34. Kepergok

2K 244 38
                                    




Begitu mengerjapkan matanya, Rose menggerang lembut seraya menarik selimutnya hingga sebatas bahu. Menerima cahaya bervitamin yang masuk ke kamarnya tanpa penghalang, Rose yakin jika sudah ada yang membuka gordennya. Jelas saja, saat membuka mata, segelas minuman yang masih mengepul, tergeletak di meja nakas. Dari aromanya, Rose dapat menebak jika ini adalah aroma coklat panas, beruntung sekali, paginya sudah menikmati yang manis-manis.

Ia beringsut duduk, tersenyum lebar saat mendapati post-it tertempel di badan cangkir, sebuah kalimat ucapan selamat pagi dengan emoji kelinci meringis tergambar di sudutnya. Ada tiga tanda seru di akhir kata 'habiskan' membuat Rose terkekeh gemas. Dengan senyuman lebar, tentu ia menandaskan coklat hangat yang dibuat oleh Jungkook.

Ya, ia tahu, karena dua hari selepas ajakan menikah itu, Jungkook tidak ada hentinya terus mengajukan pertanyaan yang sama, 'kamu mau nikah sama aku, Rose?' awalnya tidak menuntut, namun mulai kemarin, Jungkook sering membubuhkan kata 'aku memaksa' pada setiap kata lamarannya. Selain itu, Jungkook jadi sering memanjakannya, membuatkan minuman hangat setiap pagi, dan menemaninya di kamar hingga terlelap. Rose bahkan tidak bisa membedakan, apakah perhatian ini bentuk dari usaha lelaki itu merayu, atau memang Jungkook teramat menyayanginya hingga menganggap Rose layaknya bayi.

Memikirkan itu, lagi-lagi Rose teringat pada mama, dan bagaimana kerasnya mama menentang. Namun, ia yang terus di suguhkan dengan perilaku manis nan romantis Jungkook, entah sampai kapan bisa terus bertahan untuk menolak? Kata penolakannya selalu sama, 'aku masih kuliah.' tapi Jungkook terus bersikeras jika ia akan menanggung semua kuliah Rose. Bahkan lelaki itu menawarkan diri akan menjadi suami yang keras dan membimbing skripsi Rose nantinya. Padahal jelas-jelas jurusan yang mereka ambil sangat berbeda.

Aroma rempah berbaur dengan sensasi terbakar mencuri masuk kedalam hidungnya begitu ia selesai menggosok gigi dan membasuh wajahnya. Karena panik, Rose berlari menuju dapur, khawatir jika ada kebakaran. Memang tercium bau rempah, memikirkan jika itu aroma masakan tidaklah cukup membuatnya tenang, apa jadinya jika berbanding dengan bayangannya? Api sudah membakar bumbu dan hendak melahap habis unit mereka? Alih-alih masakan enak, ia harus menikmati hunian gosong.

"Kak Jungkook ngapain?"

Teguran Rose membuat Jungkook menoleh, dan kali ini Rose tersenyum kecil saat melihat penampilan Jungkook. Lelaki itu tampak berantakan, dengan wajah panik dan rambut yang acak-acakan. Benar pemikirannya tentang gosong, karena kini di atas kompor terdapat teflon dengan daging yang sudah berkerak dan kepulan asap, warnanya coklat gelap bahkan cenderung hitam-bukan karena kecap atau bumbu.

"Rose tolongin ..." suara Jungkook terdengar merengek, terdapat nada menyerah dan lega di suaranya, dan itu semakin membuat Rose mati-matian menahan tawa.

Keadaan dapur sangat berantakan, bahkan terdapat minyak yang bercecer di lantai, serta tumpahan sup yang semakin membuat suasana kian kacau.

"Kak Jungkook ngapain sih? Kan biasanya nunggu aku bangun buat sarapannya." Cerca Rose.

Jungkook hanya diam, saat di lirik, lelaki itu berdiri tegap dengan kedua lengan disembunyikan di balik punggungnya. Demi kerang ajaib, Jungkook sangat menggemaskan, ditambah apron biru dengan motif bunga yang menutupi badan bagian depannya.

"Aku cuma mau ngasih kejutan,"

Rose kembali tersenyum, melangkah mendekat dan menyeka keringat Jungkook. Wajah tampannya menjadi kumal, namun Jungkook tetaplah tampan, walau bagaimana pun keadaannya. Terlebih, Jungkook rela turun ke dapur hanya untuk memberi kejutan, hal mencengangkan yang rasanya tidak akan Jungkook lakukan untuk sembarang orang. Memikirkan jika kini ia sudah menjadi orang yang penting di hidup Jungkook, Rose mengecup pipi kiri lelaki itu.

Pentagon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang