16. Mati Rasa

3K 361 189
                                    

Sorry kalau ada typo, jariku gede-gede 🤭

======================================












Taehyung menggeram kesal begitu menatap kepergian Rose dan Jungkook. Bagaimana bisa semudah itu Rose pergi meninggalkannya? Apakah pendekatan yang beberapa waktu berselang ini tak berarti sama sekali untuk Rose? Jadi, hanya dirinya sendiri yang berdebar macam orang idiot? Ia sempat lupa, jika lelaki yang dicintai seperti tak ada hari esok oleh Rose adalah Jungkook, bukan dirinya. Lalu selama ini apa? Mereka bahkan sempat berciuman, Taehyung kira Rose tak akan kembali lagi pada Jungkook, walau lelaki itu mengemis cintanya. Tapi semua palsu, Rose tak pernah memberi kesempatan untuk memilikinya.

Dijambak rambutnya dengan frustasi, beberapa kali Taehyung menendang pasir putih yang ditapakinya. Hatinya terasa sakit, terlebih saat tadi sempat menatap keintiman keduanya sedari berada didalam air pantai hingga naik ke daratan. Jika keduanya santai saja bermesraan seperti tadi, tidak menutup kemungkinan mereka sudah dekat sebelumnya bukan? Ia benar-benar kecolongan, mengira Rose hanya untuknya, ternyata dibalik itu ia bersama juga dengan Jungkook?

Tidak, ia tak akan kalah seperti ini, Taehyung tak akan mundur apapun yang terjadi. Ia bahkan sudah mempatenkan kata 'Aku tak akan pergi, walau diriku sendiri yang meminta sekalipun' ia akan terus mencintai Rose, apapun yang terjadi!

Ia merasa kian bersemangat, setiap kali merasa tak kuat memperjuangkan Rose, kalimat menyebalkan Jungkook selalu teringat dipikirannya, seperti sorakan semangat yang mengejeknya tiap ingin menyerah.

"Sepertinya kau berminat dengannya?" Jungkook bertanya dengan wajah menyebalkan, senyumannya terus terbayang diingatan Taeyung, rasanya ingin menonjoknya hingga wajahnya hancur! "Jangankan hati, raganya saja kau tak bisa mencicipi kan? Teruslah berjuang, atau kau mau menunggu saja? Saat aku bosan, akan kuberikan dia cuma-cuma untukmu."

"Keparat!" Lirih Taehyung dengan mata berapi-api. Lagi-lagi ia termotivasi oleh ucapan Jungkook kala itu. Apapun yang terjadi, ia harus merebut Rose, dengan cara apapun!

Saat ia hendak menuju villa, mata Taehyung tak sengaja menangkap sosok yang sedang bersembunyi dibalik pohon. Karena penasaran, didekatilah seseorang yang kini sedang menatap kearah Rose dan Jungkook yang kian menjauh. Sosok yang bersembunyi itu terasa tidak asing, postur belakang tubuhnya saja seperti dapat dikenali dengan mudah oleh Taehyung.

"Abang?"

Benar saja, lelaki itu adalah Marco Kakak Lelakinya. Taehyung mengernyit binggung, untuk apa Marco disini? Bukannya tadi ia sibuk mengurus ini itu bersama Ally? Terlebih, wajah terkejut Marco, membuat Taehyung semakin penasaran saja.

"Ngapain Abang disini?"

"Hah? Eum ... itu ..." Marco tampak menoleh kesana-kemari, wajahnya terlihat jelas jika kini ia sedang panik. Terbaca jelas oleh Taehyung, karena kakaknya ini sama sekali tak pandai menutupi ekspresi wajah.

"Bukannya tadi Abang sama Ally? Ah, Abang ngikutin aku karena tadi aku nanya keberadaan Rose?"

"Ah iya, iya! Aku takut kalian berbuat macam-macam. Ya, itu."

Taehyung terkekeh geli, mendekat kearah Marco dan menyeringai. Sepertinya ia menangkap maksud lain, dan sepertinya kini ia sedang mengenggam kunci yang berharga. Haruskah Taehyung gunakan kunci itu untuk menarik miliknya kembali?

"Pantas saja Abang semangat banget bantuin aku nyari pelaku penyebar video itu. Bahkan sampai dua hari abang begadang buat balas pelakunya, ternyata ada maksud lain ya?" Taehyung mencondongkan wajahnya kearah Marco, tersenyum lebar namun terlihat jelas jika kini ia sedang mengejek Kakaknya itu.

Pentagon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang