"Welcome Home!"Suara seruan beradu-padu dengan ledakan konfeti, puluhan kertas warna-warni terjun bebas, bersamaan dengan senyum semringah Taehyung yang memudar. Tidak hanya Taehyung, sejoli yang serempak menjauhkan diri dan menatap kehadiran Taehyung pun sama-sama terkejutnya.
"Taehyung!" Pekik Rose, bersamaan dengan ia melompat turun dari gendongan Jungkook.
Ia merapikan diri, menyempatkan memeriksa keadaan Jungkook disampingnya. Ia bahkan mengulurkan tangannya guna mengusap bibir Jungkook yang belepotan akibat lipstik merah menyala yang menjadi jejak panasnya ciuman keduanya.
Taehyung masih membeku, hingga konfeti di genggamannya terjatuh, menggelinding hingga kearah kaki Rose. Sesaat Rose memandanginya, bersamaan dengan detak jantungnya yang berdebar tidak karuan. Ini bukan lagi sebuah perumpamaan dimana ia berdebar layaknya maling yang tertangkap warga, karena kini ia benar-benar tertangkap setelah hampir melakukan tindakan tidak terpuji di mata masyarakat umum. Dan ini Taehyung, lelaki yang masih terus mengiriminya surat cinta walau tak pernah mendapat balasan sekalipun.
"Kalian," suara Taehyung bahkan terjeda, seakan ia tak sanggup melanjutkannya.
Menyaksikan itu, perasaan bersalah kembali menghampiri Rose, ia tidak ingin menyakiti Taeyung, tapi apa yang bisa ia lakukan?
"Kalian bersama?" Lirihnya dengan kedua tangan yang mengepal.
Jungkook meraih jemari Rose, digenggamnya dengan erat dan mengangkatnya. Memberikan jawaban telak untuk Taehyung yang kian terlihat tak baik-baik saja.
Hingga suara gebrakan pintu membuat ketiganya beralih fokus. Dari balik pintu, Ally terlihat terengah, dengan mata yang membola menatap satu persatu pasang mata yang berada dikamar Rose. Dengan menutup mulut tak percaya, Ally mendekat kerah Taehyung dan menariknya. Namun Taehyung menolak, ia menghempas lengan Ally dan bersikukuh untuk tetap tinggal.
Taehyung mendekat. Badan berotot, rambut cepak dan kulit tan yang seksi, membuatnya lebih terlihat seperti gangster yang dapat dengan mudah mengalahkan musuh. Taehyung menarik Rose menuju balik punggungnya, dengan tatapan tajam yang ditujukan untuk Jungkook, dan remasan kencang di lengan Rose, lelaki itu mengeluarkan ultimatumnya.
"Dia punya gue! Apa lo bahkan punya restu buat miliki dia?"
Jungkook tampak santai, senyuman mengerikan dan meremehkan yang dulu sering Rose benci, kembali dapat ia saksikan langsung dengan kedua matanya. Berbanding terbalik dengan Taeyung yang nampak tak terima dan berapi-api. Mungkin efek pelatihan militer? Atau Taehyung memang seorang pemberani, yang dulu bahkan tidak pernah ia tampakkan dengan benar. Lelaki itu membusungkan dada, layaknya ayam jantan yang siap beradu, tertunda kala Ally mendekat dan menjauhkan keduanya.
"Apa lo bahkan punya cintanya?" Celetuk Jungkook.
Balasan Jungkook membuat semua orang terdiam, bahkan Taehyung yang berniat menarik Rose pergi.
Seperti seorang saksi kunci yang terjebak di meja pengadilan, Rose menatap kedua lelaki gila dihadapannya. Sedari dulu, hanya keduanya yang berhasil membuat kepala Rose pening dan sanggup pecah untuk saat itu juga. Dan sekarang pun, ia tidak akan mampu melepaskan diri dari ikatan tak kasat mata yang terjalin dengan kusutnya. Jika dulu ia dipusingkan dengan ikatan aneh, gila, tidak masuk akal dan sinting dengan empat manusia lain yang membentuk garis yang ia anggap pentagon. Haruskah kini ia merasa bersyukur? Karena pecahnya ikatan itu dan menghasilkan sebuah segitiga kematian?
Tidak, Rose bahkan tak sanggup bernafas lega hanya dengan dua lelaki ini, bagaimana ia bisa bersyukur dengan itu?
Taehyung memiliki restu, tapi tidak dengan hati dan raganya. Sedang Jungkook, ia mendapat seutuhnya, namun tidak dengan restu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentagon ✔
Fanfic⚠️ Konten Dewasa "Aku cinta kak Jungkook!" "Tapi aku cinta Alice." Lagi-lagi di tolak, lagi-lagi disakiti, dan lagi-lagi Alice. Dua tahun mencintai Jungkook sepertinya bukan benteng yang kuat untuk meluluhkan hati sang tetangga. Ungkapan cinta yang...