Malam ini harusnya Bintang ada janji dengan Biru untuk menemaninya pergi. Namun tiba-tiba ada satu pesan yang masuk ke ponsel Bintang saat ia sudah bersiap-siap untuk keluar rumah.
َ
From: Bara
Gue perlu banget ngomong sama lo. Temuin gue di [xxx].
Gue tunggu.
َ
Kini Bintang hanya bisa duduk di kursi depan rumahnya dengan gelisah. Ia tidak bisa menghubungi Biru untuk membatalkan janjinya karena Biru sudah terlanjur berangkat sebelum Bintang mendapatkan pesan dari Bara. Sejujurnya Bintang bisa saja mengabaikan ajakan Bara untuk bertemu, namun sepertinya kali ini Bintang memang harus menghadapinya. Ada hal yang ingin disampaikannya juga kepada cowok itu.
“Biru…” panggil Bintang ragu saat Biru akhirnya sampai di depan rumahnya.
“Naik, Bin.” Tak mendengar panggilan dari Bintang, Biru menyuruhnya untuk segera naik ke atas motor.
“Ru, maaf gue ada urusan mendadak banget…” ucap Bintang lebih keras.
“Hah?” Biru mengangkat alisnya. “Acara jurusan, ya?”
“Bukan… gue- harus ketemu orang sekarang.”
“Siapa?”
“Bara...”
ㅡ
Bintang turun di parkiran sebuah kedai kopi setelah Biru memaksa untuk mengantarnya. Ia pikir Biru akan marah setelah ia membatalkan janji untuk menemaninya pergi, tapi cowok itu hanya terdiam sejenak sebelum menawarkan untuk mengantar Bintang ke sana. Membuat Bintang jadi merasa bersalah namun di sisi lain ia memang tidak bisa terus menghindari Bara meskipun masih ada bagian dari dirinya yang merasa takut untuk menemui cowok yang sudah membuatnya gemetaran setengah mati malam itu.
“Bintang,” panggil Biru sebelum Bintang menuju pintu masuk.
“Iya?” Bintang menolehkan kepalanya. Ia terdiam saat Biru mengulurkan tangannya untuk mengacak lembut rambutnya.
“Good luck.”
Menarik dan menghembuskan napasnya berulang kali, Bintang akhirnya memantapkan dirinya untuk masuk ke dalam. Matanya mencari-cari seorang cowok yang telah menyuruhnya untuk datang di antara meja-meja yang sudah terisi pengunjung. Dan saat Bintang menemukan cowok itu duduk sendiri di mejanya, tiba-tiba jantungnya berdegup kencang lagi.
Bintang, ini cuman Bara… Lo nggak perlu takut.
Berkali-kali Bintang meyakinkan dirinya hingga langkah kakinya membawanya untuk sampai di meja Bara. Perlahan ia mendudukkan badannya di seberang Bara yang kemudian mengangkat wajahnya, matanya menyipit sejenak menatap Bintang.
“Oh, lo dateng.”
Jantung Bintang menggedor rongga dadanya dengan kencang. Tidak pernah ia merasa setakut ini berada di dekat Bara. Tanpa sadar jemarinya meremas kuat ujung hoodie yang dipakainya hingga buku-buku jarinya memutih.
“Santai aja, Bin. Lo kayak lagi ngeliat setan.”
Sarkas. Sikap Bintang seharusnya dapat dimaklumi mengingat kejadian beberapa waktu lalu yang membuat Bintang sempat trauma untuk bertemu Bara. Dalam sekejap Bara tiba-tiba menjadi sosok yang tidak Bintang kenali, dan Bintang begitu takut pada sisi lain yang ada di tubuh cowok ini.
“Lo mau minum apa?” tanya Bara akhirnya.
“Ng-nggak usah…”
Bara mendecakkan lidahnya sambil beranjak berdiri, tidak memedulikan penolakan dari Bintang. “Gue pesenin sekalian aja.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak di Antara Semesta
Fiksi PenggemarKetika kita sadar bahwa kita hanyalah serpihan kecil di antara semesta. Namun pertemuan dengan jiwa-jiwa yang saling mencari sembuh, membuat sadar akan makna diri dan juga hidup. Kisah tentang Bintang, Biru, dan Bara. Serta semua angan dan luka yang...