6. Invitation

1.6K 232 36
                                    

Bintang menjinjing sepatu yang baru dilepasnya untuk ditaruh di atas rak sepatu lalu melangkahkan kakinya masuk ke ruang tamu. Ia melewati kakaknya yang asyik menonton acara televisi dan menyadari ada orang lain di sebelahnya.

“Loh, Bara?” seru Bintang mendapati Bara ada di rumahnya, sibuk mengunyah kacang kulit di sebelah Bulan.

Bintang buru-buru mengambil tempat di samping Bara, ikut mencomot kacang kulit di dalam toples. Ia melihat layar televisi yang menampilkan drama korea kesukaan Bulan.

“Lo suka liat ginian, Bar?” tanya Bintang.

Bara hanya mengangkat bahunya. “Bagus, kok.”

Bintang yakin kalau Bara hanya ikut-ikutan menonton saat Bulan menyalakan televisi.

“Mandi dulu kali, Bin,” komentar Bulan tanpa mengalihkan pandangannya dari layar.

“Entar, ah.” Bintang malah menyandarkan dirinya di lengan Bara, hidungnya seketika mengerut lucu. “Ih, bau keringet! Lo abis ngapain, sih?”

Bara tertawa pelan. “Futsal sama Rendra. Lo sendiri abis dari mana? Biasanya kalo hari minggu ngendon di kamar doang.”

“Ke pameran foto,” sahut Bulan.

“Tumben amat?” komentar Bara.

Bintang memutar bola matanya. Bukannya tumben, lo aja yang males tiap gue ajak.

“Diajakin,” jawab Bintang pendek seraya bangkit dari duduknya. “Gue mandi dulu, deh.”

“Ikutan.”

“Heh! Sana mandi di kamar mandi luar aja,” suruh Bintang sambil ngeloyor masuk ke kamarnya.

Bara hanya terkekeh geli, tidak beranjak dari tempatnya. Ia masih sibuk mengunyah kacang sambil melihat drama yang sebenarnya tidak ia ketahui jalan ceritanya.

“Bintang pergi sama siapa sih, Kak?” tanya Bara akhirnya penasaran. “Evan?”

Bulan hanya menggeleng. “Bukan. Nggak tau gue juga belum pernah liat anaknya.”

Bukan urusan Bara memang, lingkaran pertemanan seseorang tidak pernah menjadi perhatiannya. Ia sendiri juga banyak berteman dengan orang di sana-sini. Tapi ini Bintang, yang tiap hari hampir selalu bertemu dengannya. Yang ia sedikit banyak tahu siapa saja kenalan Bintang. Evan dan Candra ia juga kenal. Kali ini Bara tidak merasa aneh, murni hanya penasaran. Karena tidak peduli seberapa dekat mereka, pasti akan selalu ada hal-hal yang tidak ia ketahui.


Biasanya kalau ada tugas praktik, Bintang dan Evan suka berlama-lama di kampus. Mencari tempat yang nyaman untuk mengerjakan tugas hingga selesai. Yang jelas sih, yang ada koneksi internet dan colokan listrik untuk mengisi baterai laptop. Kadang-kadang mereka pergi ke ruang sekretariat kalau tidak dipenuhi dengan anak-anak himpunan, tapi di sana mereka tidak bisa bebas berisik. Atau ke kantin walaupun ujungnya pasti mereka bakal sibuk ngemil sambil ngobrol dan melupakan tugas. Seringkali mereka nyasar sampai ke fakultas lain karena di sana lebih banyak tempat yang nyaman. Evan sih, yang lebih banyak referensi karena dia sering harus meliput ke berbagai fakultas. Jadi dia bisa tahu di mana biasanya spot yang sering digunakan anak-anak untuk mengerjakan tugas.

Kali ini mereka berdua lesehan di bawah tangga lantai pertama gedung A Fakultas Teknik. Hebat juga Evan memilih tempat yang koneksi internetnya lancar jaya seperti jalan tol. Bintang jadi bisa download banyak film sambil mengerjakan tugas.

Bintang menggoyangkan kepalanya ke kanan dan kiri mengikuti irama lagu melalui headset, matanya terfokus pada deretan kode di layar. Bermenit-menit ia seperti itu saat Evan tiba-tiba menyenggolnya dengan siku membuatnya menoleh cepat. Evan lalu menggerakkan dagunya ke arah seseorang yang tidak Bintang sadari sudah berdiri di depannya. Bintang menyusuri sepasang sepatu yang ada di depannya hingga ia mendongak, mendapati wajah seseorang yang familiar.

Jejak di Antara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang