Kedua kalinya Bintang berencana pergi dengan Biru, namun kali ini ia lebih ribet untuk memilih outfit. Padahal sebelumnya Bintang hanya asal mencomot kemeja dari lemarinya tanpa berpikir dua kali. Sekarang di ranjangnya sudah berjejer banyak kemeja dan hoodie yang masih menunggu untuk dipilih. Bintang mengetukkan jarinya ke dagu, meneliti satu persatu pakaian di hadapannya. Sedetik kemudian ia tiba-tiba tersadar.
“Hah, ngapain sih gue? Tinggal pake baju aja susah amat,” gerutunya. Ia mengulurkan tangannya untuk mengambil kemeja kotak-kotak warna merah sebelum aksinya terhenti. “Tapi kemarin gue udah pake kemeja kotak juga.”
Akhirnya Bintang menyambar hoodie birunya dan segera memakainya. Ia melihat ke arah jam di mejanya. Sepuluh menit lagi Biru sampai.
ㅡ
Bintang sedang menjejalkan kamera sakunya ke dalam tas selempangnya saat Bulan memanggilnya dari ruang tamu.
“Abinnn, udah dijemput tuh!”
Bintang buru-buru menyampirkan tasnya dan bergegas keluar kamar.
“Bin,” panggil Bulan, membuat langkah tergesa-gesa Bintang terhenti. “Kamu pergi sama siapa, sih?”
“Temen kampus,” jawab Bintang seadanya sambil memakai sepatunya.
“Temen baru?”
“Bukan. Eh, nggak tau. Iya kali?”
“Dih, gimana sih? Bukan Bara, Evan atau Candra, kan? Berarti temen baru?”
“Kenapa sih, kayaknya kakak nganggep temen aku cuma tiga orang itu,” protes Bintang. Ia sudah selesai memakai sepatu.
“Kali aja,” balas Bulan enteng.
Bintang mencibirkan bibirnya. “Bunda udah pergi, ya?”
“Udah.”
“Pamitin ke bunda nanti, ya. Kemarin aku udah izin juga, sih.”
“Jangan malem-malem baliknya!” seru Bulan yang ditanggapi Bintang dari luar rumah karena anak itu sudah bergegas pergi.
Bintang menangkap figur seseorang yang masih duduk di atas motor, satu tangannya memegang helm dan tangannya yang lain sibuk dengan ponselnya. Masih mengenakan jaket denim yang sama. Perlahan Bintang mendekati orang itu.
“Biru,” panggilnya.
Yang dipanggil seketika mengangkat alisnya sejenak karena kaget lalu tersenyum lebar melihat Bintang yang sudah siap dengan helm di tangan. Biru tidak ingin kepergok terlalu lama mengamati Bintang jadi ia segera memakai helmnya dan menyuruh Bintang untuk naik.
“Kita mau ke mana?” tanya Bintang setelah ia sudah berada di boncengan motor Biru. Biru mulai menyalakan mesinnya.
“Ada tempat yang udah lama pengen gue datengin. Agak jauh sih, mungkin sekitar dua jam dari sini. Satu setengah jam kalo ngebut. Tapi gue yakin lo pasti suka sama tempatnya.”
Bintang hanya mengangguk. Ia juga pernah diajak Bara berjam-jam di atas motor, jadi ia tidak terlalu khawatir bakal kecapekan.
“Pegangan, ya,” pesan Biru sebelum menjalankan motornya.
Dan Bintang kembali memegang erat ujung jaket Biru.
ㅡ
Empat puluh lima menit perjalanan dan berada di atas motor terkena angin membuat Bintang jadi sedikit mengantuk. Matanya berkali-kali memejam dan ujung helmnya beberapa kali membentur helm Biru. Beberapa menit kemudian Biru membelokkan motornya ke arah minimarket di pinggir jalan. Bintang seketika melebarkan matanya melihat ia sudah ada di parkiran minimarket. Mungkin Biru mau membeli minum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak di Antara Semesta
FanfictionKetika kita sadar bahwa kita hanyalah serpihan kecil di antara semesta. Namun pertemuan dengan jiwa-jiwa yang saling mencari sembuh, membuat sadar akan makna diri dan juga hidup. Kisah tentang Bintang, Biru, dan Bara. Serta semua angan dan luka yang...