Happy Reading ❤️❤️❤️❤️
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
"Apakah ini tempat yang ingin kau tunjukkan padaku?" tanya Ling Yi.
Feng Lian mengangguk. Matanya menatap dengan binar penuh cinta pada papan nisan yang berjajar di meja makam leluhurnya. Nama Feng Xun juga tertera di sana. "Aku pernah berjanji pada kakakku. Aku akan menikahimu. Kau akan menjadi bagian dari keluarga Feng," kata Feng Lian.
Ling Yi terdiam. Dia tahu Feng Lian sedang mengenang kisah keluarganya, tapi yang menjadi masalahnya adalah perasaan pria itu sebenarnya seperti apa. "Jadi karena ini kau bersikeras ingin menikah denganku. Untuk memenuhi janjimu pada Feng Xun dan mengabaikan perasaanku?"
Tatapan Feng Lian langsung tertuju pada gadis itu. Wajahnya yang tadi sedih sekarang tampak keheranan. "Apa maksudmu?"
"Kau tahu aku mencintai Zhong Yu. Aku menunggu sangat lama untuk itu, Feng Lian!" kata Ling Yi kesal. Sakit rasanya bila tahu jika perasaan yang Feng Lian punya untuknya adalah hanya karena janji antara saudara.
"Ling Yi, kau akan segera menjadi bagian dari Keluarga Feng. Apa kau tidak bahagia?" tanya Feng Lian.
"Bahagia?" beo Ling Yi, dia tertawa kecut. "Hah! Bagaimana bisa aku bahagia atas semua pemaksaan yang kau lakukan?"
Senyap.
Hanya helaan napas kasar yang terdengar dari Feng Lian. Matanya tertutup untuk sesaat lalu terbuka lagi. "Baiklah. Kau boleh pergi sesuka hatimu. Kembalilah! Cari saja Zhong Yu mu itu," ucapnya dengan suara rendah, ada rasa kecewa dan putus asa dalam ucapannya.
Ling Yi tersentak mendengar kalimat yang dilontarkan Feng Lian. Semudah itukah Feng Lian membebaskannya? "K-kau sungguh ... " Ling Yi sedikit ragu untuk bersuara. Namun, kalimat selanjutnya yang diucapkan oleh raja Feng itu membuat harapan Ling Yi luntur seketika.
"Cepat pergi dan cari dia sebelum aku yang menghabisinya terlebih dahulu!" teriak Feng Lian tiba-tiba. Matanya memerah saat menatap Ling Yi.
Tubuh gadis itu bergetar mendengarnya. Kebaikan dalam diri Feng Lian ternyata sudah habis terbakar.
"Pikirkanlah baik-baik, Ling Yi. Menikah denganku atau hadiri upacara pemakaman kekasihmu itu!" ancam Feng Lian dingin sebelum pergi meninggalkan gadis itu sendiri.
Mata Ling Yi memandangi punggung Raja Feng yang berjalan menjauh. Kedua tangan gadis itu terkepal erat. Rautnya menampakkan kebencian lalu berubah menjadi seraut kekecewaan juga ketidakberdayaan. "Jika aku boleh memilih, aku lebih baik pulang ke tempat asalku saja. Maka tidak akan ada pertemuan diantara kita, Feng Lian," gumamnya sembari terisak.
****
Istana tengah sibuk-sibuknya mengurus persiapan pernikahan. Raja Li Yuan bahkan tidak punya waktu untuk beristirahat demi mempersiapkan acara pernikahan terbaik untuk adik kesayangannya itu.
Berbeda dengan Ling Yi yang sama sekali tidak menginginkan pernikahan ini terjadi. Gadis itu hanya berdiam diri di kamar. Menyaksikan dengan bosan saat dayang-dayang memintanya untuk memilih gaun pernikahan yang bagus.
"Semuanya bagus," sahut Ling Yi tanpa minat. "Pilih saja yang mana yang kalian suka."
"Tapi, Putri. Ini adalah pernikahan Anda."
"Aku bilang pilih ya pilih saja! Aku akan memakainya terserah apa pun itu!"
Setelah dibentak, dayang-dayang itu akhirnya mengerti. Mereka segera undur diri dengan langkah pelan, takut jika sang putri merasa terganggu.
Tak lama datang beberapa pelayan laki-laki membawa barang masuk ke kediaman Ling Yi. Gadis itu mendesah lelah. "Apa lagi sekarang?" keluhnya nyaris ingin menangis.
"Putri, kami sudah menyiapkan barang-barang yang dibutuhkan. Perhiasan, pakaian, dan barang lainnya sudah tersedia," lapor salah satu pelayan dengan hormat.
"Baiklah. Sekarang kalian boleh pergi," usir Ling Yi tak acuh. Dia kembali pada kegiatannya, yaitu merenungi nasib buruk ini.
Di luar ruangan kamarnya, terlihat seorang laki-laki berpakaian pelayan, wajahnya diberi topeng kayu berwarna cokelat. Matanya sedari tadi mengamati Ling Yi, hanya saja gadis itu tidak menyadarinya.
"Hei, kenapa kau berdiam diri di sini? Sana, selesaikan pekerjaanmu!" kata Xiao Wen pada pelayan bertopeng itu. "Jangan mengganggu Putri Ling Yi! Saat ini suasana hatinya sangat buruk. Jadi, pergilah!"
Lama pria itu terdiam sampai akhirnya dia baru bisa menjawab walau tergagap-gagap. "B-baik. Saya... saya akan pergi."
Setelah pelayan itu menjauh, Xiao Wen masuk ke kamar tuannya dengan membawa gaun pengantin yang telah dipilih dayang sebelumnya.
"Putri, gaun yang mereka pilih ini sangat bagus. Bagaimana menurut Anda?" Xiao Wen memperlihatkan pakaian berwarna merah terang dengan motif sulam bunga persik ke hadapan tuannya.
"Jauhkan benda itu dariku, Xiao Wen!"
Xiao Wen menunduk takut lalu menurut. Dia tidak lagi menanyakan tentang pernikahan itu apa lagi membiarkan tuannya melihat gaun di tangannya ini. Dia segera menyimpan gaun pengantin tuannya ke dalam lemari.
"Putri, apa kediaman Anggrek Salju kedatangan pelayan baru lagi?" tanya Xiao Wen mencoba mencari topik pembicaraan baru.
"Mana aku tahu. Kenapa kau bertanya padaku? Itu bukan urusanku, Xiao Wen!" sahut Ling Yi kesal.
"Tapi Putri, agak aneh rasanya melihat seorang pelayan menggunakan topeng. Dia begitu gugup saat kutanya. Apa jangan-jangan--"
"Pelayan memakai topeng?" potong Ling Yi. Seketika tubuhnya tegak penuh rasa ingin tahu.
Xiao Wen mengangguk membenarkan. "Orang itu juga memandangi Anda tadi. Apa dia penjahat?"
Ling Yi masih tidak menjawab.
"Kalau seperti itu gawat, Putri. Seseorang ingin mencelakai Anda di hari pernikahan Anda. Kita harus minta Yang Mulia untuk memperketat penjagaan di sekitar kediaman," ucap Xiao Wen panik.
"Tidak perlu," kata Ling Yi.
"Kenapa tidak perlu, Putri? Keselamatan Anda adalah yang paling penting!" Xiao Wen masih begitu paniknya hingga dia merasa tidak tenang sebelum penjagaan benar-benar diperketat.
"Jika ada yang ingin mencelakaiku, maka pernikahan ini tidak akan terjadi. Bukankah itu hal yang bagus?" katanya dengan senyum terik.
Xiao Wen menghela napas panjang. "Putri..." lirihnya tak berdaya.
Tunggu update selanjutnya❤️❤️
🍁🍁🍁🍁
KAMU SEDANG MEMBACA
The Transmigration of Zhou Ling Yi [END]
Fiction Historique[BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] Terseret ke dunia di mana era modern belum dimulai, segala kehidupan rumit nan sulit menjebak jiwa Ling Yi pada tubuh seorang gadis yang sudah mati. Dengan terpaksa menjalani kehidupan sebagai seorang putri setelah terkena m...