ㅡ
Mungkin aku harus berterima kasih pada takdir,
Atas titik mulaiku yang tidak bersandingan dengan kamu.
Karena mungkin aku tidak akan pernah bertemu denganmu di tengah-tengah.
Terima kasih sudah terus berjalan meniti garismu hingga kamu bertemu aku, Bintang.
ㅡ
Walaupun hari ini adalah akhir pekan, Evan tetap menyuruh Bintang untuk datang ke kosnya pagi-pagi. Membantunya mengurusi surat dan sertifikat untuk keperluan acara. Saat Bintang sampai di sana sudah ada Candra yang juga tidak absen untuk menawarkan uluran tangannya. Terkadang Bintang tidak bisa membedakan apakah Candra anaknya memang kelewat baik atau ia hanya jadi budak cintanya Evan.
Di tengah-tengah kegiatannya, ponsel Bintang berbunyi dari dalam tasnya dan didapatinya satu nama di layar yang membuat dahinya berkerut.
“Iya, Ru?”
Evan melirik melalui ekor matanya begitu mendengar Bintang mengangkat panggilannya.
“Bin, lo hari ini ada acara nggak?”
“Gue lagi di kos Evan bantuin dia ngurusin surat, nih. Kenapa?”
“Buat acara jurusan, ya?”
“Iya.”
“Banyak banget, nggak?”
Bintang melihat tumpukan kertas yang ada di depannya sebelum menjawab. “Lumayan, sih. Ada ngurusin sertifikat juga soalnya.”
“Oh, oke. Tunggu, ya.”
“Giman- Halo? Biru?”
Bintang melihat layar ponselnya yang menunjukkan bahwa sambungan sudah diputus. Wajahnya langsung menyiratkan kebingungan.
“Siapa, Bin?” tanya Evan basa-basi meskipun ia sudah tahu siapa yang barusan menghubungi temannya.
“Biru,” gumam Bintang pelan, ia kembali meneruskan kegiatannya yang tertunda.
“Ngapain dia?”
Bintang mengangkat bahunya enteng. “Nggak tau. Cuma nanyain gue ada acara nggak hari ini.”
“Terus?” kejar Evan.
“Ya gue bilang lagi di sini bantuin lo. Terus telfonnya langsung ditutup.”
“Mau nyamperin lo itu, Bin,” celetuk Candra yang masih fokus membenarkan desain untuk sertifikat.
Bintang mengerutkan keningnya dalam-dalam. Ia hampir membantah omongan Candra tapi ia langsung teringat kalimat terakhir yang Biru ucapkan sebelum sambungan diputus.
“Aduh.” Evan tanpa sadar berseru pelan sambil mengetuk dahinya dengan kepalan tangannya.
Candra langsung mengalihkan fokusnya dari layar laptop. “Kenapa?”
Tanpa menghiraukan Candra, Evan langsung menoleh pada Bintang dengan ekspresi wajahnya yang berubah serius.
“Kak Edgar mau ke sini lagi, Bin,” ujarnya cepat.
“Iya? Mau bantuin ngurusin surat?” tanya Bintang tenang.
“Iya… tapi bukan itu yang- aduh, Biru beneran mau ke sini?”
Bintang jadi kesal karena Evan tiba-tiba bertingkah panik tidak jelas.
“Mana gue tau? Lo kenapa sih, Van?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak di Antara Semesta
Fiksi PenggemarKetika kita sadar bahwa kita hanyalah serpihan kecil di antara semesta. Namun pertemuan dengan jiwa-jiwa yang saling mencari sembuh, membuat sadar akan makna diri dan juga hidup. Kisah tentang Bintang, Biru, dan Bara. Serta semua angan dan luka yang...