"What?! Jungkook ngomong kayak gitu?!" Mika benar-benar terperangah macam orang idiot, bola matanya seakan ikut berseru dan siap melompat dari sarangnya jika saja mereka sedang berada di dunia kartun.
Hanya karena mendengar cerita Rose tentang Jungkook yang terus-terusan mengatakan cinta pada Rose. Memang itu adalah hal yang sukar untuk di cerna, mengingat dulu Jungkook selalu saja menolak Rose dengan amat tegasnya.
Tidak hanya Mika, Rose pun merasa sangat tidak yakin kalau Jungkook akan memiliki perasaan padanya. Ally memang mengatakan jika Jungkook menyukainya sejak dulu, tapi siapa yang bisa menjamin jika perasaan Jungkook tulus?
Jika Jungkook tulus, sangat tidak mungkin jika lelaki itu tega memperkosa wanita yang di sukainya.
"Kok gue ragu ya beb. Secara ini Jungkook loh, bukan Taehyung yang kayak orang goblok ngejar-ngejar lo terus. Ini Jungkook, Jeon Jungkook."
Rose mengangguk setuju, perasaan itu pula yang selama ini ia rasakan. Pernyataan cinta yang bagai kucuran air terjun, sama sekali tidak menggugah hatinya. Satu yang membuatnya ragu dan khawatir, jika ia akan kembali menjadi wanita bodoh yang terbutakan oleh cinta.
"Gue juga ngerasa begitu, makanya cerita ke lo."
Mika menelengkan kepalanya, mencondong untuk mendekatkan wajah keduanya, dan Rose memundurkan kepalanya dengan awas. Saat ini mereka sedang duduk bersilah di atas ranjang milik Rose, dan ada rasa khawatir dan trauma saat seorang wanita mendekat kearahnya.
Alin pernah menyatakan perasaan cinta padanya, bukan cinta sesama manusia, namun perasaan cinta romantis yang di harapkan ingin berakhir dengan asmara, karena itulah ia merasa sedikit awas pada teman wanitanya. Rose baru menyadari satu hal, ternyata ia diminati oleh segala kalangan. Tidak hanya lekaki, bahkan wanita pun menyukainya, haruskah ia membanggakan ini?
"Lo masih suka sama Jungkook kan?"
Mendengar pertanyaan itu membuat Rose memprotes tak terima, ia melotot dengan kesal. Mana mungkin ia masih suka dengan Jungkook? Yang ada ia sangat ingin menggampari wajah sialan itu. Yang menyebalkannya selalu hinggap di pikirannya bahkan tiap sebelum ia pergi terlelap.
"Haha kelihatan jelas banget di sini," Mika menunjuk wajah Rose, membuat gerakan memutar untuk menunjuk segala sisi dari wajah wanita itu.
"Ngawur! Nggak lah—"
"Dengan lo mempertanyakan perasaan Jungkook ke lo dan curhat ke gue, itu tandanya lo ragu. Hati kecil lo menolak, tapi hati lo yang besar nggak rela lepas Jungkook kan?"
Mendengar simpulan dari Mika, mendadak membuat darah Rose terasa berdesir, jantungnya berdegup dengan kencang seakan ia baru saja ketahuan mencuri. Rose meremas celana yang di kenakannya, bibirnya berkedut dan sama sekali tidak bisa menepis ucapan Mika.
Ia mencari jawaban telak yang akan menyalahkan ucapan Mika, namun sama sekali tidak menemukannya. Hati, pikiran dan mulutnya benar-benar terbungkam.
Tapi benar, untuk apa ia mempertanyakan perasaan Jungkook, untuk apa pula ia mencari celah kebohongan lelaki itu. Jika ia membenci Jungkook dan tidak mau kembali pada lelaki itu, harusnya ia langsung menolak dan tidak usah lagi memikirkan lelaki itu.
"Di sini, bukan Jungkook yang player, tapi lo yang terlalu lemah!" Mika menunjuk kearah wajah Rose dengan wajah kesalnya. "Jujur aja gue benci sebenci-bencinya sama Jungkook, karena apa yang udah dia lakuin ke lo, tapi lo! Sampai detik ini pun lo masih suka, masih cinta sama dia Rose! Nggak habis pikir gue!"
Mendengar teriakan demi teriakan yang benar adanya, Rose mendadak sensitif, matanya bahkan mulai dipenuhi oleh air yang menggenang, hingga akhirnya jatuh juga. Dulu Rose adalah sosok yang kuat, sangat amat jarang menangis untuk hal sepele, tapi entah mengapa kini ia sering sekali meneteskan air mata.
![](https://img.wattpad.com/cover/231557993-288-k975241.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pentagon ✔
Fanfiction⚠️ Konten Dewasa "Aku cinta kak Jungkook!" "Tapi aku cinta Alice." Lagi-lagi di tolak, lagi-lagi disakiti, dan lagi-lagi Alice. Dua tahun mencintai Jungkook sepertinya bukan benteng yang kuat untuk meluluhkan hati sang tetangga. Ungkapan cinta yang...