Raka menatap gadis dihadapannya dengan heran, gadis itu benar-benar merapatkan bibirnya seharian ini. Ada apa dengannya? Apakah Raka melakukan suatu kesalahan terhadapnya?.
"Nad" Panggilnya yang hanya di jawab deheman oleh Nadia.
"Nad" Ulangnya.
"Apasih?" Jawab Nadia sedikit kesal karna Raka tak kunjung mengatakan apa yang hendak ia katakan.
"Kenapa sih?"
Nadia mengerutkan dahinya tak mengerti "Apanya yang kenapa?"
"Kamu"
"Aku? Aku kenapa?" Nadia semakin tak mengerti, apa maksudnya? Ia kenapa? Bukankah ia terlihat baik-baik saja?.
Raka berdecak kesal dibuatnya. Ia terus saja berpikir apa ia melakukan sesuatu yang salah sehingga membuat gadisnya itu berubah dalam jangka waktu 24 jam?.
"Kok tumben Clara gak ngekorin?" Ucap Nadia saat menyadari gadis yang selalu saja lengket dimanapun dan kapanpun Raka berada itu sekarang tidak ada dihadapannya. Sejurus kemudian senyum di wajah Raka mengembang begitu lebarnya membuat Nadia menatapnya heran, apa ada yang salah dengan pertanyaannya barusan?.
"Cemburu yah?"
Nadia membelalakkan matanya terkejut lalu membuang pandangannya ke sekitar saat Raka terus saja menatapnya sembari tertawa "Siapa juga yang cemburu" Ucapnya mengelak.
"Yakin?" Gemas akan pertanyaan itu, Nadia memukul bahu Raka yang membuat sang empu terdengar mengaduh kesakitan.
"Eh, sakit yah? Maaf maaf" Ucap Nadia panik.
"Kalo bidadari yang mukul gak sakit kok" Nadia yakin pipinya sudah merah sekarang. Bukan, bukan karna matahari yang begitu terik di atas sana hari ini melainkan karna ia malu. Ia segera memalingkan wajahnya yang sontak saja membuat Raka sedikit terkekeh melihat tingkah laku gadisnya itu.
"Udah, gak usah senyum-senyum"
Nadia membelalakkan matanya sempurna "Siapa juga yang senyum-senyum" Ucapnya semakin kesal yang justru mengundang keinginan Raka untuk mengarahkan kedua tangannya agar bisa mencubit pipi Nadia yang terlihat menggembung lantaran ia sedang menahan amarahnya.
"Nanti pulang bareng aku yah" Ucapnya lembut sembari mengelus puncak kepala Nadia lalu meninggalkan Nadia yang terduduk dengan jiwa yang entah kemana sekarang ini.
*****
"Lo balik sendiri Nad? Mau bareng gue aja?" Tanya Mauren kepada Nadia yang tengah sibuk membereskan buku-bukunya. Sang empu hanya menanggapinya dengan tersenyum sembari menggelengkan kepalanya yang kemudian diketahui artinya oleh Mauren lalu ia pergi meninggalkan Nadia setelah berpamitan.
Setelah selesai dengan kegiatan berberesnya, Nadia berjalan menyusuri koridor berniat menemui Raka yang mungkin saja telah menunggunya di depan. Namun, baru beberapa langkah ia menjauhi kelasnya ada sebuah pesan yang masuk di ponselnya yang langsung membuat wajahnya keruh bukan main.
DavlinRakaW : Maaf Nad aku gbsa anterin kamu plg hari ini, aku lupa klo hari ini aku ada jadwal latihan bareng Clara. Bsk pagi aku jemput, love you:)❤️
Nadia menghembuskan napasnya gusar, jika tau seperti ini lebih baik tadi ia pulang bersama Mauren. Tunggu dulu, apa dia bilang? Clara? Lagi? Mengapa selalu nama itu? Bahkan ia baru sehari berpacaran dengan Raka tapi mengapa ia merasa begitu tidak beres hubungan mereka saat ini?. Sebenarnya siapa yang pacarnya? Dia atau Clara?. Dengan kesal Nadia mematikan ponselnya lalu memasukkannya ke dalam tasnya. Masa bodoh dengan segala hal yang akan menimpanya nanti saat ponselnya sengaja ia matikan.
Nadia menatap jengah lurus ke depan saat mendapati dua orang yang sangat ia kenali, begitu dekat layaknya sudah saling mengenal satu sama lain sejak lama, Nadia benci itu.
"Gue gak cemburu, cuma kesel doang" ucapnya menyakinkan dirinya sendiri.
Ditariknya napasnya sedalam mungkin mengisi paru-parunya yang terasa kosong, lalu memutuskan untuk melangkah pergi tanpa berpamitan pada kedua manusia yang terlihat begitu bahagia di depan sana.
*****
Hai, up lagi dengan kegajean sila:)
Sebelumnya, Minal Aidzin Wal Faidzin yah readers. Maapin kalo sila punya salah🙏
Always support sila yah,
Makasih banget buat 4K reads dan 363 votesnya, sila bener² syg banget sm kalian huhu T^T🙏❤️Beloved,
SilaAlhamid❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't Together [Sedang Direvisi]
Teen FictionRaka menghela napasnya berat sembari menutup matanya tak bisa lagi berbicara. Hatinya sakit. "Kita pulang yah?" ucapnya lembut pada Nadia yang tengah tertunduk lesu. Nadia mengangguk lemah sebagai jawaban lalu berjalan gontai yang langsung di bantu...