17. Sketch & Cigarette

1.3K 183 101
                                    

> cw // smoking
َ
َ
َ
> playlist: Biru - Banda Neira
َ
َ
َ

"Abin, ntar lo jalan sama Biru lagi?"

Bintang yang sedang menulis catatan di bukunya menoleh sejenak pada Evan untuk menggeleng.

"Terus? Sendiri?" tanya Evan lagi.

"Sama Bara," balas Bintang sembari menutup bukunya, selesai menulis catatan. Ia mengemasi barang-barangnya ke dalam tas. Hari ini ia masih harus mendatangi beberapa tempat untuk mencari sponsor setelah kemarin mendapat tambahan daftar pihak sponsor yang harus ia datangi dari ketua divisinya.

Meskipun sebenarnya Evan sudah sedikit menduga Bara akan melakukan ini, namun ia tetap bertanya pada Bintang.

"Kok tiba-tiba?"

Bintang mengerutkan keningnya. "Tiba-tiba gimana?"

"Bukannya kemarin lo bilang Bara nggak bisa nganterin, makanya lo jadi dianterin sama Biru?"

"Dia udah bilang bisa nganter gue, kok."

"Terus Biru gimana?"

Bintang mengangkat bahunya. "Gue ngomong ke dia nggak usah nganterin gue lagi. Gue nggak enak, Van. Udah ngerepotin Biru terus."

Menghela napas keras, Evan kembali bertanya pada temannya. "Bin, lo yakin udah nggak papa?"

"Maksudnya?"

"Yang lo omongin ke gue tempo hari. Soal Bara."

"Oh, itu…" Bintang menaruh tasnya ke atas meja, kali ini memberikan seluruh fokusnya pada Evan. "Gimana ya, Van? Capek sih iya, tapi kalo Bara sendiri yang maksa mau nemenin gue… nggak bisa nolak guenya.”

“Aduh, Abinnn lo tuh-” Evan mendecakkan lidahnya. “Yang nentuin pilihan tuh lo sendiri, Bin. Bukan Bara. Bukan orang lain.”

“Gue udah nggak papa, kok,” kilah Bintang dengan nada suaranya yang memelan, terdengar tidak yakin bahkan pada dirinya sendiri.

Evan tidak dapat membantah lagi. Entah untuk berapa lama Bintang akan terus menempatkan Bara di atas dirinya sendiri. Evan hanya tidak ingin rasa kecewa mendera temannya saat suatu hari nanti ia tidak mendapat apa yang ia harapkan. Apapun itu.

Rupanya Bara benar-benar menepati janjinya untuk menemani Bintang. Mengantarnya ke berbagai tempat yang tertulis di daftar catatan Bintang. Dan jujur saja Bintang senang, setidaknya ada sebagian kecil dari diri Bara yang masih mementingkan dirinya.

“Ngapain sih, senyum-senyum?”

Celetukan Bara yang spontan terlontar membuyarkan otak Bintang yang sedang memikirkan sesuatu.

“Hah? Siapa?” Bintang mengangkat kepalanya cepat, yang sebelumnya ia sandarkan pada bahu Bara setiap kali ia membonceng motornya.

“Keliatan kali dari spion,” sindir Bara sambil tersenyum miring.

Duh, bego banget sih Bin?? keluh Bintang merutuki dirinya sendiri yang kadang tidak bisa mengontrol ekspresinya.

“Lo kalo nyetir ya liat ke depan, jangan meleng ke mana-mana. Ntar kalo kita jatoh gimana?” seru Bintang galak.

“Pede banget. Orang gue liat spion buat ngecek belakang, taunya keliatan muka lo lagi senyum-senyum kayak orang stress.”

Bara sontak mengaduh karena pinggangnya mendapat serangan cubitan dari Bintang.

Jejak di Antara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang