Dreaming?

92 9 1
                                    

Setelah kejadian di pagi hari kemarin dan kejadian setelah Grey menggodanya di UKS membuatnya sedikit bingung dengan perasaannya. Egoiskah ia memiliki perasaan yang sama akan keduanya?. Ia tak mengerti bahkan sangat tak mengerti ada apa dengan dirinya. Siapa yang ia sukai untuk waktu yang lama?. Nadia mengusap wajahnya gusar "Kok jadi gue yang stres sih?"

Nadia menghembuskan napasnya pelan menatap langit malam di atas sana yang terlihat mendung nan redup tanpa adanya sinar rembulan malam ini "Kok jadi ribet gini sih? Gue gak pernah ngarepin ini sedari dulu" ucapnya dengan nada melemah.

Pandangan Nadia tak sengaja mendapatkan seorang yang tak asing di matanya tengah berdiri dengan resah di depan pagar rumahnya. "Gak salah liat nih gue? Ngapain tuh bocah malem-malem gini di sini?"

Tak lama setelah memikirkannya, ponsel Nadia tiba-tiba saja berdering dan bukan lain lagi Raka lah orang itu. "Halo?"

"Bisa turun dulu nggak?"

"Ngapain?"

"Ada perlu bentar sama lo"

"Udah malem, kenapa gak besok aja?"

"Lama, gue loncatin juga nih pager lama-lama"

"Iya iya otw" Ucapnya lalu berjalan malas ke depan.

"Kenapa? Gak penting gue bunuh lo" Ucap Nadia saat sudah berada di hadapan Raka yang tersenyum entah mengapa saat ini.

Nadia mengangkat alisnya tak mengerti "Kenapa lo? Dateng-dateng senyum-senyum gak jelas"

Raka tertawa "Gue cuma kangen sama lo"

Nadia membelalakan matanya tak percaya dengan apa yang di dengarnya kali ini. "Apasih Ka?" ucapnya sedikit berteriak menahan rasa bahagianya saat ini.

Raka tertawa melihat reaksi dari gadis di hadapannya ini "Gue suka sama lo" Ucapnya enteng.

Nadia kembali membelalakan matanya tak percaya. Kali ini benar-benar tak bisa ia percayai. Rasa bahagia sekaligus bingung tergabung menjadi satu saat ini "Kok gue?"

Raka tertawa renyah "Bercanda, Nyari makan yok"

Nadia menghembuskan napasnya gusar menanggapinya dengan tawaan renyah yang sengaja ia buat-buat. Bagaikan telah di terbangkan ke langit ke tujuh lalu di jatuhkan begitu saja oleh harapan yang tak pasti. Tak tau kah ia kalimat itu sangat sensitif bagi seorang wanita? Atau ia hanya sengaja ingin menjatuhkannya terhadap harapan?.

"Berharap beneran gue tembak ya Nad?"

"Idih"

"Kalo iya gue bakal tembak lo sekarang"

Nadia mengedipkan kedua matanya berkali-kali. Sungguh ia tak mengerti dengan lelaki di hadapannya saat ini. Apa maksudnya sebenarnya?.

"Apasih gaje banget lo" ucap Nadia mengalihkan.

"Yaudah bakal gue jelasin" ucapnya menatap serius kedua bola mata milik Nadia "Gue sayang sama lo, Lo mau jadi pacar gue?"

Nadia merasa aneh, apakah ia harus percaya kali ini?. "Bercanda lagi? Hahahah, Gak lucu" ucapnya menekankan kata demi katanya itu.

Raka menghembuskan napasnya gusar "Kali ini gue serius Nad"

What the?!

"Apasih kok jadi canggung gini?" Ucap Nadia mengalihkan.

"Yes or yes?" Ucap Raka meyakinkan.

"Dih pemaksaan" Ucap Nadia spontan.

"Karna gue mau lo jadi pacar gue"

"Ah? Anu–"

"Gue gak nyuruh lo jawab sekarang kok" ucapnya memotong.

Apasih padahal kan gue udah mau jawab.

"Hah? Oh, oke"

Ingin rasanya Nadia meneriaki kebodohan dirinya itu. Betapa bodohnya ia yang masih saja canggung untuk mengakui perasaannya itu.

"Oke doang?"

"Hah?" Tanya Nadia tak mengerti.

"Nggak kok"

Gagal deh gue. Batin Raka.

"Anu–"

"Udah malem, gue balik yah" sela Raka cepat.

Nadia mengerutkan keningnya semakin tak mengerti. Ada apa sebenernya dengan lelaki di hadapannya ini? Udah nembak gue giliran mau gue jawab malah mau ninggalin? Dasar cowok. Batin Nadia geram.

"Oke"

"Jangan lupa mimpiin gue" ucap Raka lalu pergi begitu saja sembari meninggalkan bekas senyuman di mata seorang Nadia.

Setelah dilihatnya Raka benar-benar sudah tak terlihat sama sekali, Nadia menampar kedua pipinya bersamaan "Mimpi gak sih gue?" Ucapnya kemudian kebingungan.

"Gue barusan di tembakkan? Iya gak sih?" Ucapnya bersemangat mengingat perkataan Raka tadi.

"Tapi kalo gue di tembak gak mungkin dong reaksi dia gitu doang, halah Nad palingan tuh cowok kek cowok lainnya, cuma modus" Ucapnya meyakinkan.

"Hah dia beneran nembak gue gak sih sebenernya?!" Teriak Nadia frustasi.

Tringg..

DavlinRakaW : Udah masuk sana jangan kek orang gila gitu di luar rumah:v

Nadia melotot menatap layar ponselnya saat ini. Pipinya memerah bak anak kecil yang akan menangis. Nadia menutup kedua matanya lalu membalikan badannya perlahan lalu memasuki rumahnya karna menyadari kebodohannya yang tengah di tatap oleh Raka dari jarak yang sama sekali tak jauh. Betapa malu dirinya saat ini. Ingin rasanya ia tenggelam ke dalam bumi sekarang ini saja.

Raka tertawa renyah melihat gadis yang ia sukai itu bertingkah seolah-oleh anak kecil yang tertangkap basah karna melakukan kesalahan. Raka menarik napasnya dalam. Terdiam. Terhanyut dalam pikirannya yang terus saja berlarian.

"Gue tau ini yang terbaik" Ucapnya kemudian.

*****

Yey chap. 30><
Dikit lagi abis:(
Sorry updatenya malem banget:')
Always support this story ya gaes😚

Ain't Together [Sedang Direvisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang