> playlist: Itu Aku - Sheila On 7
َ
َ
َㅡ
Layaknya seorang yang begitu berharga, Bintang selalu mengusahakan kebahagiaan untuk Bara. Meskipun hanya hal-hal kecil seperti membawakan air minum ekstra tiap Bara main futsal, membagi bekalnya kalau bundanya sedang memasak masakan favoritnya, menempelkan plester luka, atau mendengarkan keluhannya di larut malam. Lebih dari dirinya, Bintang tidak ingin Bara berpikir semua orang memberikannya punggung yang dingin, tangan-tangan yang enggan terulur untuk sekedar menariknya. Biarpun semua berpaling dari Bara, ia ingin Bara tahu akan selalu ada dirinya untuk menangkap Bara saat ia terjatuh.
Sebentar lagi ulang tahun Bara. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Bintang selalu merayakannya. Tidak berlebihan memang, hanya agar Bara masih mempunyai keinginan untuk menantikan tahun-tahun berikutnya saat di mana ada satu hari yang istimewa hanya untuknya.
“Mau lo rayain di mana?” tanya Evan.
“Di kafe,” jawab Bintang. “Udah reservasi sih, gue sebenernya. Tinggal tentuin aja nanti jam berapa.”
Evan mengangguk. Sayangnya ia tidak bisa datang di ulang tahun Bara karena sudah telanjur janji untuk menemani Candra berburu keperluan untuk acara jurusannya.
“Itung-itung nge-date, lah,” komentar Evan yang langsung dibalas decakan malas dari Bintang. “Siapa tau kan, Bin? Bisa aja nanti ada kesempatan terus Bara akhirnya nembak lo.”
“Nggak tau, ah…” keluh Bintang, tidak ingin memikirkan hal-hal yang masih semu.
“Kuenya gimana? Udah?”
“Udah, kok. Ntar tinggal ambil aja.”
“Ya udah deh, kalo gitu. Misal nanti masih butuh apa-apa bilang aja ke gue atau Candra. Mudah-mudahan sih kita bisa nyusulin, tapi kalo nggak yah- bagus deh malah lo berdua bisa quality time.”
Bintang menggelengkan kepalanya. “Susulin kalo bisaaa.”
“Iyaaa, tapi inget! Persiapan siapa tau lo beneran mau ditembak.”
Bintang buru-buru mengusir Evan. “Bodo deh, udah sana balik.”
Evan sudah sering mengatakan hal-hal seperti itu yang membuat Bintang berpikir kalau mungkin saja suatu hari nanti itu akan benar-benar terjadi. Bukan salah Bintang kalau ia diam-diam jadi ikut berharap. Memang ia tidak pernah secara langsung mengakui kalau ia menaruh perasaan, tapi dirinya selalu berusaha memberikan perhatian pada Bara. Dan mungkin sudah saatnya Bintang menyerah pada kenyataan kalau ia memang suka Bara.
ㅡ
Hari ulang tahun Bara.
Begitu kelas terakhir usai, Bintang langsung pergi untuk mengambil kue ulang tahun pesanannya. Ia sebelumnya sudah meminta Bara untuk tidak menjemputnya dengan alasan ada tugas kelompok, dan menyuruhnya untuk menjemput ia nanti sore.
Ada sebuah hadiah kecil yang sudah dibeli Bintang, ia mengemasnya dengan rapi begitu sampai di rumah. Tak lupa surat ucapan yang sudah ditulis malam sebelumnya. Setelah mengepaknya ke dalam satu tas kecil, Bintang akhirnya bisa merebahkan dirinya dengan lega. Ia tidak sabar menanti beberapa jam lagi untuk memberikan kejutan pada Bara.
Bintang membuka matanya begitu mendengar panggilan dari ponselnya. Ia tidak sadar sudah ketiduran dan buru-buru mengecek jam.
“Kenapa, Yas?” tanya Bintang sambil bangkit untuk meraih handuknya, siap-siap untuk mandi.
“Abis dari mana? Tadi ditelponin sama Evan kok nggak diangkat?”
“Iyaa, sori gue abis ketiduran.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak di Antara Semesta
FanfictionKetika kita sadar bahwa kita hanyalah serpihan kecil di antara semesta. Namun pertemuan dengan jiwa-jiwa yang saling mencari sembuh, membuat sadar akan makna diri dan juga hidup. Kisah tentang Bintang, Biru, dan Bara. Serta semua angan dan luka yang...