Setelah sampai rumah, Kenza langsung merebahkan tubuhnya ke kasur Queen sizenya. Tanpa membersihkan tubuhnya terlebih dahulu.
Dengan mata terpejam, ia memijit pelipisnya pelan. Sedikit pening, rasanya.
Perlahan-lahan, ia mengerjapkan matanya. Lalu memandang langit-langit kamar memperlihatkan lampu yang tengah menyala dengan terang.
Pikirannya masih terbayang Arga.
"Gue gak bisa bayangin deh gimana jadi lo Ga," gumam Kenza, memprihatinkan kondisi kontrakan yang tadi ia singgahi dan juga ibu Arga yang terbaring lemah di kasurnya.
"Kayanya lo keliatan kuat banget!" Walaupun ia bad grill tapi Kenza peduli sekitar, apalagi ini Arga.
"Gue gak pernah liat lo ngeluh, bahkan saat Leo bully lo, lo gak pernah bales dia. Gue tau sebenernya lo itu mampu bales dia Ga, walaupun gue tau Leo gak sendiri tapi entah kenapa gue yakin lo pasti mampu bales dia," monolog Kenza, yang masih menatap langit-langit kamarnya.
Kenza beranjak dari kasurnya, melangkahkan kakinya ke balkon. "Bapak Si Leo emang kepala sekolah, mungkin karna itu kali ya lo gak pernah bales atau nolak permintaan Leo,"
"Mungkin juga lo takut beasiswa lo dicabut,"
"Tapi lo tenang aja Ga, gue gak akan biarin Leo ngelakuin itu lagi sama lo!" ucap Kenza, tersenyum miring.
"Gue akan pastiin Leo, akan ngerasain apa yang selama ini lo rasain!"
"Dan untuk Leo permainan dimulai!"
* * * *
"Ga, kok tumben ada temen kamu yang mau mampir kesini?" tanya Vena lirih, ia penasaran tak biasannya ada yang mau mampir ke kontrakannya mengingat tempatnya kumuh.
"Catik lagih!" tambah Vena, menatap anaknya yang sedari tadi diam.
"Arga juga gak tau Bu, em tadi itu bukan cuma temen Arga Bu, tapi ia juga adik dari pemilik restoran tempat Arga kerja," penjelasan Arga, sontak membuat Vena terkejut.
"Apa benar Arga?"
"Benar Bu,"
"Kalau Ibu lihat, dia sepertinya menyukaimu Ga. Terlihat saat dia tadi selalu menatapmu," ucap Vena.
"Gak mungkin lah Bu," elak Arga, Vena hanya tersenyum melihat anak sulungya ini tampak salah tingkah.
"Kenapa tak mungkin?" tanya Vena, bermaksud menggoda anaknya yang tampak salah tingkah itu.
"Ya ya gak mungkin Bu," jawab Arga gugup.
"Lagian Bu, masa orang kaya Kenza mau sih sama Arga," lirih Arga.
"Pasti kalaupun Kenza mau sama Arga, keluarganya pasti larang. Mengingat kita cuma dari kalangan bawah," pesimis Arga.
"Maafin Ibu ya Nak. Kalau aja Ibu gak sakit, Ibu pasti bantu kamu kerja." kata Vena lirih.
"Ibu gapapa kan ini udah tugas Arga Bu, setelah bapa pergi." Arga memeluk ibunya erat, ia tak ingin melihat ibunya menangis karna merasa bersalah.
"Menurut Arga Ibu adalah Ibu terbaik, makasih ya Bu udah besarin kami." Arga mengecup kening wanita paruh baya itu cukup lama, wajah sang ibu nampak sayu khas orang sakit, bibirnya kering, membuat hati Arga sakit dan merasa bersalah karna belum bisa membawa sang ibu ke dokter.
"Ibu istirahat ya, Arga pamit ke kamar." Arga mengecup tangan yang sudah akan berkeriput itu namun tangan sang ibu masih cukup lembut.
* * * *
Vote sama komen ya guys 😁
👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Always Together [END]
Teen FictionIni tentang Arga Syaputra. Cowo cupu yang selalu di bully oleh teman-teman nya. Arga, dia cowo yang baik hati, yang menjadi tulang punggung keluarga, yang harus bekerja untuk membiayai ibunya yang sedang sakit. Arga, di sekolahan selalu di bully dan...