28. Elegi

1.2K 159 183
                                    

> playlist: April - Fiersa Besari

َ
َ
َ

Sudah menjadi tradisi di keluarga Biru untuk merayakan ulang tahun bersama di rumah. Karena ayah Biru yang selalu ingin mereka untuk menikmati masakan istrinya ketimbang harus jajan di luar. Lebih berkesan, katanya. Tetapi sepeninggal sang ayah, jarang sekali mereka merayakan ulang tahun lagi kecuali ulang tahun Adinda yang sengaja dirayakan di luar. Ibu Biru masih belum bisa menghilangkan jejak kenangan suaminya jika mereka harus merayakan ulang tahun dengan duduk mengelilingi meja makan di rumah. Akan sangat terasa ketidakhadiran satu nyawa itu dalam keluarga kecil mereka.

Namun kali ini Biru ingin mengembalikan lagi suasana itu, suasana hangat yang melingkupi keluarganya setiap mereka berkumpul. Di hari spesial ibunya ini Biru ingin mengajak Bintang untuk mengisi kekosongan yang selalu mereka takutkan, selalu mereka hindari. Mungkin hadirnya Bintang dapat membawa kebahagiaan baru dalam keluarganya seperti bagaimana Bintang telah memberinya bahagia.

Biru melipat tangannya di atas meja sembari memperhatikan ibunya yang sedang sibuk memasak. Wajah wanita itu terlihat lebih cerah hari ini, senyumnya yang jarang Biru saksikan untuk beberapa tahun terakhir akhirnya muncul kembali.

“Nggak usah banyak-banyak, Bu, masaknya,” komentar Biru melihat ibunya yang sudah menyiapkan berpiring-piring menu makanan.

“Nggak papa,” sahut ibunya sambil tetap fokus memasak. “Katanya Bintang nanti juga mau ke sini?”

Adinda yang berdiri di sebelah ibunya untuk membantu memotong sayur seketika menjulurkan kepalanya cepat, menengok ke arah Biru. “Kak Bintang mau ke sini, Kak?”

Biru menjawab pertanyaan adiknya dengan anggukan kepala, tersenyum melihat adiknya yang langsung sumringah mendengar kedatangan Bintang. Adinda memang langsung suka pada Bintang begitu Biru mengenalkan mereka berdua. Adiknya itu malah jadi lebih lengket pada Bintang ketimbang dirinya.

“Dinda nanti mau nunjukkin koleksi buku cerita Dinda ke Kak Bintang!” celetuk Adinda dengan kepalanya yang bergoyang lucu karena rasa gembiranya.

“Bintang udah dikabarin lagi, belum?” tanya ibunya. “Suruh jangan makan apa-apa dulu, biar puas makan di sini.”

“Tadi udah Biru kabarin lagi, habis ini Biru jemput ke rumahnya,” ucap Biru seraya bangkit dari kursinya untuk bersiap-siap menjemput pacarnya itu.

Bintang melangkahkan kakinya cepat menyusuri koridor rumah sakit begitu ia turun dari ojol yang mengantarnya. Tadi dirinya sedang mempersiapkan diri untuk datang di ulang tahun ibunya Biru saat tiba-tiba ada panggilan masuk ke ponselnya dari Bara.

‘Bisa ke sini, nggak? Gue butuh lo.’

Akhirnya sampai juga Bintang di ruang rawat Bara dan mendapati cowok itu di kasurnya. Segera ia menghampirinya.

Bara melebarkan matanya sekilas saat menyadari Bintang benar-benar datang. “Rendra katanya masih ada acara. Lo bisa nemenin gue sampe dia dateng, kan?”

Bintang sempat terdiam ragu untuk mengatakan bahwa hari ini ia juga ada acara lain. Namun pikirnya tidak akan lama menunggu hingga Rendra datang dan menggantikannya menemani Bara.

Tangan Bara masih belum berfungsi dengan sempurna, sehingga Bintang harus menyuapinya untuk makan sebelum Bara meminum obatnya. Bintang juga membantu Bara ke kamar mandi karena cowok itu jalannya masih pincang. Dengan keadaan seperti ini Bara memang tidak bisa ditinggal.

“Lo apa kabar, Bin?” Pertanyaan Bara yang tiba-tiba membuat Bintang terhenyak, menghentikannya dari kegiatannya mengupas buah untuk Bara.

“Baik…” jawabnya setelah terdiam beberapa saat.

Jejak di Antara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang