"Akkkhhh!" Rose memekik kencang.Matanya membelalak lebar saat menjauhkan diri, rasa ngilu menyerangnya, dan melihat sosok Jungkook yang ikut membelalak dengan menunjuk mulutnya, Rose perlahan mengusapnya lalu kembali terbelalak kaget.
"Haaa!!"
Jika tadi ia berharap akan berciuman panas dan berbelit lidah hingga mereka berakhir menggerang hingga mencapai klimaks bersama, maka jawabannya salah besar. Karena saat ini mulut Rose mengeluarkan darah akibat dari ciuman terburu dan paksaan yang ia lakukan pada Jungkook. Harapannya adalah ciuman legendaris seperti serial netflix yang kemarin ia lihat, namun karena ia tergesa, giginya dan Jungkook saling berbenturan, naasnya kini gusinya mengeluarkan darah segar.
"Roshhhh."
Rose terus menyentuh bibirnya, ia menggeleng dengan mata berkaca-kaca, jadi seperti ini rasanya? Setelah sekian lama ia menahan diri dan terancam oleh traumanya, kini ia merasakan perasaan yang membuat jantungnya berdetak tidak karuan. Semua bukan karena debaran penuh cinta dan nafsu, namun debaran yang membuatnya khawatir, apakah ia akan kehilangan giginya?
"Khakk Junggook, hihi akgu maahih aha han?"
Matanya mulai berkaca-kaca, sedangkan Jungkook sibuk mengusap darah di mulut Rose dengan sapu tangannya. Rose hanya mendongak pasrah saat Jungkook menaikkan dagunya, membuat air mata yang siap turun terpaksa masuk lagi ke dalam sumber air matanya.
"Biar aku aja yang bersihin," Jungkook menepis tangannya saat Rose berniat untuk memeriksa jumlah giginya.
Rose bahkan tak berani memeriksanya dengan lidah, karena saat ini lidahnya kaku seperti tak bisa di gerakkan. Hingga Jungkook menurunkan dagu Rose, akhirnya tangis Rose pecah dengan rengekannya. Jungkook mengusap rambut Rose menenangkan, namun lelaki itu kini tergelak dengan menyebalkannya.
"Bukannya kamu mau cium aku? Kenapa jadi gigi kita yang beradu?"
Rose mendecih kesal, meraba-raba bagian depan giginya yang masih utuh tanpa lubang, setelahnya ia mengela nafas penuh syukur, dan mengusap dadanya dengan bahagia. Ia tak bisa membayangkan, apa jadinya jika kehilangan gigi depan, sungguh memalukan dan membuat lidah mudah kering tentunya. Saat ia meringis, pasti udara akan masuk langsung menuju mulut, dan ... ah! Memikirkannya saja Rose takut.
"Ini karena gigi Kak Jungkook yang tajam itu!" dengus Rose kesal.
"Bukan gigi aku yang tajam, tapi kamunya aja yang nggak sabaran. Masih sanggup makan nggak tuh giginya?"
Mengesampingkan soal gigi yang masih cenut-cenut dan terasa logam yang menyengat, Rose lebih kesal dan malu hingga rasanya tidak lagi memiliki nafsu makan. Mana mungkin ia bisa makan dengan ejekan Jungkook yang sepertinya akan berlanjut?
"Nggak! Aku mau pulang!"
Menghadap kearah jendela, menerima sinar matahari yang sedang terik-teriknya merembet masuk melewati kaca. Rose tak mempedulikan Jungkook yang masih terus terkikik geli. Kenapa nasibnya sial sekali sih?!
"Beli makan take away aja ya, kita makan di rumah."
Rose benar-benar mengabaikan Jungkook, menyumpal telinganya dengan airpods lalu mendesis kesal karena ia tak memiliki satu lagu pun di ponselnya. Tak apa, setidaknya itu sedikit menyamarkan rasa malunya. Hingga mobil mereka masuk ke area drive thru, Rose masih setia memunggungi Jungkook, sial! Malunya sampai anak cucu, walau Rose belum merasakan memilikinya.
Penderitaan Rose berakhir tepat saat mobil keduanya sampai di parkiran apartmen, membawa serta makanan yang sedari tadi Jungkook letakkan di pangkuannya dengan seenaknya, Rose melesak keluar dari mobil dan memencet lift dengan tergesa. Sia-sia memang, ujung-ujungnya mereka tetap akan berbagi kecanggungan di ruang sempit itu kan? Tepatnya hanya Rose yang canggung dan malu, sedangkan Jungkook terus mengejeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentagon ✔
Fanfiction⚠️ Konten Dewasa "Aku cinta kak Jungkook!" "Tapi aku cinta Alice." Lagi-lagi di tolak, lagi-lagi disakiti, dan lagi-lagi Alice. Dua tahun mencintai Jungkook sepertinya bukan benteng yang kuat untuk meluluhkan hati sang tetangga. Ungkapan cinta yang...