36. Salah Paham

1.7K 214 59
                                    







Dengan bersenandung kecil, dan sedikit menggoyangkan kepala mengikuti alunan musik di radio, Jungkook benar-benar bersemangat malam ini. Tetesan hujan yang menutupi pandangan karena membasahi kaca mobil, sama sekali tidak membuatnya mundur dan putar arah. Hari ini akhirnya tiba, setelah ia berhasil menjebak Ally dengan tipu muslihatnya yang lihai, wanita itu akhirnya keceplosan dan mengatakan jika malam ini, Rose akan tiba di Jakarta. Tidak menunggu lama, Jungkook segera meluncur, bekerjasama dengan Marco yang harusnya menjemput Rose, ia menggantikannya dengan imbalan yang tidak kecil.

Padahal, Marco kaya raya, bahkan tidak sebanding dengan Jungkook yang hanya pengusaha ayam saja. Namun, lelaki itu meminta imbalan PS 5 yang katanya tidak bisa dibeli karena larangan dari Ally. Setidaknya, PS 5 bisa membuat Jungkook bisa bertemu dengan Rose tanpa larangan dari calon mertua yang rawan gagal jadi mertua.

Berkali-kali meringis, Jungkook memarkirkan mobilnya dengan tergesa-gesa begitu sampai di bandara Soekarno Hatta. Meski ia tidak tahu pukul berapa Rose benar-benar mendarat, namun ia tetap antusias. Ia menyempatkan diri menghela nafas seraya menatap langit yang menghujaninya. Jujur saja ia sedikit gugup, memikirkan apa yang harus ia katakan jika bertemu Rose? Haruskah ia segera menyalurkan perasaan rindunya dengan memeluk Rose dan mengendongnya hingga mobil? Atau sedikit melakukan drama Bolliwod dengan mengendong dan memutarkan Rose di area bandara?

Jungkook terkekeh kecil kala menyadari betapa konyolnya pikirannya. Tak lama, ia berubah murung. Beberapa minggu belakangan, Rose benar-benar tidak bisa dihubungi, seakan bocah berisik yang suka merengek itu menghindarinya. Ini memang salahnya, terakhir kali mereka berkomunikasi lewat panggilan video, sepertinya ada kesalahpahaman yang tidak sempat ia luruskan. Namun, bagaimana ia bisa meluruskan? Jika Rose sama sekali tidak menerima panggilannya.

Suara penggumuman yang terdengar sayup hingga halaman parkir, menyadarkan Jungkook untuk segera menjemput wanitanya, ia berlarian kecil dengan ringisan semangat di wajahnya. Begitu sampai di area penjemputan, Jungkook meraih kertas yang ia lipat-lipat dari dalam mantelnya. Diangkatnya kertas itu tinggi-tinggi, dengan bayangan wajah Rose yang akan memerah karena terkejut dengan kehadirannya. Ia sudah menuliskan kata-kata besar yang harusnya membuat Rose malu, namun itulah tujuannya, melihat pipi memerah Rose yang sudah lama tidak bisa ia pandangi.

Walau di tengah keramaian, bukanlah sebuah kesulitan untuk menemukan Rose, seakan mereka memang saling terhubung. Senyum Jungkook merekah, kala melihat jika Rose sama sekali tidak berubah, si jelita itu, masihlah Rose-nya yang dulu.

Jungkook melambaikan tangan dengan semangat, melupakan jika ia adalah seorang lelaki dewasa yang seharusnya tidak melakukan hal kekanakan seperti ini. Dalam benaknya, ia menekankan pada diri sendiri agar tidak bertindak berlebihan, terlebih melakukan salah satu drama yang tadi sempat ia pikirkan. Cukup peluk Rose dengan erat, dan membawanya pulang, jangan sampai ada drama romansa yang akan menjadi tontonan. Setidaknya, drama romansa itu lebih baik dilakukan saat mereka berduaan saja.

Senyum ceria Jungkook sirna, saat melihat sosok yang sedari tadi ia tunggu mulai terlihat dengan jelas. Kertas yang ia gambar dengan banyak lambang hati pun ia turunkan dengan tatapan kesalnya. Ada sebuah kejanggalan yang menganggu penglihatannya, guna memastikan, ia melangkah dengan mantap, menarik lengan Rose dan menjauhkannya dari lelaki asing yang merangkul pinggang kekasihnya dengan lancang.

"Siapa dia?!" Geram Jungkook.

"Ngapain Kak Jungkook di sini?" Heran Rose dengan wajah terkejutnya.

"Ngapain?!" Suara Jungkook kian meninggi, terlebih, kini Rose melepaskan genggamannya dan memilih mengandeng lengan lelaki asing itu.

Apa-apaan ini?

Jungkook memindai penampilan lelaki yang digandeng oleh Rose, menyebalkannya, lelaki itu tampak tampan dan rapi, bahkan terlihat berkelas, dibandingkan dengan ia yang hanya mengenakan pakaian rumahan yang dibalut mantel dingin yang ia beli untuk berlibur ke negara bersalju tahun lalu. Pandangannya beralih kearah kakinya, ia hanya memakai sendai rumahan, produk asli buatan Indonesia yang tergolong murahan. Beralih menatap lelaki itu, Jungkook menggeram kesal kala melihat sepatu bermerk yang membalut kaki lelaki mewah itu. Sial, ia kalah merk.

Pentagon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang