Ini tentang Arga Syaputra. Cowo cupu yang selalu di bully oleh teman-teman nya. Arga, dia cowo yang baik hati, yang menjadi tulang punggung keluarga, yang harus bekerja untuk membiayai ibunya yang sedang sakit.
Arga, di sekolahan selalu di bully dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Voteee
. . . .
'Ya Allah ... gimana bisa Aku mendapatkan uang seratus juta dalam semalam.' Arga mengusap wajahnya.
Sejak Dokter memberitahu bahwa Ibunya harus segera di operasi, Arga bingung ia tidak mempunyai uang sebanyak itu boro-boro seratus juta tiga juta juga ia tak sampai.
"K-kak ...." panggil Ganara.
Ganara mengusap kedua bahu Kakaknya, ia tahu beban yang sang kakak tanggung sangat berat.
'Kalau saja Aku bekerja bantu Kakak, pasti Kakak bisa biayain Ibu berobat.' kata Ganara dalam hati.
"Iya kenapa Dek?" Sekuat mungkin Arga harus bersikap biasa saja di depan Adiknya, ia tak mau membuat Ganara merasa bersalah.
"I-itu gimana biaya operasinya kak?" Tangannya ia usap pipi yang mulai basah, air matanya meluruh begitu saja.
"Em Kakak bingung mau minjam sama siapa." Arga menundukan kepalanya, tak berani menatap mata Adiknya yang mulai berair.
"K-kalau pinjam ke bos tempat kakak bekerja, emang tidak bisa kak?" tanya Ganara ragu.
Arga termenung sejenak, ia jadi ingat bahwa kakak dari Kenza pernah menawarkan pinjaman bagi karyawan yang membutuhkannya.
'Tapi seratus juta bukan uang yang sedikit.' batin Arga.
"Tapi Dek, uang seratus juta bukan uang yang sedikit."
Ganara menangis tersedu-sedu, tidak tau lagi bagaimana cara mendapatkan uang seratus juta itu.
"Tapi Kakak apa gak mau coba dulu?" Ganara menatap Arga dengan mata sembabnya.
Arga mengusap air mata yang ada di pipi sang Adik. 'Huft, demi Ibu sembuh dan Adik gak sedih lagi, Aku harus coba.'
Arga bangkit dari duduknya. "Iya Kakak akan coba dulu Dek, sekarang Kakak akan telpon bos Kakak. Do'ain ya Dek, semoga dipinjamkan."
Ganara mengangguk, dengan tangan dikepal ke atas. "Pasti Kak, Semangat!"
Arga berjalan ke arah taman, di sana lumayan sepi dan pas untuk mengobrol.
Ia mencoba memanggil Kenzi lewat telepon, sudah dua kali tidak bisa karna sedang berada di panggilan lain.
"Pasti dia sibuk." gumam Arga.
"Huh ... sebelum tiga kali aku tak boleh menyerah!"
"Bismillah .... "
Arga mencoba panggilan ke tiganya dan ya berhasil.
"H-hallo, Bang?"
"Hallo, ada apa Ga tumben telpon."
"Eh maaf Bang kalau ganggu."
"Santai aja Ga."
Dan setelah itu Arga mengungkapkan, maksud ia menelpon. Dan Kenzi meminjamkannya, setelah mendengar alasan Arga dan bukti biaya yang harus dibayar. Tapi ia tidak bisa mengantarkannya langsung, karena ia sedang berada di luar kota. Kata Kenzi, nanti Kenza lah yang mengantarkannya.
Arga tidak mempuntai kartu ATM, jadi ya tidak bisa di transfer uangnya.
"Bang Terimakasih banyak, maaf jadi ngerepotin kalian."
"Ah lo Ga, santai aja. Yang penting Ibu lo semoga cepet sembuh."