulang.

"Kita pulang yah?"

Nadia mengangguk lemah sebagai jawaban lalu berjalan gontai yang langsung di bantu oleh Raka.

*****

Nadia mengurung dirinya di dalam kamar. Ia merasa dirinya adalah sahabat terbodoh di dunia dan kematian Rosa adalah karena dirinya.

"Maafin gue"

Hanya kalimat itu yang terus saja keluar dari mulutnya bersamaan dengan air matanya yang terus saja mengalir deras membasahi wajahnya.

Tok.. tok.. tok..

"Nad? ini gue Raka. Lo jangan kayak gini dong. Lo makan dulu yah?" Ucap Raka lembut berusaha membujuk Nadia agar dirinya mau makan.

Nadia kembali memproduksi air matanya sangat banyak. Dirinya benar-benar merasa bersalah.

"Bahkan gue malah ambil Raka dari lo sekarang? Maafin gue Ros"
Entah mengapa Nadia merasa semua yang ia lakukan adalah sebuah kesalahan. Dirinya merasa telah merebut Raka dari Rosa sekarang meskipun yang sebenarnya tidak. Ia hanya terlalu luput dengan kesedihannya.

Tok.. tok.. tok..

"Nad? Gue mohon"

Nadia mengusap air matanya asal "gue janji gak akan ada perasaan apa-apa sama Raka, Ros. Gue janji sama lo"

Nadia membuka pintu dengan perlahan. Perlahan dapat di lihatnya juga raut khawatir di wajah Raka yang terpampang terlalu jelas.

Raka tersenyum saat melihat Nadia yang berdiri di ambang pintu dengan mata sembabnya.

"Akhirnya lo mau makan juga"

Nadia lebih memilih mengambil alih nampan berisi makanan daripada membalas ucapan Raka. Nadia berjalan ke arah tempat tidurnya yang di susul oleh Raka.

"Ngapain lo?"

Raka tersenyum sekilas "mastiin kalo lo makan"

Nadia memutar kedua bola matanya malas "gue bukan anak kecil"

Raka mengacak-acak rambut Nadia gemas "lo mirip banget sama adek gue tau nggak?"

Nadia mendengus sebal karena Raka mengacak rambutnya "nggak. Gue gak tau dan gak mau tau. Puas lo?!" Ucapnya lalu memakan makanannya. Raka terkekeh geli melihat kelakuan Nadia yang tak jauh berbeda dari wanita pujaannya yaitu Rosa.

Nadia merasa risih dengan Raka yang terus saja memandanginya. Bukannya Nadia geer tapi memang itulah kenyataannya.

"Lo kenapa sih ngeliatin gue mulu? Naksir lo?"

Raka terkekeh mendengar ucapan frontal Nadia barusan "mirip banget lo sama Rosa"

Mendengar nama Rosa, Nadia kembali murung bahkan ia menghentikkan aktifitas makannya ketika mrndengar nama itu di sebut.

Raka mengamit satu tangan Nadia menyalurkan semua kekuatannya agar Nadia bisa kuat menghadapi kenyataan.

"Lo harus kuat Nad. Kalo lo kayak gini terus Rosa bakal sedih disana. Biarin dia tenang"

Nadia melepas genggaman tangan Raka dari tangannya "tapi gimana caranya supaya dia bisa seneng Ka?"

Raka menghela napasnya dalam "lo harus tetep bahagia. dengan kayak gitu Rosa juga bakal bahagia"

Nadia memejamkan matanya. Menenangkan pikirannya "bakal gue coba"






Cukup sekian dulu, semoga kalian suka:)

Maaf kalo banyak typonya yah:)

Oh ya, nanti kayaknya kalo cerita ini udah selesai aku bakal bikin satu teenfic lagi jadi, tolong suportin aku yah supaya ini cerita cepet selesai:)

Thnks,
-S

Ain't Together [Sedang Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang