16. Hopes

1.3K 172 70
                                    

Begitu kelas terakhir hari itu usai, Biru segera mengemasi barangnya lalu menyampirkan tasnya ke satu bahunya. Sambil mengecek ponselnya, ia melewati Hanan dan Arka yang masih berada di bangku masing-masing.

“Biru! Geprek Pak Amir, nggak?” tanya Hanan setengah berteriak.

Biru memalingkan wajahnya dari layar dan menggelengkan kepalanya pada Hanan.

“Gue udah ditungguin sama Bintang. Kalian duluan aja,” ucapnya.

Hanan langsung bersiul heboh. “Iya daaah, yang pedekate-nya lancar jaya kayak jalan tol.”

Biru mendesis sambil berusaha menggeplak kepala Hanan yang langsung menghindar. Ia kemudian berpamitan pada kedua temannya yang dibalas dengan lambaian tangan.

“Nge-date lagi dong kita,” celetuk Hanan, melingkarkan lengannya pada bahu Arka dan setengah menariknya mendekat. Arka yang masih sibuk memasukkan bukunya ke dalam tas langsung mendecakkan lidahnya.

“Nge-date ke warung ayam geprek,” sindir Arka sambil beranjak berdiri. Hanan lalu mengekor di belakangnya sambil tertawa.

Biru menuruni tangga dengan langkah cepat karena Bintang sudah mengiriminya pesan beberapa menit yang lalu, memberitahukan kalau dia menunggu di parkiran motor. Sesampainya di sana Biru mengedarkan pandangannya untuk menemukan sosok kecil Bintang yang berdiri di tepi jalan masuk parkiran motor, berteduh di bawah pohon karena matahari siang ini begitu terik.

“Bintang,” panggil Biru saat ia menghampiri cowok itu yang sudah siap dengan helm di tangannya. “Yuk.”

Bintang mendongakkan kepalanya begitu ia mendapati Biru sudah berada di depannya. Ia lalu menganggukkan kepalanya sambil mengikuti Biru untuk mengambil motor.

“Hari ini kita ke mana?” tanya Biru saat mereka sudah keluar dari area kampus.

“Hmm…” Bintang mengecek daftar di catatan ponselnya, melihat nama lokasi yang harus ia datangi hari ini. “Ini entar kita follow up yang di percetakan kemarin, habis itu baru nanti lanjut ke percetakan yang di daerah deket alun-alun sana.”

“Siap.” Biru kemudian melajukan motornya lebih cepat.

Bintang senang beberapa tempat yang ia beri proposal memberikan respons baik untuk rencana ke depannya. Ada yang menyetujui namun ada pula yang masih mempertimbangkan. Bintang sedikit terkejut saat Biru ikut maju untuk meyakinkan dan memberi penawaran untuk beberapa pihak yang sepertinya masih belum yakin untuk menyetujui memberikan sponsor.

Cowok itu terlihat luwes saat menjelaskan beberapa hal terkait acara meskipun tidak secara spesifik karena Biru sendiri kurang tahu detail acara jurusan Bintang. Tapi uniknya mereka yang diberi penjelasan oleh Biru langsung mengubah pikiran dan akhirnya menerima proposal dari Bintang.

“Makasih ya, Mas,” ucap Biru sebelum keluar dari tempat itu. Bintang ikut berterima kasih sambil melemparkan senyum lalu mengikuti langkah Biru dengan tergesa.

“Ih, Biru!” Bintang langsung menepuk lengan Biru dengan antusias. “Lo keren banget, deh. Gue kayaknya udah nyerah kalo liat muka masnya tadi baca proposal gue.”

Biru tertawa kecil. “Yang kayak gitu tuh emang harus modal pede aja, Bin. Dulu gue juga sering ditolak gara-gara nggak pede waktu jelasin konsep acaranya.”

“Gue harus makasih banget nih, ke elo. Ini udah hampir bisa ditembusin semuanya cuma beberapa aja yang nolak.” Bintang melihat lagi daftarnya yang sudah sebagian besar diberi tanda centang.

“Ya udah, habis ini ke mana lagi?” tanya Biru sambil memakai helmnya.

“Sebenernya bisa dilanjut besok, sih. Lo beneran nggak ada urusan apa-apa?”

Jejak di Antara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang