> playlist: Ikat Aku di Tulang Belikatmu - Sal Priadi
َ
َ
َㅡ
Masih terekam jelas penampakan langit kala sore itu di ingatan Biru, saat seseorang yang dianggapnya begitu berarti di hidupnya mengucap kata perpisahan. Tidak ada yang Biru lakukan untuk menahan perempuan itu agar tetap di sininya. Dirinya telah kalah dan pasrah.
Kini saat Biru kembali harus menghadapi apa yang ia tinggalkan di masa lalu, semua gemuruh perasaan yang dipaksa untuk terkurung seakan memberontak meminta untuk dibebaskan. Biru duduk berhadapan dengan Sekar yang juga masih memandangnya dalam diam.
“Kamu apa aku dulu yang ngomong?” Biru membuka suara.
Sekar mendengus samar. “Kamu nggak mau nanyain kabar aku dulu? Kita udah lama nggak ketemu lho, Ar.”
Gestur Biru seketika melunak. Ia lupa kalau cewek ini sudah meninggalkannya bertahun-tahun dan yang ia pikirkan pertama kali malah tentang bagaimana ia ingin mendapat penjelasan.
“Gimana kabar kamu?” tanya Biru kemudian.
“Nggak terlalu baik sejak pisah dari kamu. Bukan gara-gara kamunya doang sih, walaupun sebagian besar alasan mungkin memang itu. Tapi nyesuaiin diri di lingkungan baru dan nurutin maunya Mamah juga bikin aku lumayan stress.”
Biru menyadari bukan hanya dirinya yang terpukul saat itu. Namun siapa yang peduli saat keduanya hanya memikirkan nasib masing-masing?
“Kamu di sana gimana, Kar?”
“Tanpa kamu? Yah, kamu bayangin aja sendiri gimana helpless-nya aku karena orang yang biasanya jadi tempat aku buat numpahin semua ceritaku tiba-tiba nggak bisa dihubungin.” Sekar tersenyum pahit. “Udah kayak orang gila aku di sana, Ar.”
Wajah Biru mengeras mendengar penuturan Sekar. Karena dirinya juga bagai kehilangan warasnya saat Sekar meninggalkannya.
“Kamu tuh pergi bener-bener sehari setelah ayah aku nggak ada, Kar,” desis Biru dengan nada suaranya yang rendah, berusaha meredam emosinya.
“Bukan aku yang nentuin kapan aku pergi, Arjuna,” bantah Sekar. “Aku udah berusaha ngasih tau kamu jauh-jauh hari tapi kamu selalu bilang sibuk.”
“Ayah aku sekarat, Sekar! Sekarat!” pekik Biru. “Kamu lupa aku bolak-balik ke rumah sakit, pulang malem terus karena nungguin Ayah? Kamu di mana waktu itu??”
Sekar menggigit bibir bawahnya yang bergetar, matanya mulai dilapisi selaput bening saat Biru membentaknya. Dan Biru tidak pernah seperti ini padanya sebelumnya.
Biru menghela napas menyadari dirinya yang kelepasan tidak dapat mengendalikan emosinya. Cowok itu menangkupkan kedua tangan menutupi wajahnya berusaha menenangkan dirinya sendiri. Ia sudah menduga percakapannya dengan Sekar akan berujung seperti ini.
“Aku bener-bener butuh kamu di saat itu, Kar. Aku butuh kamu tapi kamu nggak ada…” lirih Biru. “Dan waktu Ayah akhirnya pergi, kamu juga pergi ninggalin aku. Sakit banget, Kar.”
“Arjuna…” Sekar perlahan menggapai bahu milik Biru, mengusapnya lembut. “Maafin aku…”
Maaf. Kata yang seharusnya terucap dari dulu namun baru terkatakan sekarang. Entah apa ucapan maaf itu dapat memperbaiki semuanya yang telah terjadi. Kekosongan yang pernah mengisi Biru masih acap kali mendatanginya, tak akan benar-benar sembuh. Biru tidak yakin.
“Aku juga lagi banyak pikiran waktu itu. Mikirin pindahan, gimana cara ngomongnya ke kamu sementara kamu selalu bilang nggak bisa, sama Mamah yang nggak setuju sama hubungan kita. Aku tuh bingung, Ar. Aku bingung banget sampe akhirnya aku harus mutusin sepihak,” tutur Sekar dengan napas yang memburu. “Aku tuh sayang banget sama kamu, Arjuna. Aku masih sayang.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak di Antara Semesta
FanfictionKetika kita sadar bahwa kita hanyalah serpihan kecil di antara semesta. Namun pertemuan dengan jiwa-jiwa yang saling mencari sembuh, membuat sadar akan makna diri dan juga hidup. Kisah tentang Bintang, Biru, dan Bara. Serta semua angan dan luka yang...