2. Bukan Evan

2.4K 282 70
                                    

“Kok gue, sih?”

Bintang saat ini sedang duduk di kasurnya dengan kedua kakinya yang rapat dipeluk dengan sebelah tangan, sementara tangannya yang lain menempelkan ponsel ke telinganya.

“Gue masih pemulihan nih, Bin. Lagian, kan, lo udah telanjur ngenalin diri lo sebagai Evan. Terus nomor lo juga kan, yang bakal dihubungin sama dia?” ucap Evan dari seberang.

Masih sambil memeluk kakinya, Bintang menjatuhkan badannya ke samping. Mengeluh panjang.

“Aaah gue nggak mau, Van?? Ini kan tanggung jawab lo? Gue udah bantuin setengahnya. Nanti kalo dia nanya-nanya yang aneh, gimana? Gue nggak bisa jawab.”

“Aduh, Abinn! Kan sama aja kayak tadi lo wawancara. Udah gitu doang, nggak bakal aneh-aneh kok. Jangan terlalu perhitungan dong, sama temen sendiri. Besok gue jajanin, deh!”

Bintang mencebik. Kakinya menendang angin karena kesal.

“Tau, ah. Kalo gue salah omong, bodo ya!”

Tanpa menunggu respon dari Evan, Bintang sudah mematikan ponselnya. Ia menghela napas keras. Bukannya ia tidak mau membantu, tapi kalau harus berurusan dengan orang asing Bintang suka nervous.

Bintang hampir tertidur saat ponsel yang didekapnya berbunyi lagi. Ia melebarkan matanya melihat sederet angka yang muncul di layar.

“Halo?” Buru-buru ia menempelkan ponsel ke telinga.

“Halo? Evan?”

Bintang langsung mengenali suaranya.

“Iya, Ar- Arjuna…” ucap Bintang pelan.

Terdengar suara tawa di seberang. “Kan gue udah bilang kemarin, panggil Biru aja.”

Biru…

“Oh, iya- Biru…”

“Van, gue mau minta maaf lagi nih. Sisa wawancaranya kalo besok aja, gimana? Ketemu langsung.”

“Eh, kenapa nggak sekarang aja?”

“Gue masih ada evaluasi nih, Van. Jadi nggak bisa hari ini.”

Bintang mengusap keningnya pusing.

“Gimana, Van? Maaf banget, ya? Lo tentuin aja deh besok tempat sama waktunya, gue ngikut.”

Maaf maaf mulu lo, kayak lagi lebaran, keluh Bintang di dalam hati.

“Hmm, ya udah gue kabarin lagi besok ya?”

“Okee, makasih ya, Evan.”

Segera setelah sambungan diputus, Bintang mengguling-gulingkan badannya frustrasi. Padahal pikirnya semua urusan akan selesai hari ini, ternyata harus tertunda sampai besok.

Pokoknya besok urusannya Evan!

Beberapa menit Bintang hanya rebah di kasurnya, lalu sesuatu tiba-tiba terlintas di pikirannya. Ia menghidupkan kembali ponselnya, membuka catatan panggilan terakhir.

Add to contact. Biru.

Bintang membuka aplikasi Line-nya, membuka daftar temannya dan menemukan kontak Biru di barisan paling atas. Jempolnya mengetuk kontak Biru.

Halaman profil Biru kebanyakan hanya berisi informasi acara kampus dan postingan ulang dari akun-akun official. Hingga satu postingan yang menarik perhatian Bintang, tautan ke akun Instagram pribadi Biru. Tanpa berpikir dua kali, Bintang mengeklik tautan itu.

Ternyata tidak dikunci, Bintang tidak tahu kenapa ia mengembuskan napas lega. Jarinya sibuk menggulirkan layar, melihat-lihat postingan yang sebagian besar hanya jepretan langit. Entah itu langit senja, langit malam, atau langit pagi yang cerah. Semuanya indah.

Jejak di Antara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang