THE END

58 5 0
                                    

"Nad?"

Nadia menatap sang pemanggil heran,  ada apa dengan ekspresi yang ditampilkan oleh Raka kepadanya saat ini?.

Raka menghembuskan napasnya gusar, diambilnya langkah semakin mendekati keduanya, dibawanya Nadia ke belakang punggungnya lalu berkata "Jauhin gue".

Clara mendongak menatap lelaki yang selama ini membuat hidupnya sedikit berwarna itu penuh kecewa "Kak Raka kenapa ngomong kayak gitu? Clara kan nggak ngelakuin apapun, kak Nadia pasti salah paham kan kak" ucapnya menahan agar kedua matanya tak membiarkan air matanya mengalir begitu saja.

Raka kembali menarik napasnya penuh sabar kali ini, "Lo yang jauhin gue atau gue yang jauhin lo?" Ketusnya. Clara menatapnya penuh akan kekecewaan, benar-benar sakit, pikirnya.

"Lo ngelakuin ini cuma demi cewek lo ini kak?" Ucapnya lalu memandang Nadia meremehkan, ia berdecih "Selama ini lo baik sama gue buat apa kak?!" Lanjutnya dengan notasi yang sedikit meninggi.

Raka menghembuskan napasnya berat untuk kesekian kalinya, ia tak tahu bahwa sikapnya selama ini membuat Clara salah paham akan dirinya "Lo salah paham Ra-".

"Apa sih yang lo liat dari dia kak? Gue jelas lebih baik daripada dia!" Potong Clara cepat.

"Lo emang lebih baik daripada Nadia-" Nadia menatap punggung Raka menahan air matanya, apa yang baru saja dia dengar?.

"Tapi Nadia satu-satunya buat gue. Dia lebih dari apapun yang ada di diri lo" Lanjutnya.

*****

Nadia menatap ujung sepatunya sembari sesekali memainkan pelan kedua kakinya dibawah sana, membiarkan rasa canggung menyelimutinya. Setelah kejadian tadi pagi ia benar-benar tak tahu harus berkata apalagi pada Raka. Bohong jika ia bilang dirinya tak bahagia, akan tetapi entah mengapa ia masih merasa sesak di dalam sana.

"Maafin aku" Ucap Raka memecah keheningan yang menyelimuti keduanya sejak tadi.

Nadia menghembuskan napasnya dengan senyum lega, "Kamu tau kalo kamu nggak salah Ka".

"Aku benar-benar minta maaf"

Nadia menatap laki-laki yang tengah tertunduk itu dengan senyuman yang tulus, dibawanya kedalam dekapannya "Aku nggak pernah marah sama kamu Ka" ucapnya menenangkan.

"Harusnya aku menjauh tanpa harus marah sama kamu dulu Nad"

Nadia menggeleng pelan "Aku nggak pernah marah sama kamu Ka" ulangnya. "Semua orang pernah berbuat salah, aku, kamu, atau siapapun diluar sana. Ini hidup Ka, nggak mungkin segala hal berjalan sesuai keinginan kamu, Tuhan penulis skenarionya Ka" lanjutnya membuat Raka menatapnya tak mengerti, perasaannya tak enak.

Nadia lagi-lagi tersenyum membuat Raka menambah rasa takutnya tanpa dimintai "Kayaknya hubungan kita harus sampai di sini aja Ka. Bukan, bukan karna aku nggak sayang lagi sama kamu".

Raka menatap gadis dihadapannya ini sendu, sefatal itukah kesalahannya selama ini? "Nad-" lirihnya.

"Kalau kamu lagi sakit pasti kamu butuh obat kan Ka?" Tanyanya. "Sama halnya kayak aku sekarang" lanjutnya tersenyum getir.

"Tapi kita bisa selesaiin sama-sama Nad" keukeuhnya.

Nadia menghembuskan napasnya perlahan, "Nggak semua masalah bisa diselesaikan dengan kata 'Sama-sama' Ka" ucapnya lalu memutuskan untuk pergi meninggalkan Raka yang tengah menahan rasa sesaknya di dalam sana.

*****

Haii, akhirnya setelah 4 tahun lamanya 'DRAN' complete juga meskipun jujur alurnya berubah sedari yang awalnya bakal happy ending malah jadi sad ending (nggak sepenuhnya), Chap yang seharusnya 40 malah ku jadiin cuma 37, dan juga janga lupa akan beberapa part yang masih aneh menurut aku, mungkin akan aku revisi sepenuhnya kali yak kalo udah nggak mager, wkwkwk.

Aku juga mau ngucapin terimakasih yang sebesar-besarnya buat kalian yang selalu setia baca 'DRAN' selama 4 tahun ini meskipun aku jarang banget up dan keseringan hiat. Tanpa kalian cerita ini bener-bener nggak bakalan dapet highest rank sama sekali kayak sekarang ini. Love u all🙆💜

Beloved,
- Sila

Ain't Together [Sedang Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang