Bab 2

7.7K 798 34
                                    

Enjoy.....

Raja Tao Heng berjalan mondar-mandir di dalam ruangannya. Dia masih tidak melepas kekhawatiran nya sebelum mendapat kabar tentang Putri Lifei.

"Yang Mulia." Kasim Dang memberi hormat dengan kedua tangan ditangkupkan dan diangkat di depan dada seraya menundukkan kepala. "Hamba membawa laporan dari Tabib Hun.

Tabib Hun langsung dibawa menghadap Sang Raja di ruangannya.

"Katakan, sebenarnya apa yang terjadi pada Putriku?" tanya raja, nada suaranya terdengar berat.

"Yang Mulia, jangan khawatir. Semua di luar dugaan kita. Putri Lifei telah melewati masa sekaratnya. Sekarang ini dia tidak apa-apa. Untuk luka di perutnya itu akan sembuh dalam beberapa minggu setelah diberi obat. Hamba akan membuatkan obat terbaik untuk Tuan Putri." ucap Sang tabib penuh semangat.

Namun pernyataan Tabib Hun ternyata masih belum bisa menepis kekhawatiran raja. Kasim Dang yang menyadari hal itu langsung bertanya dengan nada rendah. "Yang Mulia, kenapa Anda terlihat masih khawatir? Bukankah Tabib Hun telah mengatakan keadaan putri saat ini?" Kasim berusia empat puluh tahun itu tidak mengerti dengan raut wajah yang dipasang Sang Raja.

Raja tidak menjawab. Ia menghela napas panjang kemudian memijat keningnya yang mendadak berdenyut.

Sesaat ruangan menjadi hening.

"Maaf atas kelancangan hamba, Yang Mulia. Sebenarnya ada sesuatu yang belum hamba katakan pada Anda." Ungkapan Tabib Hun memecah keheningan suasana istana.

"Katakan!" perintah raja.

"Yang Mulia, sepertinya telah terjadi sesuatu pada Putri Lifei. Dari sikapnya, dia sama sekali tidak mengenali sekitarnya. Hamba menduga bahwa putri telah kehilangan ingatannya."

"Hamba juga berpikir seperti itu, Yang Mulia," ucap Kasim Dang menyamakan pendapat dengan Sang Tabib.

Raja memasang pose berpikir sebelum bicara. "Aku rasa juga begitu," ucapnya sembari mengangguk pelan. "Dia bahkan tidak mengenaliku." Sang Raja menatap Tabib Hun sebelum bertanya, "Tabib Hun, apa yang menyebabkan putriku bisa sampai kehilangan ingatannya?" tanya raja tidak habis pikir. Bagaimana bisa nasib mempermainkan hidup putrinya seperti ini?

Tabib Hun membungkuk hormat sebelum menjawab, "Yang Mulia, Hamba selalu memberi obat pada putri setiap pagi dan malam selama lima hari terakhir. Namun obat yang Hamba gunakan tidak akan berpengaruh pada saraf otaknya." Tabib Hun menjeda, kemudian melanjutkan ucapannya yang sempat terhenti. "Kemungkinan putri terlalu syok saat diserang." sambung Tabib Hun, ucapannya terdengar ragu.

"Kau bilang putriku syok karena diserang?" tanya raja tidak percaya. Seketika tawanya pecah. "Aku sama sekali tidak setuju dengan pendapatmu itu, Tabib Hun," ucapnya setengah tertawa. "Putriku itu sangat berbeda dengan putri-putri lainnya. Dan kau pun tahu sendiri, Tabib Hun." ujarnya mengingatkan Sang Tabib akan perangai putri kesayangannya. "Dia terlalu pemberani. Bahkan petir pun tidak mampu meruntuhkan nyalinya." Terselip rasa bangga saat raja setengah memuji putrinya.

"Benar, Yang Mulia. Kerajaan Tao sangat beruntung dikaruniai putri pemberani seperti Putri Lifei," ucap Kasim Dang dengan hormat.

Memiliki seorang putri yang hebat dan ahli bela diri tentu sangat membanggakan. Namun raja masih memiliki satu kekhawatiran lain. Mengenai masalah pernikahan, putri kesayangannya itu masih belum mendapat lamaran dari pria mana pun. Tidak ada yang mau menjadikannya istri karena sifatnya yang luar biasa langka. Bersikap seperti pria dan selalu memakai pakaian serba merah. Seperti pengantin wanita tanpa mempelai pria.

Raja menghembus napas kasar. "Tapi aku juga khawatir dengan sikapnya saat ini. Dia selalu bertingkah seperti seorang pria. Bahkan diusianya yang hampir menginjak dua puluh tahun, aku masih belum mendapatkan lamaran untuknya."

The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang