31. Tetes Tinta Terakhir

1.1K 160 91
                                    

Bunda Bintang sempat merasa kaget saat Bara mengantar anak lelakinya pulang dalam keadaan lemas. Jarang sekali Bintang jatuh sakit atau berada pada kondisi tubuh yang buruk karena ia selalu mengingatkan Bintang untuk menjaga kesehatannya.

"Katanya Bintang harus check up lagi, Bun. Tensinya rendah," ucap Bara.

Bunda yang duduk di pinggir ranjang anak laki-laki satu-satunya itu menyibakkan rambut yang menutupi dahi Bintang. Telapak tangannya lalu bertemu dengan kulit anaknya yang terasa hangat.

"Mentang-mentang Bunda lagi banyak kerjaan terus kamu jadi nggak bener ya, makannya? Kak Bulan juga lagi sibuk-sibuknya, kamu jangan tergantung sama kakak terus kalo mau makan."

"Abin cuma kecapekan doang, Bun. Kuliah lagi padet banget jadwalnya," kilah Bintang dengan suaranya yang serak. "Nggak skip makan, kok. Palingan cuma telat."

"Sama aja. Kamu udah nggak nyetok roti lagi, ya? Nanti Bunda beliin kalo Kak Bulan udah pulang, sekalian nganter kamu ke rumah sakit," ucap Bunda sebelum beranjak berdiri.

"Bara, makasih ya udah nganterin Abin pulang. Kamu kalo mau makan itu di meja makan ada sop matahari tadi Bunda beli waktu pulang," lanjutnya pada Bara yang menjawabnya dengan anggukan singkat. "Sekalian suapin Abin kalo mau."

"Abin udah makan tadi, Bunnn," sahut Bintang langsung.

"Ya, udah. Bunda ke kamar dulu nyelesaiin kerjaan sama nyuruh kakakmu biar cepetan pulang."

Tinggal Bara yang masih berdiri tak jauh dari ranjang tempat Bintang berbaring. Ia melangkahkan kakinya untuk mendudukkan diri di sisi Bintang.

"Lo nggak mau makan lagi?" tanya Bara.

Bintang hanya menggelengkan kepalanya. "Mual."

"Lanjutin tidur aja kalo gitu. Sekalian nunggu kakak lo balik."

Bintang akhirnya mencoba untuk memejamkan matanya lagi, mengusir rasa pusing yang menyerang kepalanya.

"Bar," panggil Bintang pelan. "Makasih, ya."

Bara menjawab dengan gumaman. "Tadi Bang Evan yang nyuruh gue nyusulin ke situ."

Mendengar nama Evan membuat Bintang membuka kelopak matanya lagi.

"Evan… nggak ngomong sesuatu ke lo, kan?" tanya Bintang tiba-tiba.

Bara tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Bintang. "Dia cuma pesen lo harus istirahat dulu di rumah, nggak usah ngampus."

Menarik napas lega akhirnya Bintang mengangguk. Ia hanya khawatir Evan mengatakan sesuatu yang tidak perlu mengenai Bara, mengingat anak itu sempat benar-benar marah saat Bintang menceritakan masalah putusnya dengan Biru. Lagipula semuanya sudah terjadi seperti ini, yang bisa Bintang lakukan adalah melanjutkan langkahnya ke depan.

Bara menunggui Bintang hingga ia benar-benar terlelap. Sebelum bangkit meninggalkan Bintang, Bara menjatuhkan satu ciuman lembut ke dahinya. Berharap itu dapat mengurangi beban yang memberatkan hatinya.

Tepat sebelum Bara meraih kenop pintu kamar Bintang, matanya tak sengaja menangkap sesuatu yang menyembul dari dalam tempat sampah dekat meja milik Bintang. Bara menyipitkan matanya untuk mencari tahu apa yang telah dibuang itu. Tanpa disadarinya satu tangannya sudah terulur untuk menjangkau lembaran kertas yang ternyata bagian dari sebuah buku itu. Ketika Bara mengenali potret yang tertempel di lembaran itu, ia akhirnya menyadari yang dibuang adalah bagian dari jurnal foto Bintang yang pernah dilihatnya.

Semua foto-foto Biru ada di sana. Lengkap dengan catatan kecil yang selalu ditulis Bintang di bawah tiap foto tersebut.

'1st time ke pameran foto (with Biru!!)'

Jejak di Antara SemestaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang