32. Perubahan Yang Mendadak

1.9K 276 80
                                    


Double kill
Teler-teler deh klean 😂🤭





=============





Ketika keluar dari ruang konseling, Rose masih melongo dengan wajah memerah, ia binggung haruskah bahagia atau dilema. Bahagia karena keadaannya kian membaik, dan prosedur mencoba menghilangkan traumanya dengan langsung melawan ketakutan pada sumbernya, berjalan lancar. Pada Jungkook yang merupakan sumber kesakitannya, ia malah baik-baik saja, dan hanya tinggal membiasakan diri dan menguatkan hati serta pikiran bahwa hal itu bukan lagi masalah besar yang menyakitinya.

Namun, Rose dilema pada penuturan dokternya barusan, ia meminta Rose untuk sedikit melakukan hal berani untuk memperbaiki kondisinya. Yang menjadi masalah, Rose tidak memiliki kekasih untuk menjalankan masukan dari dokternya, lalu pada siapa ia harus mencoba? Lagipula... pipi Rose memerah saat memikirkan jika dokter menganjurkan melakukannya dengan Jungkook.

Gila, hubungan keduanya bahkan sudah membaik, bahkan Jungkook terus mengatakan janji yang tidak akan pernah ia langgar, lalu bagaimana... ah, memikirkannya saja membuat Rose emosi sendiri. Harapannya saat hubungan keduanya membaik, mereka akan terus romantis-romantisan seperti yang dulu sering Rose khayalkan. Rose memukul kepalanya dengan dramatis, ia benci otak dan pikiran kotornya yang sudah kembali, kemana Rose yang sok benci dan tak sudi bersama lagi dengan Jungkook? Mengapa sifat itu tidak menetap dan membuatnya terlihat lebih keren?

Saat Rose keluar dari gedung rumah sakit, ia merenges-renges karena mendapat pesan dari Jungkook, di mana lelaki itu akan menjemput sebentar lagi, walau mengaku pengangguran, namun Jungkook tidak sepengangguran itu. Pandangan Rose kembali pada jalanan yang terik, karena tidak mau menunggu di luar dan membuatnya gosong—seperti Taehyung, Rose memutuskan kembali masuk. Setidaknya di dalam ada kursi dan AC yang menyejukkan di tengah teriknya kota Palo Alto di mana keduanya tinggal.

Saat Rose baru berbalik, badannya mendadak berhenti dengan tatapan terkejut, pasalnya kini Alin berdiri di hadapnya. Wanita itu berjalan keluar dari gedung rumah sakit, dengan brosur di genggamannya. Anehnya saat Rose melihatnya, Alin segera menyembunyikan brosur itu ke dalam jaket besarnya.

"Hai," cicit Rose dengan canggung.

Sepertinya Alin menyadari itu, karena kini ia menyeringai dan mendekat kearah Rose, entah karena sedikit takut dengan pernyataan cinta aneh itu, atau memang Alin menyeramkan, Rose memundurkan kakinya. Namun lengan Alin melingkari pinggangnya, menahan Rose agar tidak terjatuh saat kakinya menapak dengan tidak benar pada undakan anak tangga.

"Hampir aja lo terguling, Rose."

Mata Rose melotot, lalu buru-buru melepaskan diri dari rengkuhan Alin, "T-trims," gumamnya.

"Ah, rupanya lo masih takut sama gue? Cewek sinting yang suka sesama jenis?" sarkas Alin.

Rose melambaikan kedua tangannya menolak, ia tidak pernah berfikir sejahat itu, walau Alin pernah mencintainya dengan cara yang menyimpang, namun Alin masihlah seorang manusia biasa, dan tentu juga sahabatnya. Bagaimana Rose bisa berfikir sepicik itu?

"Gue-"

"Gimana kabar lo?" Alin bertanya dengan senyuman lebar, namun dari senyuman itu terlihat raut asing yang seperti tidak pernah Rose kenal.

"Baik, lo sendiri?"

Alin hanya mengangguk tanpa menjawab, setelahnya wanita itu mengeratkan jaket besarnya, "Gue duluan ya,"

Tepat setelah Alin pamit dan mulai melangkah pergi, sosok Jungkook mendekat, mengangkat tangannya dengan kaku untuk menyapa Alin, membuat wanita itu berhenti dan menoleh tak percaya. Jungkook merangkul pinggang Rose, dan hal itu tidak luput dari tatapan Alin. Alin terkekeh geli, menggeleng dengan tatapan meremehkan sekan menanyakan 'Serius lo balik sama si berengsek ini?' lalu kembali melangkah pergi.

Pentagon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang