Hari yang tak pernah diharapkan (part 2)

145 12 1
                                    

Suara bedside monitor mengisi ruangan senyap bernuansa serba putih itu.

Rosa masih juga belum siuman. Ini sudah ke tiga harinya Rosa belum juga sadarkan diri dari tidur panjangnya.

Anjani yang awalnya selalu setia menemani Rosa akhirnya masuk sekolah karena paksaan dari Adit.

Adit mengelus kepala Rosa lembut lalu meminta izin kepada mamahnya untuk keluar. Adit berjalan keluar menuju pintu keluar. Tanpa di sadarinya,ada seseorang yang menatapnya bingung pasalnya ia tau Adit itu adalah kakak kandung Rosa.

Orang itu melangkahkan kakinya kedepan ruang inap dimana tadi Adit keluar. Ia membelalakan matanya terkejut melihat seseorang yang sangat di kenalnya sedang terbaring lemah dengan berbagai alat rumah sakit yang membantunya agar tetap hidup.

Tiba-tiba pintu terbuka memuncunculkan sosok wanita paruh baya yang bukan lain adalah Rani–mamah Rosa.

"nak Dirga?"

Dirga tersadar dari lamunannya lalu mencium punggung tangan Rani sopan.

"assalamualaikum tante"

"waalaikumussalam,udah lama gak ketemu yah?"

"iya tante"

Hening.

"tante.. Rosa..em..kenapa?" tanyanya ragu-ragu.

Rani melihat Rosa dari kaca sekilas lalu tersenyum kecut.

"Rosa kritis"

"kritis?" ulangnya tak percaya.

Rani mengangguk lemah "tante mohon jangan ngasih tau siapa-siapa apalagi Nadia karna itu kemauan Rosa"

Dirga hanya menganggukkan kepalanya paham. Dirga adalah teman TK,SD,SMP bahkan SMA Rosa dan dia sudah mencurigai semuanya dari semenjak mereka kelas 5 SD saat Rosa sudah mulai sering mimisan.

"jadi dugaan Dirga selama ini bener tan?" tanya Dirga pelan.

Lagi lagi Rani menjawabnya dengan anggukkan lemah

"Dirga boleh.."

"boleh,tante minta tolong sekalian jagain Rosa yah soalnya tante mau keluar sebentar"

Dirga hanya mengangguk paham lalu masuk kedalam dan duduk di sisi bankar.

Dirga menggenggam tangan kanan Rosa yang terlihat sangat pucat.

"hai,gue kira lo pindah beneran..nyatanya lo malah enak-enakan tiduran disini..bangun dong temenin gue disekolah" katanya lalu tersenyum kecut "sinting nih gue,ngomong sama orang yang bahkan gak akan denger apapun apa yang gue omongin"

"siapa bilang dia gak bisa denger?" ucap seseorang dari arah pintu yang membuat Dirga mendongak melihat sumber suara.

"Anjani"

Anjani melempar tasnya ke sofa rumah sakit. eitss..jangan pikir Anjani bolos yah tapi ini emang udah waktunya dia pulang sekolah.

"kata guru biologi gue,meskipun orangnya kritis,tapi orang kritis itu masih bisa denger apa yang di ucapin orang lain dan bisa ngerasain sama kayak masanya sebelum dia kritis" ucap Anjani panjang lebar lalu mengupas buah apel dan juga jeruk untuk di makan.

"nggak adil banget sih" gumam Dirga sebal.

Anjani mengernyitkan dahinya bingung "maksud lo?"

"iyalah,gue kakak kelas lo tapi lo lebih pinter dari gue,kan gak adil banget" ucapnya frustasi

Anjani terkekeh di buatnya "gak heran sih gue"

Dirga terkekeh lalu mengembalikkan pandangannya kemabali kepada Rosa yang masih enggan untuk membuka matanya.

Ain't Together [Sedang Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang