Malam terasa asing bagi Nadia kali ini, dirinya merasa bingung, ada apa dengannya? Ada apa dengan hatinya? Mengapa dia merasa berbeda saat Raka bersamanya? Perasaan apa yang di milikinya?
"Gue gak mau egois, gue gak mau rebut dia dari Rosa" rintihnya pelan hingga tanpa sadar air bening mengalir dari matanya, terbayang akan sengyum Rosa yang selalu menghiasi harinya dulu.
Tok..tok..tok..
"Nadia? bantuin mamah dong"
Nadia menghela napasnya malas lalu berjalan membukakan pintu.
"Bantu apa mah?"
"Ke warung depan noh beliin gula. Kalo warungnya udah tutup kamu ke supermarket deket jembatan aja"
"Yaelah mah, kalo gak ada Nadia balik ajalah, supermarket kejauhan"
"Gak bisa, mamah mau make gulanya sekarang, udah sana"
Dengan rasa malas yang menyelimuti, Nadia berjalan ke arah warung yang tadi di sebutkan oleh mamahnya dan naas memang nasibnya, warungnya tutup. Alhasil, ia harus ke supermarket sekarang.
Setelah membeli apa yang di perintahkan oleh ibunya Nadia pun beranjak keluar dari supermarket sembari menjinjing sekantong plastik kecil berisi gula tentunya.
Saat di perjalanan...
Tit.. Tit...
Nadia terlonjak kaget saat melihat sebuah motor beserta penunggangnya yang kini sudah berada tepat 5 senti dari tempatnya berada
"Heh lo gila yah? Bisa bawa motor kagak sih? Kalo kagak–"
Belum sempat Nadia menyelesaikan ocehannya, si penunggang motor tersebut membekap mulut Nadia dengan telapak tangannya lalu membuka helm fullface nya.
"Bawel banget lo ya Nad"
"Grey?" ucapnya saat bekapan Grey terlepas dari mulutnya
"Iya, ini gue Grey"
"Lo ya" ucapnya kesal.
Plakk
Nadia memukul bahu Grey gemas.
"Aduhh, buset nih anak"
"Apa lo?" ucapnya semakin kesal.
"Dih ngambek" ucap Grey sambil memiringkan bibirnya setengah.
"Pala lo ngambek" ucapnya sinis "udah ah, gue mau balik, nyokap gue udah nungguin gue" ucapnya sambil hendak beranjak pergi.
"Etttt...naik" ucap Grey sembari menarik tangan Nadia agar mundur kembali
"Naik kemana? Rahmatullah?" ucap Nadia kesal.
"Hadeh pengen gue ceburin lo ke rawa-rawa" ucap Grey sedikit kesal.
"Apa lo bilang?"
"Udah buru naik, gue yakin lo kagak bego"
"Kagak mau"
"Loh, kenapa?"
Nadia menatap motor Grey yang terlihat sangat tinggi di banding dengan tinggi badannya itu. Grey melihat arah tatapan Nadia yang menuju motornya itu.
"Hahahahah" tawa Grey pecah saat mengetahui alasan Nadia tidak mau naik.
Nadia menatap Grey bingung "napa lo?"
"Makanya badan itu di tinggiin bukan di tebelin" ucapnya di sela tawanya.
Nadia sedikit melotot mendengarnya.
"Udah? Gue bunuh juga lo"
"Wess.. Bocah" ucap Grey sambari mengacak-acak rambut Nadia bak anak kecil.
"Pala lu bocah" ucap Nadia kesal bukan main.
"Udah buruan naik"
"Gak mau"
"Gak baik cewek pulang malem sendirian, cepet gue anterin"
"Kagak mau ih" ucap Nadia semakin kesal.
Melihat wajah kesal Nadia, akhirnya Grey memutuskan untuk turun dari motornya lalu berjalan mendahului Nadia. Nadia yang melihat itu langsung berlari menyusulnya.
"Kenapa lo malah turun?" tanya Nadia di sela-sela napasnya yang tidak teratur.
"Gue ngerti tinggi badan lo gak setara sama motor gue makanya gue jalan aja biar gue tetep nganterin lo pulang"
"Dih, ngarep banget lo nganterin gue ya"
"Dih ngarep banget lo, gue cuma gak mau cewe pulang malem-malem sendirian, bahaya"
"Hayoloh ngaku"
"Ngaku apaan sih bocah" ucap Grey sedikit kesal.
"Sekali lagi lo manggil gue bocah–"
"Kenapa bocah?" sela Grey.
"Ihh!" ucap Nadia kesal.
"Kenapa sih bocah?"
"Serah lo, noh rumah gue dah deket, sono lo pulang aja"
"Dih ngusir, makasih kek apa kek"
"Bodo, huss sono pergi"
"Yaudah iya, gue pulang ya" ucapnya tersenyum sembari mengacak-acak rambut Nadia lagi.
Nadia terdiam, senyum Grey ternyata sangat indah di tambah lagi dirinya tepat berdiri membelakangi cahaya purnama yang hari ini sangat terang menghiasi bumi.
Nadia tersadar akan lamunannya saat di rasa lelaki di hadapannya itu sudah pergi melangkahkan kakinya ketempat dimana motornya berada tadi.
Nadia berbalik "Grey!!" panggilnya.
Terasa di panggil Grey pun berbalik.
"Makasih yah!!" ucap Nadia masih dengan berteriak.
Grey tersenyum sekilas lalu berbalik dan pergi meninggalkan Nadia yang entah mengapa tengah tersenyum-senyum sendiri.
Sadar akan dirinya, Nadia menepuk kepalanya sendiri.
"udah gila kayaknya gue" ucapnya lalu beranjak masuk ke dalam rumah.
Sisil kam gaes setelah sekian lama:")
Prokk prokk /tepuk tangan👏
Gaje yah? Iya tau kok:")
Udah sih yah:")
Btw, thanks loh yah yg udah mau baca ini cerita, padahal gaje banget:")
Keep support me guys, thank you:")
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't Together [Sedang Direvisi]
Teen FictionRaka menghela napasnya berat sembari menutup matanya tak bisa lagi berbicara. Hatinya sakit. "Kita pulang yah?" ucapnya lembut pada Nadia yang tengah tertunduk lesu. Nadia mengangguk lemah sebagai jawaban lalu berjalan gontai yang langsung di bantu...