Ga mau nagih vote lagi, kesadaran masing-masing aja ☺️ suka ya vote, gausuka ya maaf 🙏
Sorry kalau ada typo, jariku gede-gede 🤭
=====================================
Sebenarnya Rose ingin cepat pergi, ia sudah merencanakan akan menjual semua koleksi tas dan sepatu brandednya, ia juga siap menjual koleksi album Maroon 5 yang ia kumpulkan sedari SMP, membongkar celengan dan menarik tabungannya lalu pergi. Namun, hati Rose luluh pada tangisan Papa, beliau tidak mengizinkan Rose pergi secepatnya. Papa bukanlah sosok pemimpin keluarga yang mengekang, bukan juga sosok yang menyebalkan ataupun lemah hingga sampai memohon. Karena itulah Rose luluh, Papa memohon dengan menangis, tak mau Rose pergi dan terluka lagi tanpa beliau disisinya. Setidaknya Rose boleh pergi setelah keadaannya membaik, lucunya Papa bahkan berkata jujur tentang alasan Papa melarangnya pergi.
"Papa takut kamu berfikiran dangkal dan mengakhiri hidup karena trauma. Kamu sendirian, siapa yang akan menjamin kamu baik-baik saja?"
Rose setuju dengan pamikiran Papa, mungkin jika ia pergi tepat setelah ia pulang dari rumah sakit, bisa saja kini ia tinggal nama. Setidaknya selama 2 hari dirumah, perasaan Rose lebih membaik, memisahkan diri dirumah tidak buruk juga. Mama dan Ally sama sekali tak mengusiknya, itu pun atas kemauan Rose, ia tak mau bertemu dengan Mama dan Ally. Katakan saja ia berlebihan, bocah ingusan labil yang tidak berfikir dewasa, masa bodoh! Rose masih kesal!
Namun walau selama dua hari ia mengurung diri, Papa selalu mengetuk pintu kamarnya tiap hendak pergi dan pulang bekerja. Tak akan berhenti sebelum Rose keluar dan papa mencium puncuk kepala Rose. Sedari dulu, hanya Papa yang peduli padanya. Jika dipikir, Papa satu-satunya penghuni rumah yang lumayan mempedulikan Rose sebelumnya. Walau sekarang Ally dan Mama jadi lebih peduli padanya.
"Dek! Ada Alin!" Teriakan Ally diiringi dengan ketukan pintu, membuat Rose mengernyit penuh tanya.
Siapa yang datang? Alin? Jika Alin sahabat bobroknya, pasti dia sudah nyelonong masuk ke dalam kamar Rose tanpa permisi, lalu mengapa Ally yang memanggilnya? Karena penasaran, Rose beranjak dari ranjang dengan membawa serta ponsel—benda keramat yang menemaninya bertapa di dalam kamar selama dua hari. Rose berdiam dulu dihadapan pintu, setidaknya memastikan Ally sudah jauh, agar tidak berpapasan. Setelah cukup beberapa menit, ia membuka pintu perlahan, menghela lega saat Ally tak ada di depan pintu.
Saat melonggok kebawah, benar ada Alin yang sedang berdiri didekat pintu samping, dengan kening mengernyit heran, Rose menuruni tangga.
"Lo sendiri?"
Alin menoleh, matanya sembab dan wajah putihnya memerah, begitu Rose menapakkan kaki di lantai satu, Alin segera menerjang memeluknya. Ia menangis sesegukan, dengan terus melirihkan kata yang tidak jelas terdengar karena tangisannya. Rose yang tak paham, memilih menepuk punggung Alin, matanya sudah pedas ingin meneteskan air mata. Disaat kemarin ia terpuruk, ia tak bisa menemui sahabatnya, dan saat kini bertmu, rasanya Rose ingin kembali menangis sejadinya. Tapi sayang, sepertinya air matanya sudah kering, matanya hanya terasa pedas namun tak ada air mata yang menetes.
"Beb lo ikut gue aja! Kita kuliah bareng! Jangan pergi!" Disetiap katanya Alin menekankan dengan keras, seraya memeluk Rose semakin erat.
Lagi-lagi Rose tak tahu harus bereaksi seperti apa, ia sedih dan terharu, tapi enggan untuk menangis. Saat Alin menjauhkan diri dengan wajah memerah penuh air mata, Rose malah terkekeh seraya menyapukan ujung lengan baju panjangnya untuk mengusap air mata Alin.
"Sumpah jelek banget muka lo!" Rose tertawa lantang, sedangkan Alin semakin merengek dengan air mata yang terus berlinang.
Tidak heran, Alin adalah drama Queen sejati, dapat Rose jamin jika Alin sudah menangis sebelumnya, dan kini kembali menangis lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentagon ✔
Fanfiction⚠️ Konten Dewasa "Aku cinta kak Jungkook!" "Tapi aku cinta Alice." Lagi-lagi di tolak, lagi-lagi disakiti, dan lagi-lagi Alice. Dua tahun mencintai Jungkook sepertinya bukan benteng yang kuat untuk meluluhkan hati sang tetangga. Ungkapan cinta yang...