Ada yang berubah, yang sedikit banyak dirasakan oleh Bara. Meskipun ia tidak tahu dengan pasti dan bukan sifatnya pula untuk menyangsikan hal-hal yang bukan menjadi urusannya. Namun jika itu mengenai Bintang, mau tidak mau Bara juga akhirnya mengambil perhatian.
Seperti hari ini saat Bintang mengajak Bara untuk makan di kantin fakultasnya yang biasanya jarang Bintang datangi.
“Ngapain ke kantin fakultas gue?” tanya Bara. “Bukannya lo dulu bilang nggak doyan sama menunya?”
“Pengen nyobain aja lagi, siapa tau dulu lidah gue emang lagi nggak sreg aja sama makanannya.”
Bara akhirnya tahu alasan sebenarnya beberapa menit kemudian saat Bintang melambaikan tangannya pada seseorang yang baru saja menginjakkan kakinya di kantin. Untuk pertama kalinya, ada perasaan asing yang bersemayam di dadanya. Dan Bara tidak menyukai itu.
“Biru!” seru Bintang dengan senyumnya yang lebar. “Sini.”
Biru yang datang bersama Hanan dan Arka membalas senyum Bintang begitu ia menemukan cowok itu di antara padatnya pengunjung kantin. Sebelum ia mengambil tempat di sebelah Bintang, tak lupa ia mengangkat tangannya untuk menyapa Bara.
“Kalian udah pesen?” tanya Biru.
Bintang mengangguk sebelum kemudian ia mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
Jaket milik Biru.
“Nih, udah bersih kok. Makasih, ya?” ucap Bintang sambil mengangsurkan jaket itu pada pemiliknya. Untung Hanan sedang antri untuk memesan makanan. Kalau tidak, sudah bisa dipastikan meja itu heboh oleh siulan dan komentar rusuhnya.
“Padahal gue udah bilang nggak usah dicuci.” Biru menerima jaketnya yang langsung dikenakannya di badan. Wanginya menguar dari serat-serat kain.
Beberapa saat mereka ngobrol, mungkin hanya Arka yang menyadari suasana aneh yang tercipta. Sedari tadi ia tidak mendengar Bara mengeluarkan sepatah katapun. Hanya sibuk dengan makanannya. Padahal seingat Arka, Bara bukan orang yang terlalu pendiam saat mereka bertemu untuk main futsal dulu.
“Bar, lagi sariawan?” celetuk Hanan yang hampir membuat Arka terkejut karena dikiranya ia menyuarakan apa yang ada di otaknya secara tidak sadar. Namun setelah menyadari cowok di sebelahnya-lah yang melontarkan pertanyaan itu, Arka memutar bola matanya kesal karena lagi-lagi Hanan harus memancing perkara.
“Hah?” Bara mengangkat wajahnya untuk menatap mata-mata yang sekarang terfokus padanya. “Nggak, kok. Kenapa emang?”
“Kirain. Dari tadi diem aja.”
“Ooh.” Bara menegakkan punggungnya, meletakkan sendoknya ke piring. Mendapat komentar seperti itu membuat Bara akhirnya angkat bicara. “Gue lagi kepikiran aja tiba-tiba.”
“Kenapa?” Kali ini Bintang yang bertanya setelah menyadari kalau Bara sejak tadi tidak ikut masuk ke dalam pembicaraan.
Bara sejenak terlihat ragu untuk melontarkan kalimatnya. Ia lalu menolehkan kepalanya pada Biru, memfokuskan pandangannya pada cowok itu yang duduk tepat di sebelah Bintang.
“Bang, lo masih sama Sekar?”
Respon pertama yang didapat adalah Arka yang terbatuk-batuk karena tersedak makanannya sendiri. Biru langsung melirik tajam pada temannya itu yang kini sedang disodori es teh oleh Hanan.
“Aduh, sori, sori. Pedes banget nih, kuahnya.” Arka mencoba beralasan.
Bara langsung tahu kalau teman-teman Biru juga pasti mengenal Sekar. Melihat reaksi mereka saat ia menyebut nama itu, Bara berasumsi bahwa mungkin Biru masih berhubungan dengan cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak di Antara Semesta
FanficKetika kita sadar bahwa kita hanyalah serpihan kecil di antara semesta. Namun pertemuan dengan jiwa-jiwa yang saling mencari sembuh, membuat sadar akan makna diri dan juga hidup. Kisah tentang Bintang, Biru, dan Bara. Serta semua angan dan luka yang...