Rumah Biru memang tidak jauh dari kafe yang Bintang datangi, hanya berjarak dua gang kecil. Seketika saat Bintang menginjakkan kakinya di rumah Biru, ia melihat dua wajah yang familiar di ruang tamu.
“Duduk dulu, Bin. Gue ganti baju bentar,” ucap Biru.
Hanan yang mengangkat kepalanya dari balik layar laptop langsung melebarkan matanya melihat siapa yang datang bersama temannya.
“Hei, Bintang kecil di langit yang biru!” sapanya heboh.
Arka mengerutkan kening bingung di seberang Hanan. Biru pergi buat beli martabak tapi pulang membawa Bintang?
“Oalah, lo pamit beli martabak ternyata alibi doang? Cuman mau jemput Bintang?” ledek Hanan menyuarakan isi pikiran Arka.
Biru menaruh plastik yang berisi martabak di tengah-tengah meja yang penuh kertas laporan. “Nih, martabak. Udah jangan gangguin Bintang, dia mampir bentar doang abis ini mau gue anterin pulang.”
“Lho, kok buru-buru banget? Di sini dulu aja, Bin,” desak Hanan.
Bintang hanya tersenyum canggung tidak tahu bagaimana harus merespon teman Biru yang satu ini. Sementara Biru sudah menghilang ke dalam kamarnya.
“Enggak, gue-” Bintang mencoba beralasan namun kalimatnya terpotong di tengah jalan.
“Diem lo, ah. Buru kelarin tuh, tugasnya. Gue nungguin bagian gue daritadi nggak kelar-kelar,” protes Arka pada Hanan yang akhirnya menggerutu sudah diomeli.
Arka kemudian mengalihkan pandangannya pada Bintang yang masih berdiri kikuk di dekatnya. Ia menepuk sofa di sebelahnya. “Sini, Bin. Duduk dulu.”
Bintang akhirnya mendudukkan dirinya di sebelah Arka, menaruh kotak kue di pangkuan. Sementara Hanan melirik Bintang dari balik layar sambil menahan senyum. Ada banyak pertanyaan yang ingin dilemparkan tapi ia takut kena omel Arka lagi. Sebagai gantinya ia mencomot potongan martabak dari dalam plastik lalu memakannya.
“Lo jurusan ilkom ya, Bin?” tanya Arka masih sambil berkutat dengan laporannya. Dan sebelum Bintang sempat bertanya kenapa ia bisa tahu, Arka sudah menambahkan. “Biru yang ngasih tau.”
“Iya,” jawab Bintang singkat.
“Lumayan stress tuh, ya? Sepupu gue ada yang ilkom juga terus tiap gue ke sana pasti orangnya lagi ngutak-atik program.”
Bintang tertawa kecil mendengar kalimat Arka. “Ya, gitu deh. Stress tapi seru.”
“Serunya apa, tuh?” celetuk Hanan.
“Seru kalo programnya berhasil jalan.”
“Eh, boleh dong nanti kalo ada tugas bikin program gue minta tolong ke lo, hehe.”
“Boleh, sih. Asal programnya nggak yang aneh-aneh.”
Hanan langsung kena pelototan Arka, menyuruhnya kembali mengerjakan tugas.
“Iya, iya, astaga dari tadi juga lagi gue kerjain ini. Kan pake mikir dulu, sayangku cintakuuu.”
Hanan sukses mendapat lemparan penghapus dari Arka yang mengenai tepat di dahinya. Bintang sedikit takjub melihat pemandangan yang tidak biasa di depannya. Hanan kembali menggerutu sambil mengusap dahinya yang sakit sementara Arka tertawa puas.
Biru akhirnya keluar dari kamar setelah mengganti bajunya dan menenteng jaket di satu tangan. Ia tidak menanyakan kegaduhan di ruang tamu karena sudah bisa dipastikan siapa pelakunya, hanya berharap Bintang tidak kapok bertemu dengan teman-temannya lagi. Namun ia merasa lega saat mendapati Bintang ikut tertawa di tengah-tengah kekacauan yang dibuat kedua temannya. Tawa pertama Bintang yang ia lihat hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jejak di Antara Semesta
FanfictionKetika kita sadar bahwa kita hanyalah serpihan kecil di antara semesta. Namun pertemuan dengan jiwa-jiwa yang saling mencari sembuh, membuat sadar akan makna diri dan juga hidup. Kisah tentang Bintang, Biru, dan Bara. Serta semua angan dan luka yang...