Kring..kring..
Bunyi bel istirahat menyadarkan Rosa akan lamunannya. Sedari Bu Anis mengajar, Rosa sama sekali tidak memperhatikannya.
"woy! Ngelamun aja lo,kesambet ntar"
Merasa geram, Rosa lalu menoyor kepala Nadia gemas "lo niat ngebuat gue mati jantungan beneran hah?!"
Nadia hanya cengar-cengir tak jelas "ya udah,kantin yok?" ucapnya lagi lalu menarik tangan Rosa ke kantin.
Nadia mematung di ambang pintu membuat Rosa sedikit agak bingung karna tak bisa melihat apapun yang di lihat Nadia di karenakan tinggi badan Nadia yang melebihinya. Merasa penasaran, akhirnya Rosa sedikit memiringkan kepalanya.
Jlebb..
Betapa terkejutnya Rosa melihat sosok yang sedang berdiri di hadapannya saat ini. Rasanya tubuh Rosa berhenti berkerja melihat sosok di hadapannya itu.
Rosa mengedipkan matanya berkali kali berharap ini semua hanya mimpi. Tapi nihil, ini kenyataan
"lo? Lo, ngapan disini?" ucap Nadia berusaha untuk tetap tenang.
Pria itu menyeringai lalu menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"menurut lo?" tanyanya dingin
"lo?"ucapan Rosa menggantung saat di rasanya cengkraman Nadia semakin mengeras membuatnya sedikit meringis kesakitan.
Pria itu memiringkan sedikit kepalanya lalu tersenyum tipis pada Rosa.
"hai Ros..lo gak lupa sama gue kan?" ucapnya santai.
"lo gak seharusnya disini" ucap Nadia ketus.
Pria itu menyeringai lalu mengembalikan pandangannya kepada Nadia.
"lo pikir lo bisa ngehindar gitu aja dari gue? Nadia Wulandari?" ucapnya lagi yang menekankan kalimat 'Nadia Wulandari'.
Rosa tau benar ada apa di antara keduanya, tapi ia lebih memilih diam dan tidak ikut campur karna itu akan membuat keadaan semakin kacau.
"mau lo apa sih?" ucap Nadia yang saat ini matanya sudah berkaca-kaca.
"mau gue? Simple..cukup lo mati di depan gue"
Rosa spontan membulatkan matanya tak percaya. Ia sudah tidak bisa menahan emosinya lagi. Rosa melepas cengkraman Nadia kasar lalu berdiri tepat di hadapan pria itu.
"kak Hardi cukup yah! Kiran meninggal waktu itu karna kecelakaan bukan karna Nadia! Kakak gak capek apa buat Nadia kesiksa terus?! Kakak gak kasian apa sama dia yang selalu di teror sama kakak?! Sadar kak.. Kiran meninggal karna ajal bukan karna Nadia" katanya sedikit geram.
Pria yang tadi di panggil Hardi oleh Rosa itu lantas tersenyum getir "tsk,kecelakaan lo bilang? Seandainya dia gak bawa adek gue ke taman waktu itu adek gue gak bakalan liat Ryan sama cewek lain yang ngebuat dia ketabrak truk!" ucapnya dengan nada tinggi yang membut seluruh mata menatap mereka.
Sebenarnya Hardi dan Rosa itu seangkatan hanya saja Hardi satu tahun lebih tua darinya karna Hardi pernah tidak naik kelas sekali. Oke kembali ke topik awal.
Rosa menatapnya semakin tidak percaya "disini yang harusnya lo salahin itu Ryan karna dia udah bikin adek lo nangis bukan Nadia!" ucapnya geram tanpa memedulikan tatakramanya lagi terhadap orang yang lebih tua.
Nadia hanya diam menunduk sambil menangis di belakang Rosa. Dia tidak tau harus melakukan apa lagi, ia sudah lelah akan perlakuan Hardi kepadanya.
Hardi diam membungkam. Rahangnya terkatup dengan sempurna. Yang di katakan Rosa memang benar, seharusnya dia menyalahkan Ryan bukan Nadia.
"gue tanya sama lo, apa dengan lo kayak gini Kiran bakal bahagia? Jawabannya enggak,dia bakal terus sedih karna ngeliat kakaknya yang masih gak ikhlas sama kepergiannya dia. Apa lo mau Kiran sedih terus? Of course,nggak kan? Lo harus ikhlasin Kiran kak. Ini yang terbaik" ucap Rosa lagi lembut.
Entah mengapa ia merasa omongan Rosa tadi itu memang benar. Ia merasa ada sedikit luka yang sembuh jauh di dalam sana.
Hening.
Hardi tidak bisa berbicara lagi. Lidahnya seakan kelu,otaknya seakan sudah tidak bekerja lagi.
"ma-maaf..kak"
Suara lirih Nadia yang sedang terisak membuyarkan semua keheningan.
Entah sudah keberapa kalinya Nadia mengucapkan kata maaf kepada Hardi tapi tetap saja laki-laki itu terus saja mengikuti dirinya kemana pun.
"gue harap ini permintaan maaf terakhir dari Nadia buat Kiran kak..oh sorry. Lebih tepatnya buat lo" ucap Rosa ketus lalu menarik Nadia bersamanya.
Di taman belakang, Nadia terus saja menangis.
"udah dong Nad lo jangan nangis mulu" ucapnya frustasi.
"gue yang salah Ros..hiks..hiks..harusnya dulu..hiks..hiks..gue gak usah bawa..hiks..hiks.. Kiran kesana jadi gak akan kayak gini" ucapnya di sela-sela tangisnya.
Rosa menahan sesak di dadanya. Jujur ia juga sangat kehilangan Kiran tapi apa daya ia bukan Tuhan yang bisa menghidupkan Kiran kembali atau mengulang waktu agar kejadian itu tidak terjadi.
Ryan
Rosa mengepalkan tangannya kesal. Entah kenapa hobinya dulu yang suka memukuli orang sampai babak belur kini kembali lagi saat mengingat nama itu.
Ingin sekali rasanya ia membenturkan Ryan di pohon kelapa lalu membuatnya terbaring lemah di rumah sakit. Tapi Rosa masih mempunyai hati nurani,tapi ia tidak yakin sepulang sekolah nanti Ryan akan aman darinya.
Rosa mengambil hp nya lalu mengetik sesuatu disana.
*****
AndreaRosane : gue tunggu lo pulang sekolah di parkiran
Ryan mengerutkan dahinya heran. Ada apa dengan Rosa? Kenapa tiba-tiba ingin bertemu dengannya? Apa ada sesuatu yang penting? Mungkin sekilas itu adalah beberapa pertanyaan yang berada di benak Ryan.
Kenapa yah? Apa gue lagi dalam bahaya? Secara Rosa kan paling jarang ngajak gue ketemu,ngomong sama gue aja jarang. Pasti ada sesuatu nih.. -batin Ryan.
Oke readersnya akoh,aku sendiri nih yah gak ngerti ini sebenernya ceritanya gimana,tapi.. Nikmatin ae lah yah mumpung gratis😂
Oke salam manis dari sila💋
KAMU SEDANG MEMBACA
Ain't Together [Sedang Direvisi]
Teen FictionRaka menghela napasnya berat sembari menutup matanya tak bisa lagi berbicara. Hatinya sakit. "Kita pulang yah?" ucapnya lembut pada Nadia yang tengah tertunduk lesu. Nadia mengangguk lemah sebagai jawaban lalu berjalan gontai yang langsung di bantu...