Pagi harinya Rosa meminta mamahnya untuk mengizinkannya dengan alasan sakit.
Rosa melihat kalender yang berada di atas meja belajarnya. Rosa tersenyum miris "sebulan lagi" gumamnya pelan.
Rosa mengambil kalender itu lalu di bawanya kalender itu ke bawah.
"mah?"
"ya?"
Rosa menggigit bibir bawahnya takut "Rosa gak mau kemo" katanya lalu menunduk.
Mamah Rosa mengalihkan pandangannya dari adonan kue yang sedang di buat ke arah dimana Rosa berada.
"kenapa?" tanyanya.
Rosa mengangkat kalendernya ragu-ragu "sebulan lagi" ucapnya pelan "lima bulan udah cukup buat aku kok mah" lanjutnya lagi.
Mendengar omongan anaknya itu, Rani lantas langsung memeluk anak kesayangannya itu. Ia tidak bisa menahan lagi perih air mata yang selalu ia tahan selama ini. Kenyataan tetaplah kenyataan dan ini sudah menjadi takdir Tuhan.
"makasih mah,makasih karna mamah selalu ada buat aku selama ini,maaf Oca gak bisa ngebahagiain mamah untuk jangka waktu yang panjang" ucapnya dengan nada yang sedikit gemetar karna menahan tangis.
Rani menggelengkan kepalanya di dalam pelukan anaknya itu. Dirinya belum ikhlas kehilangan putri semata wayangnya itu.
Rosa melerai pelukan mereka lalu tersenyum kecut "its okay mah,tanpa kita tau hari itu bakal tetep terjadi dan kalo aku ikut kemo juga gak akan ada yang berubah mah justru aku bakal tambah tersiksa. Biarkan aku pergi dengan senyum mah"
Rani tidak bisa lagi menahan tangisnya.kakinya lemas tak berdaya. Penyemangatnya sebentar lagi akan meninggalkannya untuk selamanya.
Rosa tidak bisa melihat mamahnya menangis. Ingin sekali ia berkata bahwa dia akan sembuh dan baik-baik saja tapi kenyataannya adalah dia tidak akan sembuh sampai kapanpun dan keadaannya sama sekali tidak sedang baik-baik saja.
Rosa berlari ke kamarnya dengan derai tangis. Ingin sekali dia marah kepada Tuhan tapi apalah dayanya. Ajal tetaplah ajal dan tak ada yang bisa menghindarinya.
Gubrak..
Rosa menutup pintunya dengan keras seakan-akan dengan begitu emosinya dapat berkurang. Rosa tersimpuh di pintu dengan derasnya air mata yang di keluarkannya.
Beberapa menit kemudian Rosa menghapus air matanya asal lalu berjalan menuju meja belajarnya dan menulis sesuatu disana.
*****
Waktu menunjukan pukul 06.35 pagi tapi Rosa belum juga turun ke ruang makan untuk sarapan membuat mamahnya menajadi khawatir.
"pah, Oca kok gak turun-turun yah?" ucap Rani–mamah Rosa panik.
"mungkin dikit lagi kali mah" ucap Hendra–ayah Rosa menenangkan.
"bang,coba tengokkin adek kamu deh"
Adit hanya mengangguk lalu berjalan ke kamar Rosa. Entah kenapa perasaannya sangat tidak enak. Apa ada yang tidak beres? Entahlah.
Tok..tok..tok..
Hening.
Untuk kesekian kalinya Adit mengetuk pintu namun tetap saja tidak ada balasan apapun dari Rosa.
Dilihatnya arloji hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 tapi Rosa tetap saja tidak merespon ketukan pintu Adit yang semakin menggebu karena panik. Bahkan orang tuanya beserta Anjani sudah berada di depan pintu kamar Rosa dengan panik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't Together [Sedang Direvisi]
Teen FictionRaka menghela napasnya berat sembari menutup matanya tak bisa lagi berbicara. Hatinya sakit. "Kita pulang yah?" ucapnya lembut pada Nadia yang tengah tertunduk lesu. Nadia mengangguk lemah sebagai jawaban lalu berjalan gontai yang langsung di bantu...