Ponselnya berulang kali berdering, terhitung sudah 5 hari lamanya nomor baru selalu menghubunginya. Namun Rose sama sekali tak berniat untuk mengangkatnya. Sisi lain dirinya merasa jika itu adalah nomor seseorang yang harus ia hindari.
Selama 5 hari ia kambali menghindar dari Jungkook, beruntung Chris memiliki akses di bar tempatnya bekerja. Berkat bossnya yang baik, Rose diberi izin menginap hingga hari ke enam tanpa dipunggut biaya. Sebenarnya dibayar dengan tenaga, karena merasa segan, Rose memutuskan membantu pekerjaan di bar lantai satu.
Rose menghela nafas begitu deringan itu terhenti, tepat setelahnya ia melonjak kaget saat sensasi geli menyerang leheranya.
"Siapa yang lo pandangi dengan muram seperti itu?"
Dipukulinya lengan itu tanpa ampun, membuat sang empunya lengan tergelak dengan terus berusaha menghalau, namun sama sekali tak menghentikan pukulan Rose. Barulah setelah merasa puas, Rose melengos dan mencebikkan bibirnya kesal. Walau baik, nyatanya Chris adalah lelaki yang menyebalkan.
Ponsel Rose kembali berdering, dan karena kesal, diblokirnya nomor itu dengan segera. Ia kembali melanjutkan kegiatan memakai cream malam rutinnya. Chris tiba-tiba menarik kursi, duduk disamping Rose dengan terus mengamati dalam diam. Merasa kesal diperhatikan dengan senyuman bodohnya, Rose melirik lelaki lupa umur itu dengan kesal. Ya, lupa umur! Bagaimana bisa usia 30 masih semenggemaskan itu?
"Kenapa?" Kesal Rose.
"Harusnya gue yang nanya begitu bocah... kenapa? Ada apa sama lo?"
Lagi-lagi ponsel Rose berdering untuk keribuan kalinya. Jelas jika itu bukan orang iseng belaka, mana mungkin orang iseng seniat itu menghubungi dengan nomor baru secara terus menerus?
Sebenarnya Rose sempat mengangkat sekali, dan yang menghubunginya adalah Jungkook. Pesan baru dan panggilan sama sekali tak ia hiraukan setelah mengetahui jika Jungkook telah menemukan nomornya.
"Jangan angkat!" Cegah Rose saat Chris hendak meraih ponselnya, bahkan tanpa segan dipukulnya punggung tangan lelaki itu.
"Siapa sih sampai lo seagresif ini?"
Rose memutuskan mematikan ponselnya, mendengus kesal lalu melangkah menuju ranjang kecil yang hanya muat ditempatinya seorang. Semua karena Jungkook, andai ia tak mengganggu Rose dengan terus datang bersama buket bunga, mungkin Rose akan baik-baik saja dan bisa tidur nyenyak diranjang empuk milik Chris.
"Daddy," lirihnya tak bertenaga.
Chris ikut mendekat, berdiri tepat dihadapan Rose. Tangannya terulur untuk menyentuh dagu Rose, menaikkannya hingga keduanya saling bertatapan. Cukup lama Chris hanya diam mengamati, walau Rose menggeliat berusaha melepaskan diri, namun jemari Chris malah mencengkram rahang Rose dengan lebih bertenaga.
"Apa sih? Lo mau lakuin kekerasan juga ke gue hah?!"
"Gue rasa otak lo bener-bener rusak karena kerangkanya sering lo pukuli sendiri. Gue mau jujur, dengerin!"
Christian adalah definisi lelaki paling berlebihan, hanya mau berkata jujur saja harus saling tatap dahulu? Bukankah hampir 2 minggu lebih mereka mengenal, sama sekali tak ada sekat diantara mereka? Bahkan ciuman panas yang terakhir kali mereka lakukan tak berarti apapun.
Jadian?
Tidak mungkin! Nyatanya Chris menciumnya karena sengaja mengerjai Jungkook. Lelaki itu tahu jika Jungkook masih mengawasi mereka dari kejauhan, karena itulah Chris menciumnya. Lagipula tak ada debaran apapun, sepertinya pun Chris tak mau mambuang waktu untuk berhubungan dengan bocah 18 tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentagon ✔
Fanfic⚠️ Konten Dewasa "Aku cinta kak Jungkook!" "Tapi aku cinta Alice." Lagi-lagi di tolak, lagi-lagi disakiti, dan lagi-lagi Alice. Dua tahun mencintai Jungkook sepertinya bukan benteng yang kuat untuk meluluhkan hati sang tetangga. Ungkapan cinta yang...