25. Donor

2.5K 324 58
                                    







Mengintip, mundur, kegiatan itu terus berulang dilakukan oleh Rose, ia melonggok dari balik pintu ruang rawat Ally dengan cemas. Tiga jam lagi ia akan menjalani donor untuk Ally, namun kekhawatiran tentang rasa sakit, kegagalan, meninggal terus membuat Rose merasa frustasi. Tidak hanya itu, ucapan Marco beberapa saat lalu berhasil membuat Rose makin ketakutan saja.

"Kamu takut prosedurnya gagal? Kalau begitu minta maaf dulu pada orang yang kamu musuhi. Kalau kamu berakhir mati, mana sempat bermaaf-maafan?"

Saat itu Rose menempeleng Marco dengan sekuat tenaga, sialan betul lelaki itu, ucapannya sama saja mendoakan ia mati bukan? Namun berkat ucapan itu, Rose dan Marco kian akur dan dekat seperti semula. Rose pun mulai merasa kalau Marco benar-benar tak lagi menyimpan rasa padanya. Yang terpenting, Rose sempat merasa lega karena memukuli lelaki itu hingga puas. Membuat Rose merasa sedikit lebih rileks karena berhasil melepaskan bebannya dengan mengamuk.

Namun bodohnya Marco pasrah saja dipukuli, mungkin karena merasa bersalah telah mendoakannya meninggal?

Disinilah ia, terus mengintip kedalam ruang rawat, dimana ada Marco, Jungkook dan Alli yang saling mengobrol.

Kamu takut prosedurnya gagal? Kalau begitu minta maaf dulu pada orang yang kamu musuhi. Kalau kamu berakhir mati, mana sempat bermaaf-maafan?

Sial! Mengapa lagi-lagi Rose mengingat ucapan Marco? Kesannya saat ini ia seperti sedang dihantui oleh bayang-bayang menyeramkan yang siap menariknya saat ia benar-benar tiada. Bagaimana kalau ia benar-benar meninggal karena donor ini? Lalu ia belum sempat meminta maaf pada semua orang? Apa ia akan otomatis tidak diterima di Surga? Walau Rose bukanlah anak baik, tapi ia mau juga merasakan kedamaian setelah meninggal kelak. Muluk memang.

Rose jelas khawatir, dirinya yang sering merasa paranoid akhirnya mengikuti ucapan Marco. Ia bahkan sempat mengirim pesan pada Taehyung dan Alin, mengabarkan kalau ia akan menjalankan prosedur donor pada Ally dan meminta doa. Sayangnya hanya Taehyung yang membalas pesannya, dan berjanji akan datang menemani, sedang Alin sama sekali tidak membalas. 

Kali ini, Rose masih memiliki satu misi lain, yaitu Jungkook. Ia jelas sudah memblokir nomor Jungkook berulang-ulang, lalu kemana untuk mnghubunginya? Jalan satu-satunya adalah meminta maaf langsung.

"Shit!" Kesalnya lalu membuka pintu.

Saat ia masuk, enam pasang mata itu menatap Rose penuh tanya, namun Ally segera tersenyum dan melambai kearahnya. Wajah wanita itu sangat pucat, membuat Rose yang sempat ingin membatalkan donor karena takut gagal, mendadak merasa iba. Jika bukan dirinya, siapa lagi? Jika tidak sekarang, kapan lagi?

"Sini dek,"

Rose mendekat dengan was-was, ia sempat melirik Marco dengan kesal, namun lelaki itu hanya diam dengan wajah bodoh, seakan ia tak bersalah. Padahal kekhawatiran Rose kian membesar karena lelaki sialan itu!

"Gue mau ngomong sama lo!"

Ally menyentuh lengan Rose saat mendengar ucapan adiknya, ia menatap heran pada wanita yang memanggil Jungkook dengan sebutan lo, gue. 

"Sejak kapan kamu panggil Jungkook pakai lo gue?" Jelas Ally heran, setahunya Rose selalu sopan dan manis dihadapan Jungkook, tapi mengapa tiba-tiba berubah?

Pentagon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang