Rumah Bintang ibarat rumah kedua buat Bara. Tiap kali ke sana pasti ia tidak pernah absen untuk ditawari makan.
"Makan dulu, Bar. Bunda masak oseng tempe nih favorit kamu," ujar bunda Bintang.
Bara meringis sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Iya, nanti biar Bara ambil sendiri Bun."
Kemudian Bara menyusul Bintang yang sepanjang perjalanan hingga sampai rumah tidak bicara apapun, langsung masuk ke kamarnya. Untung saja Bintang tidak mengunci pintunya, jadi Bara bisa ikut masuk ke kamar.
Bara hanya mengamati Bintang yang sibuk mondar-mandir untuk meletakkan tasnya ke atas meja, lalu melepas jaketnya dan menaruhnya di atas sandaran kursi. Terakhir ia menghempaskan badannya di atas ranjang. Semuanya dilakukan dengan energi yang berlebih.
Bara menyeret kakinya untuk ikut mengambil tempat di ranjang Bintang, melirik anak itu yang hanya diam menatap langit-langit.
"Kesurupan ya, lo?" celetuk Bara.
Bintang menggeleng. "Nggak, nggak. Habis ini gue udah nggak ketemu dia lagi, jadi nggak papa."
Bara mengerutkan keningnya.
"Tapi dia telanjur follow akun Instagram gueee," rengek Bintang, menutup wajahnya dengan telapak tangan.
Kesurupan beneran nih anak, batin Bara. Ia mengulurkan sebelah tangannya untuk memegang kepala Bintang, menggoyangkannya pelan seperti dukun yang sedang mengeluarkan roh halus.
"Ah, lo ngapain sih!?" pekik Bintang, menghalau tangan Bara dari kepalanya. Ia sontak bangkit dari rebahnya.
"Lo tuh yang ngapain? Ngomong nggak jelas dari tadi," omel Bara.
Bintang hanya melirik Bara dengan sinis. Sedetik kemudian ia kembali teringat dengan rasa malunya, membuatnya tiba-tiba menarik lengan Bara dan menghantamkan kepalanya di sana berkali-kali.
"Baraaa, gue mau ganti identitas!!!"
"DEMI TUHAN, BINTANG LO TUH KENAPA SIH??"
ㅡ
"Udah kelar wawancaranya?" tanya Hanan begitu Biru masuk ke ruang sekretariat.
"Udah."
"Padahal tadi anak-anak udah pada ngumpul buat bahas LPJ malah lo-nya ilang. Sekarang udah pada ngabur gatau ke mana."
Biru hanya bisa nyengir bersalah. "Sori, sori. Habis gue udah nunda-nunda buat wawancaranya. Kasian sama anaknya."
Pintu sekretariat dibuka dan muncul seseorang yang ujung-ujung rambutnya masih meneteskan air dari bekas cuci muka. Di tangannya ada sebotol air mineral dingin yang segera dilemparkannya pada Hanan.
"Thanks, Ka," ucap Hanan.
"Buat Hanan doang nih, gue nggak dikasih?" ledek Biru.
Arka beranjak mengambil tempat sambil berusaha menoyor kepala Biru yang dengan sigap menghindar.
"Lo bukannya abis dari kantin?" tanya Arka.
"Hehe, iya sih."
Setelah berhasil duduk di antara tumpukan kertas yang memenuhi ruang sekretariat, Arka bertanya lagi.
"Ketemu siapa, sih?"
"Anak medif," sahut Hanan.
"Oh, yang kemarin?" Arka sempat melihat saat Biru minta izin sebentar untuk diwawancara. "Lucu anaknya."
"Lucu gimana?"
"Maksudnya gemes. Gue liat kemarin sebelum nyampe ke lokasi dia jalan, berhenti, jalan, berhenti. Ada kayaknya lima kali dia kayak gitu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak di Antara Semesta
FanfictionKetika kita sadar bahwa kita hanyalah serpihan kecil di antara semesta. Namun pertemuan dengan jiwa-jiwa yang saling mencari sembuh, membuat sadar akan makna diri dan juga hidup. Kisah tentang Bintang, Biru, dan Bara. Serta semua angan dan luka yang...